Kamis, 22 Mei 2008

SEHARI BERSAMA SEORANG WANITA KARIR

05:00 WIB....Bip..bip..bip..bip Terdengar suara mirip alarm berbunyi
berulang-ulang saat aku masih meringkuk di balik selimut hangat dan
nyaman yang menemani tidurku sepenjang malam.
... Bip.. bip.. bip.. bip.... Menyebalkan sekali bunyi itu. Kuletakan
kedua tanganku di kepala dan mulai memijit-mijit halus kepalaku agar
rasa pening ini segera berlalu dan aku dapat meneruskan percumbuanku
dengan ranjang ini. ...Bip..bip..bip..bip..Ah! sebegini parahkah
hangover yang aku alami? Aku memang semalam minum agak banyak dalam
pesta ulang tahun rekan kantorku Diana yg diadakan di News Cafe
Kemang. Aku ngerasa betul2 'having a good time' sampai lepas kontrol
menghabiskan 2 gelas contreau' ditambah segelas 'Long Island. Aku
memang bukan tipe wanita peminum (Thank God!), namun dalam saat-saat
tertentu aku bisa minum diluar kemampuanku apalagi ketika aku sedang
benar-benar in the good mood.
...Bip..bip..bip..Bunyi itu rasanya familiar buat pendengaranku.
Sepertinya bunyi yang rutin kudengar tiap hari. Mana mungkin
pikirku... Aku khan nggak tiap hari minum sampai 'hangover begini.
Tunggu sebentar..wait a second...aku mengumpulkan kesadaranku yang
masih melayang kira-kira setengah meter diatas tubuhku.
"Ya ampun suara itu..!" Tersentak aku sambil bangun dari ranjangku
setengah melompat. Itu bunyi alarm jam-ku!.'Oh Widya kenapa jadi
begini!' Kukenali suara itu... itu suara si peri baik yg biasanya
berbisik di telinga kananku. 'Jangan sampai telat lho' katanya lagi
menasihatiku. Aku menjawab nasehatnya dengan segera masuk ke shower
dengan langkah yg masih setengah diseret. 'Ah Widya..udahlah ngapain
susah-susah..khan lamu bisa telpon kantor trus bilang nggak enak
badan' Nah yang ini pasti suara si peri nakal yang selalu berbisik di
kuping kiriku. 'Just one phone call aja dan kamu bisa kembali
merasakan kenyamanan ranjangmu' ucapannya kian menggoda. Nggak mungkin
lah kataku dalam hati. Soalnya hari ini aku harus ketemu supplier-ku
dan nggak mungkin di cancel begitu aja.
Segera aku membuka kran shower dan si peri pun lenyap tersapu air deras yang menerpa kulitku.
Sejenak aku melirik ke kanan dan kulihat si peri baik tersenyum kepadaku.
Seperti biasa aku tidak pernah memakai water heater/pemanas untuk
mandi pagi karena aku lebih suka membiarkan dinginnya air shower ini
memberikan 'shock terapi buat mengusir rasa malas dan kantuk-ku.
Betapa segarnya merasakan siraman shower di atas kepalaku bagaikan
rintik hujan yg terus-menerus menerpa membuatku sejenak memejamkan
mataku dan membiarkan air dari shower itu terus turun menjelajahi
lekuk-lekuk tubuhku. Kurasakan sejuknya air membelai tubuhku dari atas
sampai ke bawah menggelitik tubuhku dengan rasa dinginnya.

Rasa dinginnya menimbulkan rasa merinding terutama di wilayah dadaku.
Terasa payudaraku agak mengeras dan kedua puting susu-ku yang berwarna
merah muda agak kecoklatan menjadi lancip meregang suatu sensasi yg
sulit diungkapkan.

Kuteruskan mandi pagiku dengan bersenandung dan
kadang menyanyikan potongan bait lagu Mariah Carey kesukaanku....and
the hero comes along..with the strength to carry on...........
20 menit kemudian aku sudah berada di meja makan , menghabiskan
sarapan pagiku sambil terburu-buru. Oh ya aku sangat mengutamakan
sarapan karena aku tipe pekerja yang aktif bahkan cenderung
workaholic. Berbeda dengan teman-teman wanitaku yg lain , aku tidak
terikat untuk melakukan diet. Pertama adalah karena aku tipe sibuk dan
banyak kegiatan sehingga selalu butuh tambahan energi, kedua adalah
karena aku tipe cewek yang susah gemuk. Bukan karena cacingan tapi
karena kegiatanku yg padat membuat bentuk tubuhku senantiasa terjaga.
Pukul delapan tepat saat aku melirik jam tanganku ketika memasuki
pintu kantor Segaris senyuman ramah dari Nina resepsionis kantor
menyambutku hangat. Ucapan selamat pagi kuterima dari Bramanto ,
satpam kantor yang bertubuh tinggi besar namun memiliki suara seperti
tikus kejepit. Kontras sama bodinya. Aku balas menyapanya sambil
berlalu menuju ruangan kerjaku. Perusahan tempat aku bekerja ini
adalah perusahaan percetakan dan penerbitan terbesar di indonesia dan
aku adalah salah satu manager disitu. Usiaku 28 tahun dan ini adalah
tahun keempat aku bekerja disini. Gelar S1 UI dan S2 di sebuah
perguruan tinggi di Australia sepertinya sangat menolongku mencapai
posisi ini dalam waktu relatif cepat. Cukup cepat sehingga menimbulkan
kecemburuan diantara rekan2 senior disini. Well , bagiku itu problem
mereka yang penting aku tidak menginjak kepala mereka untuk menduduki
jabatan ini.
Ruang kerjaku terletak di lantai 4 di gedung milik perusahaanku.
Gedung yang cukup besar karena sekaligus menjadi satu dengan tempat
percetakan dan penerbitan. Ruang kerjaku tidak terlalu besar tapi juga
tidak kecil. Cukuplah bagiku untuk bisa melakukan senam2 kecil di
siang hari. Oh iya itu merupakan salah satu kebiasaanku untuk
menghilangkan penat dan merenggangkan otot. Kebiasaan itu terbukti
cukup sukses mengurangi stress dalam bekerja.
"Tok..tok..tok" Terdengar ketukan dan sesaat kemudian seraut wajah
muncul dari balik daun pintu itu. "Hai..good morning wid" ucapan itu
muncul dari wajah ganteng milik Hendra asistenku. " Eh..pagi Hen "
jawabku. "Wah gimana Wid..masih hangover?" Hendra bertanya sambil
melangkah duduk di depan mejaku. "Thank God nggak tuh..tadi waktu
bangun tidur sih sempet agak pusing tapi sekarang udah gak lagi tuh".
Hendra semalam yang terpaksa mengantarku pulang karena aku sudah
terlalu 'hi' buat mengemudi. " Sungguh ..aku baru kali itu liat kamu
mabuk Wid" Ujarnya sambil sebuah map berisi berisi beberapa berkas
yang harus kuperiksa.
"Oh ya..aku juga gak tau tuh bisa kebablasan minum gitu" aku menjawab
dengan enteng sambil membaca berkas -berkas yg disodorkannya.
Hubunganku dengan Hendra memang lebih mirip hubungan antar teman
biasa. Aku sendiri yang meminta dia agar bersikap informal dalam
hubungan kita. Dia baru mulai bersikap formal dengan memanggilku 'bu'
apabila dalam situasi-situasi tertentu saperti dlm rapat atau didepan
atasanku. Umur kita berdua hampir sama. Aku cuma lebih tua setahun
darinya. Hendra sudah berkeluarga dengan satu orang putra balita. Kami
biasa bercerita apa saja mulai dari masalah keluarganya atau kantor
bahkan sampai masalah sex kami bicarakan dengan gamblang. Tidak jarang
kita suka bertukar joke-joke ringan mengenai sex. Hendra memang
ganteng tapi cara bicara dia yang halus bahkan cenderung kemayu makin
membuatku tidak risih dengannya. Kalau bisa dibandingkan , gaya bicara
dan tindak tanduknya mirip Syahrul Gunawan bintang sinetron yg kemayu
itu. Malahan dalam urusan gosip dia menjadi trend setter di kantorku.
Apabila terlihat kerumunan ibu2 saat jam makan siang dan suasananya
riuh , dapat dipastikan kalau Hendra berada ditengah-tengahnya sedang
memeberikan laporan up to date-nya tentang gossip hari itu.
"Hen , bagaimana tentang nanti siang?..jam berapa pak Faisal datang?"
tanyaku. Pak Faisal itu adalah suplier yang akan kutemui siang ini. "
oh iya..dia datang setelah jam makan siang"
"Tadi sekretarisnya sudah confirm kesini" ujarnya lagi menambahkan.
"Eh tau nggak Wid tentang desas-desus mbak Diana dengan si Nina
resepsionis itu?" Kata Hendra mulai dengan nada 'rumpi-nya'. Memang
akhir-akhir ini di kalangan keryawan disini tersebar isu yang
mengatakan kalau Diana teman kantorku dari bagian finance yang semalam
berulang tahun itu seorang 'lines' (lesbian) dan memiliki 'affair'
dengan Nina resepsionis baru kantorku.
"Ah masa sih..Diana khan udah punya suami" aku menimpali sambil
membereskan beberapa pekerjaaanku. Sebetulnya aku nggak suka ngomongin
sesama teman. Apalagi gosipnya termasuk dalam kategori 'berat' seperti
itu.
"Tapi kayaknya benar tuh..akhir-akhir ini mereka suka keluar makan
siang berdua dan selalu nggak mau gabung kalau diajak makan bareng
sama yg lain". Hendra makin seru dengan gosipnya. Kemudian dengan
menurunkan nada suaranya ia berkata " Ada lagi yang lebih parah Wid".
Melihat ekspresi Hendra yang serius aku jadi mulai penasaran akan
ceritanya.
"Parah gimana?" tanyaku sambil ikut2an merendahkan nada suaraku.
"Si tikus kejepit Bramanto..pernah liat mereka berdua kiss-kissan
sambil pegang2an di toilet".
Wah seruku dalam hati. Gosip sih gosip , tapi kalau ternyata memang
betul ?.
"Pervert banget dong..si bramanto ngomong bener tuh?" kini aku benar-
benar tertarik. Tak dapat terbayangkan olehku kalau di kantor ini
telah terjadi hal2 yang betul2 'kinky' itu.
"Aku sih percaya omongan dia..lagipula kamu nggak tau yah kalo semalam
mbak Diana tuh pulangnya bareng Nina. Lagian baru kali ini khan anak
resepsionis yang masih baru udah diundang acara2 luaran kiat" katanya
lagi.
Wah aku tidak sanggup meneruskan bayanganku tentang hubungan mereka
itu. "Ah thats enough hen..aku sih mending diam ajalah ..kecuali
benar2 ngeliat di depan mata kepala sendiri" Kataku, ingin segera
menyudahi pembicaraan ini karena aku merasa bersalah sudah
membayangkan Diana melakukan perbuatan itu.
"Ok ok terserah kamu deh Wid , moga-moga juga gosip itu nggak bener
semua..aku cerita ke kamu aja sih soalnya khan kamu termasuk dekat
sama mbak Diana " Kalimat Hendra seakan mencari pembenaran bagi
ke'ember'annya itu.
"Knock it off..will u,.." kataku sambil bercanda dan mengibaskan
tanganku seakan aku tidak begitu tertarik dengan gosip itu. " I think
we better back to work..ndra tolong kamu siapkan berkas penawaran dari
suplier sebelumnya and i want it on my desk before lunch time " Sudah
cukup 'chit-chat-nya' dan aku kembali ke gaya kantoran lagi.
"Ok deh mam'..eh kamu mau lunch bareng gak nanti?". Hendra bertanya
sambil melangkah menuju pintu.
"mmm..aku mau makan siang di sini aja..thx buat ajakannya" jawabku.
Snip! Hendra membalas dengan menjentikan jarinya lalu jari telunjuknya
mengarah padaku lalu dengan gaya
kartun-nya yg agak ngeselin dia mengedipkan matanya sambil berucap "
see u then ". Grown up man! itu yang terucap dalam hatiku melihat
tingkah Hendra yg kadang masih kekanakan. Anyway kalo nggak ada dia
aku kesepian juga sih soalnya dia orangnya easy going dan asyik aja (
kecuali kalo kita lagi serius kerja ). Geli juga sih ngebayangin
gimana kelakuan dia di rumah. Khan dia udah berkeluarga . Gimana cara
istrinya menghadapi sifat 'rumpi' dan childish suaminya itu?.
'Widya..go back to work!' Ah si peri manis kembali berbisik di telinga
kananku mengingatkanku agar kembali ke pekerjaanku.
Belum sejam aku tenggelam dlm kesibukanku aku mendadak dikejutkan
dengan suara berisik dari jendelaku. Begitu aku palingkan wajahku ke
arah jendela tampak sesosok tubuh pria berdiri diluar. Oh rupanya itu
maintenance kantor yang sedang membersihkan jendela dengan menggunakan
lift khusus utk membersihkan jendela gedung2 tinggi. Kulihat petugas
pembersih itu mengenakan safety helm dan kemeja seragam maintenance
kantorku. Dipinggangnya dia memakai ikat pinggang pengaman dan
berbagai alat pembersih tergantung di pinggangnya. Terlihat wajahnya
yg keras dan kulitnya terbakar ditimpa matahari. Gerakan tangannya yg
berotot itu terlihat luwes menggerakan pembersih kacanya sementara
tangan yang satu lagi sesekali menyemprotkan cairan pembersih. mataku
tertuju pada bagian celananya yang terlihat menyembul tanpa kusadari
aku menelan ludah menatap daerah kejantanan pria itu yang terlihat
seperti polisi tidur menggunduk di daerah retseling celananya. 'Mmmm
pasti kokoh dan besar'ups o'o itu pasti suara peri nakal di telinga
kiriku! Segera aku meninggalkan pandanganku dari petugas pembersih
itu. Ada perasaan malu timbul dalam hatiku. Perasaan gengsi karena
petugas maintenance itu telah 'membius' pandanganku. Untung jendela
kantorku terbuat dari kaca gelap yang memantulkan cahaya dari luar.
Pasti orang itu tidak tau kalau aku tadi memandangnya seakan ingin
'menelan' (atau lebih tepat mungkin mengulum) bagian 'itu'. Aku
kembali ke pekerjaanku sambil sesekali menengok ke jendela. Aku merasa
seperti rugi melewatkan 'pertunjukan' yang jarang2 ini (jendela
kantorku dibersihkan 2 minggu sekali itu pun belum tentu dengan orang
yang sama).
Limebelas menit kemudian dia menghilang dari jendelaku pindah ke
tingkat lain. Saat itu Hendra kembali datang dan menyerahkan berkas
yang aku minta padanya. Hendra masih sempat mengajaku lunch bersamanya
di luar tapi kutolak karena aku memang sedang tidak ingin keluar
kantor. Mungkin karena tadi pagi sarapanku cukup banyak sehingga aku
memutuskan hanya menyantap apel yang kubawa dari rumah. Biasanya
segera setelah memasuki jam istirahat kantor aku melakukan senam-senam
ringan di ruanganku. Hal itu kulakukan rutin hingga menjadi semacam
ritual harian bagiku. Lebih baik aku makan siang dengan porsi kecil
plus sanam ringan daripada aku pergi makan hingga kenyang tapi
mengakibatkan rasa kantuk dan penat sepanjang sisa waktu kerja.
Kunyalakan stereo set di ruanganku dgn remote kemudian aku melepas
sepatu dan duduk agak selonjoran dengan santai di kursi. Kuangkat
kedua tungkai kakiku dan kuletakan diatas meja dengan posisi kaki
saling menyilang. Kuhabiskan apel yg kubawa dari rumah lalu kemudian
meminum sebotol air mineral. 'How refreshing! aku tetap duduk santai
sambil menggerakan ujung2 jari kakiku unutuk meregangkan otot. Suasana
kantor yg begitu tenang karena para karyawan sedang istirahat makan
siang membuatku merasakan suasana privacy yang tentram.

Bayangan petugas pembersih jendela itu kembali memenuhi fantasi-ku.
Sebenarnya aku adalah tipe wanita yang sangat pemilih dalam menentukan pria yang
akan kujadikan pertner dalam masalah sex. Biasanya aku memiliki
standar yang tinggi akan hal itu. salah satu yang penting adalah pria
itu haruslah memiliki tingkat intelektual minimal sama denganku. aku
suka tipe pria yang tenang , dewasa dan gentle. Seorang pria yang
mempu memberikan kepuasan psikologis daripada sekedar kenikmatan fisik
yg hambar. Selama ini rekan2 kencanku adalah pria berlatar belakang
pendidikan tinggi dan mampu melakukan 'clever conversation'. Akan
tetapi entah mengapa dalam berfantasi aku lebih suka membayangkan
pria2 kasar dengan fisik yang kekar dan kuat. tipe-tipe pekerja2 low
class yang mengandalkan otot daripada otak. Lebih nikmat rasanya
membayangkan mereka merengkuh tubuhku dengan kasar dan meniduriku
dengan senggama yang liar.
Bayangan pria pembersih jendela tadi diam-diam membangkitkan libidoku.
Terasa jelas tubuhku mulai dialiri gairah hangat yang berwujud suatu
perasaan sensasi seperti aliran listrik halus mengggelitik naik mulai
dari ujung kaki lalu perlahan lahan naik ke atas menjalari segenap
bagian tubuhku. Tanganku secara otomatis bereaksi dengan mulai
menyentuh dan mengusap-usap kedua pahaku yang di balut stocking yang
halus.

Tangan kiriku mulai meremas payudaraku dan tangan kanan
membelai paha bagian dalam hingga menyentuh tepat diantara kedua
kakiku. Tanpa sadar aku merentangkan kedua kakiku selebar mungkin
diatas meja hingga rok kerjaku kusut terangkat hingga pinggang.
Kubayangkan tangan2 kasar pria itu meremas dan mempermainkan buah
dadaku. Kubayangkan tangannya menyusup ke balik baju dan bh-ku dan
mulai mempermainkan puting susuku. Gerakan jari2nya begitu kasar
hingga mulai memelintir dan 'menjewer' kedua puting-ku. Terasa bagian
tengah celana dalamku yg masih terlapis pantyhose mulai basah.
Kuteruskan gerakan tanganku denen menekan kuat daerah klitoris dan
melakukan gerakan 'tekan dan putar' mirip gerakan mengulek.
Ahhh..nafasku mulai berat memburu. Kuatur dengan menarik nafas
panjang. Lalu kubayangkan pria tadi melepaskan celana kerjanya..
kubayangkan kejantanannya yang besar dan kokoh itu berdiri bebas tanpa
ditutupi celananya. Lalu perlahan diletakan di bibir kewanitaanku.
Kini kedua belah tanganku membelai daerah pangkal paha sambil
kubayangakan kenikmatan yang diberikan olehnya apabila 'kejantanannya'
itu menusuk menghujam kewanitaanku. 'ssssshh...aku mendesis dengan
penuh perasaan merinding yang nikmat mambayangkan hal itu. Terlebih
lagi nikmatnya gerakan kasar pria itu apabila 'memompa' kewanitaannku
dalam senggama yang liar dan kasar. Kian keras aku menekan areal
klitoris-ku , makin cepat seiring kenikmatan dan cairan kemaluanku
yang mengalir keluar seiring kedutan-kedutan di dalam liang
kenikmatanku. Makin kuat...makin kuat hingga kesadaranku menjadi gelap
diselubungi kabut kenikmatan yang mamabukan. Mulutku beberapa kali
terbuka lebar megap-megap menahan nafas yang memburu serta berusaha
mencegah suara rintihan itu keluar dari mulutku. Akhirnya saat
kubayangkan pria itu menusuk berulang dan makin keras , maka
terlepaslah samuanya...ibarat listrik mengaliri seluruh persendianku ,
aku tenggelam dan tersapu gelombang orgasme yang hebat! kedua kakiku
mengejang diatas meja sampai pantatku agak terangkat hingga posisi
duduk-ku makin melorot!...hmmmmmmmmmmmmmmmmm!" tak dapat kulihat apa2
lagi selain ribuan kunang-kunang menari manyilaukan mataku!.
Ahhhhhhhhhhhhhh! kulepaskan nafasku yang berisi gelombang kenikmatan
terakhir lalu aku kembali lunglai diatas kursi.

Terdengar suara tawa si peri nakal cekikikan di telinga kiriku.
Begitu mulai kesadaranku kembali aku dapati kalau posisi duduku melorot hingga punggungku
tinggal bersandar di dudukan kursi dan bagian pinggang sampai pahaku
menggantung diantara kursi dan meja. Tinggal sebatas lutut hingga
ujung kakiku saja yg masih berada diatas meja mencegahku jatuh ke
lantai. Ingin kutetap dalam posisi itu hingga desah nafasku kembali
normal tapi bunyi telpon membuatku segera bangkit untuk menjawabnya.
"Halo.." Desah nafasku masih setengah memburu. " Halo..mbak ini aku"
Terdengar suara dari ujung sana. Suara itu sangat kukenal karena itu
suara adiku Sonny (Sonny Amulet).
"Lho mbak kenapa koq nafasnya gitu abis senam apa abis lari?" ujarnya
yang cukup membuat wajahku merah padam.
"Eh aku abis senam..ada apa?" aku balik bertanya sambil mengalihkan
perhatiannya dari deru nafasku.
"Lho besok jadi nggak ke nyari PC-nya ke ITC?" jawabnya
Oh iya aku hampir lupa kalau besok aku janji mau menemaninya mengganti
komputer. " Iya..iya gimana dong bukannya kamu kerja sama kuliah?" .
"Besok aku kuliah pagi sampe siang...soal kerja sih besok nggak ke
kantor lagian Erika keluar kota" jawabnya.
"Oke deh kalo begitu...mbak jemput kamu jam 11 di kampus yah..tapi
kalo bisa sebelum jam tiga udah kelar soalnya mbak harus ketempat
suplier jam tiga".
"Ok deh bisa ..sebentar koq paling 2 jam-an" katanya memastikan.
"Ok deh ..ampe besok mbak daaaah" tanpa menanti jawabanku dia menutup
telponnya. Dasar tuh anak kalo ada maunya bisa aja. Aku segera
merapikan bajuku mengenakan sepatu lalu ke toilet untuk segera
membersihkan bagian kewanitaanku yang 'kegerahan'. Siang itu pertemuan
dengan Suplier berjalan dengan baik dan segalanya sesuai dengan
rencana.

Sore itu selepas jam kantor aku masih saja berada di ruang kerjaku.
Seperti biasa aku memberskan semua sisa pekerjaanku sekaligus semacam
evaluasi pribadi akan kinerjaku hari itu. Itu merupakan salah satu
kebiasaanku karena aku tidak mau ada sesuatu yang tercecer atau
tertinggal hingga membuatku repot di hari berikutnya. Dan seperti
biasanya suasana lalulintas di depan kantorku sangat padat ( nggak
cuma di depan kantorku sih..di jakarta memang dimana-mana padat kalau
jam pulang kantor). Biasanya aku suka mampir di Playan yang kebetulan
dekat dengan kantorku dan bersama beberapa rekan kantor 'hangout'di
kafe wien sampai keadaan jalan mulai lenggang baru pulang. Tapi saat
itu aku malas beranjak keluar kantor dan iseng browsing di internet
sambil minum capucino. 20 menit kemudian aku merasa harus segera ke
toilet dan seperti biasa aku suka menggunakan toilet yang terletak di
bagian direksi. Alasanku adalah karena toilet wanita disana lebih
jarang digunakan karena biasa hanya digunakan oleh tamu direksi yang
wanita dan para sekretaris direksi saja ( lagipula para direksinya
adalah pria semuanya) jadi lebih memenuhi rasa higienis-ku. Aku
melintasi ruang kantor utama yang sudah kosong menuju ke bagian
selatan lantai 4 ini. Di bagian direksi sebagian besar lampu sudah
dipadamkan sehingga hanya lampu2 pada koridor saja yang masih tetap
menyala. Sebenarnya suasana temaram dan sepi ini agak menyeramkan tapi
karena sudah empat tahun bekerja disini aku sudah familiar dengan
suasana gedung ini. Lagipula di lantai satu dan dua di bagian produksi
kegiatan tetap berlangsung dan masih ramai dengan pekerja. Aku
memasuki toilet wanita yg terletak di tempat paling ujung bagian
direksi. Lampunya masih menyala dan tanpa ragu aku melangkah masuk
kedalamnya. Begitu memasuki toilet aku langsung melewati jajaran
wastafel di kedua sisi dengan cermin sepanjang dinding kedua sisinya.
Ada empat bilik toilet di dalamnya. Di pintu masuk dua bilik pertama
tergantung sign "RUSAK/DALAM PERBAIKAN" sehingga aku memasuki pintu
ketiga. Ketika aku sedang duduk di toilet itu ada perasaan aneh yang
muncul. Perasaan yang mengatakan kalau aku tidak sendiri di ruangan
ini. Insting-ku seperti merasakan kehadiran orang lain di ruangan
ini . Aku segera mengusir perasaan itu jauh-jauh dan segera setelah
selesai buang air kecil aku segera membersihkan diri (tentunya
flushing the toilet juga) lalu ingin segera meninggalkan ruangan yang
mulai 'spooky' itu. Belum sempat aku keluar tiba2 pintu masuk toilet
terbuka dan terdengar langkah2 kaki yang tergesa-gesa. Ada sedikit
suara bisik-bisik singkat yg membuatku mengenali suara itu. Itu suara
Diana! rasa ingin tahuku keluar hingga aku perlahan membuka pintu
bilik-ku mengintip. Rupanya mereka berada di sisi yang sama dengan
jajaran bilik toilet sehingga aku tidak dapat melihat langsung ke arah
mereka. Akan tetapi cermin besar sepanjang sisi seberangnya membuatku
bisa melihat mereka melalui cermin itu. Dan apa yang kulihat benar-
benar membuat kedua lututku gemetar. Diana dan Nina si resepsionis
sedang bergelut penuh nafsu birahi! kulihat bibir keduanya saling
menempel erat dan desah nafas mereka berdua terdengar keras memenuhi
ruangan itu. Perasaan antara jijik dan shock aku rasakan menyaksikan
dua orang wanita yang kukenal melakukan hubungan sejenis di depan
mataku. Ingin aku memalingkan muka karena muak melihat perbuatan
mereka namun rasa ingin tahu-ku terlalu kuat hingga aku menyaksikan
'permainan' mereka dari balik pintu toilet ini.

Diana terlihat lebih mendominasi 'pergumulan' itu sedangkan Nina lebih
tampak sebagai objek pemuas. Tangan Diana tampak begitu rakus dan liar
menjelajahi setiap lekuk tubuh Nina. Dua pasang tangan yang halus dan
lentik terlihat tergesa-gesa saling mencopot pakaian bagian atas
pasangan masing-masing. Sepasang bibir yang sama-sama mengenakan
lipstik tampak sangat tidak wajar saling menempel lekat seperti itu.
Bahkan bayanganku tentang hubungan lesbian selama ini tidak se'seram'
kenyataan yang terlihat gamblang di depan mataku. Aku menarik nafas
panjang dan sejenak berusaha menerima fakta didepanku bahwa gosip si
Hendra benar dan cerita Bramanto si satpam juga benar adanya. Tapi
mengapa harus Diana? mengapa harus teman yang telah kukenal sejak
pertama kali aku kerja disini dan mulai cukup dekat dua tahun terakhir
ini. Aku tidak menyebut akrab karena hubunganku dengannya memang hanya
sebatas hubungan kantor dan di acara-acara luar kantor yang melibatkan
orang2 dari kantor ( such as ultah-nya semalam). Tapi kuakui selama
dua tahun terakhir ini kita berdua cukup intens dalam berhubungan.
Diana cukup sering menelpon dan bercerita banyak hal denganku. Memang
belum sampai dlm taraf curhat sih soalnya kami berdua seperti-nya tipe
wanita yang lebih suka menyimpan hal-hal pribadi dan hanya menikmati
percakapan yg bersifat umum dan populer saja. Oh iya Diana adalah
wanita yg telah berumah tangga , usianya 30 tahun wajahnya menarik dan
memiliki pesona kematangan seorang wanita yang pastinya sangat sexy
khususnya di mata pria2 berpendidikan yang suka dengan wanita yg
memiliki intelektualitas dan mandiri. Nina sendiri masih terlihat
sangat muda , mungkin sekitar 22-23 tahun umurnya. kulitnya kuning
langsat dan wajahnya khas mojang Priangan dengan kecantikan yang
lumayan. Kulitnya tampak kencang dengan payudara dan bagian pantat
yang cukup montok. Tubuhnya lumayan jangkung dan jujur saja membuatku
iri ( padahal tinggi badanku yang 162cm ini menurut teman2 sudah cukup
tinggi). Tapi tetap saja aku iri dengan tinggi badannya titik. Saling
bergantian kedua wanita itu melepaskan nafsu mereka meremas , dan
kemudian menghisap , menjilat (etc..etc segala jenisnya) payudara
pasangannya. Kemudian tubuh Nina yang langsing itu tampak beranjak
duduk diatas wastafel. Diana dengan sigap menarik celana dalam
pasangannya sampai lepas hingga tersangkut di sebelah kakinya lalu
melakukan oral. YUKS!!! agak mual aku membayangkan bila aku yang harus
melakukan itu. Adakah kenikmatan yang didapatkan dengan mencumbui
kemaluan dari sesama wanita??. Setidaknya itu yang ada di pikiranku
pada awalnya. Tubuh Diana dalam posisi berlutut. Kepalanya tepat
berada diantara paha milik Nina yang kadang2 menutup mengejang menahan
geli. Kuperhatikan wajah Nina yang sangat 'ekspresif' menterjemahkan
tiap kenikmatan yang dirasakannya. Matanya yang sayu terbius
kenikmatan kadang agak mendelik dan kadang terpejam dalam waktu lama
seiring galombang kenikmatan yang datang menerpanya bagaikan ombak
memecah pantai silih berganti. Kedua telapak tangannya yang halus
itupun seperti mengikuti irama yang sama dengan ekspresi wajahnya
menjelajahi tiap bagian dadanya sendiri. Terkadang tangannya membelai,
kadang seperti menggaruk dan memelintir kedua ujung payudaranya
sendiri. Dia menikmati itu semua serasa dia hanya sendiri diruangan
ini. Kedua pasangan itu tampak seperti menikmati permainan mereka
dengan cara sendiri-sendiri. Kurasakan detak jantungku kian berdentang
kencang dan nefasku kian berat. Lambat tapi pasti fantasi memenuhi
kepalaku. Aku membayangkan kenikmatan saat aku melakukan masturbasi
tadi siang. Posisiku yang sedang mengintip menimbulkan semacam sense
of privacy yang membuatku makin tenggelam dalam permainan panas yang
disuguhkan dua insan sejenis di depan mataku. Seumur hidupku belum
pernah aku melihat langsung wanita yang sedang berhubungan sex (jelas
karena selain bukan lesbi aku juga belum pernah melakukan orgy or
threesom). Ketika masih kuliah beberapa kali aku pernah berkencan di
motel2 kelas 'mahasiswa' yang full cermin sampai ke plafon hingga aku
bisa melihat diriku bagai dalam aquarium. Tapi berbeda menyaksikan
diriku sendiri bercinta dengan menyaksikan wanita lain yang memiliki
tubuh yang lekuknya tidak kukenal. Aku merasakan ada suatu pesona unik
dalam tiap geliat tubuhnya itu. Pesona yang kuyakin diliat juga oleh
partner2 sex-ku dalam diriku. Setidaknya ini akan menambah percaya
diriku apabila ber-intercourse kelak.
'Widya...what are u doing honey!!' suara itu tiba2 membuyarkan
konsentrasiku. Si peri baik lagi...Ah selalu tepat disaat-saat tidak
dibutuhkan' keluhku dlm hati. 'Kamu harus malu sama diri kamu sendiri'
suaranya tajam menusuk persaanku. Betul juga sih..untuk apa aku
mengintip seperti ini? aku jadi malu sendiri. "Hah abis harus gimana
lagi dong khan kamu terjebak disini' uh itu si peri nakal membela-ku
kali ini. Iya betul aku khan nggak sengaja. Lagian khan lebih tidak
menyenangkan kalau saat ini aku keluar dan mengganggu 'permainan'
mereka. Bukannya aku setuju dengan perbuatan mereka, tapi bagaimana
caranya ? Apakah aku harus keluar lalu menyapa 'hai diana, hai Nina'
terus berlalu? Jelas nggak mungkin dong !. Sebersit perasaan bersalah
muncul dalam hatiku. Kenapa tidak sejak awal aku keluar dari bilik ini
saat mereka masuk pertama kali. Mungkin hal itu akan membatalkan niat
mereka. Tapi kembali kupikir bahwa disini atau ditempat lain sama
saja. The point is : Diana dan Nina itu betul2 Lesbian! dan mereka
pasti akan melakukan perbuatan itu walau tidak disini!. Segera aku
mengusir rasa bersalah itu jauh-jauh. Kutinggalkan peri nakal dan peri
baik saling bertengkar dan kembali aku memusatkan perhatian kepada
sepasang wanita yang sedang mabuk oleh hasrat 'panas' masing-masing.
Sekarang Diana sudah duduk di tepi wastafel disamping Nina mereka
berciuman sejenak lalu keduanya merogoh tas memsing-masing dan
mengeluarkan masing2 mengeluarkan benda panjang dan lonjong yang sudah
sangat aku kenal...dildo!
'My God..mereka pasti sudah merencanakan ini' aku terkejut melihat
'peralatan' mereka yang cukup lengkap itu ( jelas menunjukan niat
mereka ). Kedua dildo itu berwarna biru muda dan memiliki ukuran
panjang sekitar 20 cm ( sepertinya dibeli bersamaan di satu tempat
melihat model dan warnanya seragam). Aku cukup akrab dengan 'mainan'
itu karena aku memiliki 'koleksi-nya' dirumah. Aku sebut koleksi
karena aku sama sekali tidak pernah menggunakannya dan belum terpikir
untuk mencobanya karena bagiku fantasy abstrak dan sentuhan alami
lebih dapat dinikmati daripada sentuhan stimulasi kasar dari benda2
yang cukup 'imajiner' bentuknya itu. Aku memiliki dua buah alat
stimulasi sejenis. Sebuah Dual-dildo ( dildo yang memiliki dua
'kepala' sehingga bisa digunakan bersamaan dengan arah yang
berlawanan) , dan satu vibrator jenis standar yaitu dildo yg mampu
bergetar dengan tenaga batere dengan tiga tingkatan kecepatan yang
dapat diganti-ganti. Benda-benda 'kinky' itu adalah oleh-oleh dari
Caroline -gadis Singapura yang pernah jadi roommate-ku ketika studi
pasca serjana di Aussie. Dua tahun lalu dia liburan ke jakarta dan
menghadiahi aku 'mainan' itu. Biar aku tetap inget masa gila2an kita
berdua di Aussie katanya. Well..i do have a good time waktu itu (
mungkin akan aku ceritakan di kisahku yg lain ). Ups , aku malah
ngelantur mikirin yg lain. Ok back to the 'love' scene lagi deh....
Diana dan Nina duduk bersandar pada cermin diatas wastafel. Kini
giliran Nina yang gencar mencumbui leher Diana yang tampak mengkilat
bersimbah peluh. Keduanya menggenggam dildo masing2 dengan pegangan
yang begitu mesra serasa seperti memegang sasuatu yang lain. Sesuatu
yang dengan jelas dan eksplisit direpresentasikan oleh bentuk dildo
itu. Sekitar 10 menit kemudian ruangan toilet itu di penuhi suara
nafas dan lenguh kenikmatan tatkala sepasang wanita cantik itu mulai
menggunakan 'mainan' mereka sesuai dengan kegunaannya. Kakiku mulai
terasa letih disaat Diana dan Nina mulai melenguh panjang dengan nafas
yang menderu saling bersahutan. Makin liar mereka 'memainkan' dildo
ditangan mereka yg tersembunyi di didalam rok kerja mereka. Jelas
terlihat guratan kenikmatan memenuhi ekspresi Diana. Sedangkan wajah
Nina terlihat mulai 'blushing' , merah padam. Sedetik kemudian tubuh
mereka berdua mengejang menahan derasnya orgasme yang jelas terlihat
menyelimuti getaran tubuh mereka berdua. Mereka bagai hendak
menghujamkan dildo itu sampai tertelan semuanya dalam kewanitaan
mereka dan tangan mereka yang bebas saling menggenggam erat. Begitu
eratnya sehingga baru terlepas perlahan sesaat setelah desahan nafas
kenikmatan terakhir mereka berlalu. Aku merasa sudah cukup melihat
semuanya. Lebih dari cukup buatku menyaksikan suatu pemandangan yang
membuatku cukup shock sekaligus membawa sensasi kenikmatan dan
keindahan tertentu dlm diriku. Yang jelas aku seperti melihat sesuatu
yang baru dalam diri kaumku sendiri - Lesbian itu nyata adanya!. Aku
terduduk lemas di atas tutup closet. Terasa peluh di bagian leherku
mengalir hingga ke dadaku. Aku terus diam sampai mereka berdua
meninggalkan ruangan dengan hanya memperdengarkan suara pintu yg
ditutup perlahan. Lega rasanya bebas setelah terjebak dalam toilet
akibat ulah sepasang wanita yg dimabuk 'cinta'tadi. Bagiku kata mabuk
saja lebih cocok dibanding kata cinta. My God ! dalam keadaan mabuk
berat sekalipun aku masih cukup waras untuk tidak bercumbu dengan
pasangan sejenis. Segera aku keluar dan ketika melewati deretan
wastafel aku menyempatkan diri merapikan diri di depan cermin (
always) Tentunya aku tidak bercermin di deretan wastafel tempat Diana
dan Nina tadi karena ada semacam perasaan 'emoh menyentuh ataupun
mendekati bekas tempat mereka 'bermain' tadi. Bahkan aku masih
merasakan sisa aura mereka di bagian itu. Aku meraih hp-ku dan segera
men-dial no telp Hendra. Tidak sabar aku ingin mendengar komentarnya
akan apa yang baru saja aku alami disini. Biasalah dalam keadaan
seperti ini aku tidak dapat menahan keinginan-ku untuk segera bergosip
(panggilan jiwa!!...nggak salah khan?).

Tiba-tiba aku tersentak dan mem*kik tertahan mendengar bunyi ponsel
yang suaranya cukup menyolok pendengaran ( karena suasana sedang
hening ) dan berasal dari salah satu bilik toilet yang dipintunya
terpampang sign rusak tadi! Suara itu diikuti suara hentakan sepatu
dan bunyi benturan di pintu bilik itu. " Siapa disitu! " dengan
spontan aku menegur dengan hati ciut. Karena kaget aku segera
mematikan ponselku dan menanti jawaban dari balik pintu. Sesaat
kemudian pintu itu terbuka dan betapa terkejutnya aku melihat wajah
Hendra asisten-ku muncul dari balik pintu kedua toilet!..Lho...! kata-
kata itu hampir bersamaan keluar dari mulut kita berdua dengan penuh
rasa terkejut. Wajah Hendra masih tampak dengan ekspresi kaget dan
konyol-nya itu ketika pintu bilik pertama terbuka dan Bramantio - si
satpam keluar dengan melongo kepadaku tanpa mampu berkata apa-apa!
Antara kaget dan malu aku menghardik mereka berdua bagai seorang kakak
yang marah pada adik-adiknya " ngapain kamu berdua disini..di toilet
wanita? ". Aku segera sadar kalau mereka rupanya sudah janjian ngintip
Diana dan Nina disini. " Lha kamu sendiri ngapain ?" ucap Hendra
dengan lugu sekenanya. " Lho ini kan toilet wanita jelas aku ada
keperluan masuk ke sini " Kataku dengan nada meninggi. Aku kesal pada
mereka berdua karena merasa bahwa mereka telah mengganggu privasi-ku
disini. Kesal karena baru sadar kalau dua orang lelaki ini tadi juga
telah ada saat aku duduk di closet. Walaupun aku cuma pipis tapi ada
semacam sense of privacy-ku yang dilanggar dengan kehadiran dua pria
ini kendatipun aku juga sadar kalau mereka juga pasti tidak menyangka
aku akan ke sini. Kulihat Hendra senyum-senyum kecut menatap-ku dengan
tatapan tolol-nya sedangkan Bramanto terlihat salah tingkah dan tidak
berani memandang wajahku. Tubuhnya yang gempal tampak bergerak-gerak
mengikuti nafasnya yang berat agak tersengal-sengal serta sebentuk
gundukan panjang mirip polisi tidur tercetak jelas di celana satpam-
nya yang ketat. Rupanya si Bramanto ini masih belum bisa menghilangkan
sensasi rangsangan akibat 'tontonan' gratis tadi.
"sorry Wid...kita nggak tau kalau kamu bakal masuk kesini " ujar
Hendra dengan guilty face.
"Eh tapi bener khan cerita-ku...aku sama 'manto memang sengaja mau
buktiin gosip itu " ujarnya lagi setengah membela diri tapi dengan
ekspresi penuh kemenangan karena berhasil membuktikan omongannya
padaku.
"Iya bu..mereka sudah sering begituan disini " ujar Bramanto
menimpali.
"Berarti kamu juga sudah sering nyelinap masuk kesini buat ngintip
mereka " kataku dengan dengan nada suara agak mengintimidasi satpam
itu.
"Eh nggak bu..ini baru yang kedua dan ini juga karena pak Hendra
penasaran mau tahu"
"Waktu yang pertama juga aku nggak sengaja pas lagi kontrol aku dengar
suara kasak-kusuk..nggak taunya ibu Diana dan mbak Nina itu..."
katanya tanpa melanjutkan kalimatnya.
"Sudah yang jelas masalah ini biar aku saja yang ngomong ke Ibu
Diana..Pak Hendra dan kamu diam-diam saja" Aku berbicara dengan tegas
dan singkat. Yang jelas aku ingin cepat-cepat meninggalkan ruangan
toilet wanita ini. Sebenarnya aku masih ingin ngobrol banyak sama
Hendra tapi karena ada Bramanto si satpam aku jelas harus tetap
menjaga image-ku sebagai atasan juga image Diana dan Nina di depan
satpam itu seburuk apapun keadaan mereka dimata kita sekarang. Kita
bertiga segera beranjak keluar dari situ. Aku dan Hendra kemudian
terlibat perbincangan ( lebih tepatnya pergunjingan ) seru tentang
kejadian yang sama sekali tidak disangka tadi ( bagi Hendra mungkin
sudah disangka karena mereka memang niat mau ngintip).
Waktu sudah menjelang pukul delapan malam ketika Hendra pamit pulang.
Aku sendiri masih asyik mengutak-atik internet explorer-ku sambil
menikmati suasana lengang di kantor. Pikiranku kembali terbayang pada
kejadian paling menghebohkan yang kualami hari ini. Aku jadi bertanya
dalam hati..apakah aku betul-betul menikmati apa yang kulihat dari
adegan-adegan penuh nafsu yang dipertontonkan Diana dan Nina di toilet
tadi?. Normalkah aku kalau ada rangsangan yang timbul dalam diriku
ketika melihat 'ulah' mereka tadi? Suasana ruangan kantorku yang sudah
kosong ini mirip sekali dengan suasana tadi siang pada jam istirahat.
Lenggang dan nyaman membuat aku merasa kembali rileks.
Perlahan tapi pasti aku seperti ter-sugesti oleh semua yang kualami
hari ini. Mulai dari nikmatnya air dingin dari shower tadi pagi ,
kemudian orgasme yang penuh sensasi tadi siang , lalu terakhir adalah
suguhan nafsu yang penuh keindahan yang diperagakan dengan sempurna
oleh Diana dan Nina diatas wastafel itu.... Oh benakku kembali diserbu
berbagai fantasy yang cukup membuat peri baik yang senantiasa berbisik
di telinga kananku cemberut. Sementara si peri nakal dengan sepasang
tanduk kecilnya tampak tersenyum manis sambil menggelitikku dengan
trisula godaannya yang makin tidak ter-elakan lagi. Kurasakan
kewanitaanku mulai basah dan aku diselimuti oleh aroma sexual yang
tinggi.
'Tok..tok..tok suara ketukan halus terdengar dari balik pintu
ruanganku. " Bu Widya.." terdengar suara lelaki tapi suara itu bagai
terjepit diantara kerongkongannya. Ah itu pasti Bramanto si satpam.
"Iya ..kenapa?..masuk aja" aku mengundangnya masuk. Saat yang
bersamaan tanpa diundang semua stimulasi yang kuterima hari ini turut
memasuki pikiranku dan menentukan keputusan buatku.
"Kebetulan aku lewat dan melihat ruangan ibu masih terang...ibu masih
lama disini?" suaranya datar dan sopan. Aku hendak menjawab tapi dia
kembali melanjutkan kalimatnya
"Aku sekalian mau pamit pulang..lagian udah ganti shift..kalo ibu
masih lama dan perlu beli makanan atau minuman bisa titip aku biar
nanti aku suruh maintenance yang mengantarkan kemari.." Ujarnya.
Bramanto rupanya sudah berganti pakaian. Seragam satpam-nya telah
berganti polo shirt dan di tangan kirinya ada tas kecil yang pasti
berisi seragam satpamnya. "Oh tidak..terima kasih sebentar lagi aku
juga mau pulang" Jawabku dengan ramah. " Manto duduk sini aku mau
bicara denganmu " suaraku penuh penekanan dengan nada memerintah.
Bramanto tampak agak ragu tapi dia menuruti perintahku dan duduk di
kursi di depan mejaku.
"Eh masalah tadii itu bu...bener lho aku sebenarnya nggak
berniat..tapi pak Hendra yang.." suaranya terputus putus karena merasa
bersalah.
"Aku tidak menyalahkan kamu tapi aku meminta kamu supaya ,
merahasiakan hal tadi..aku tidak mau mendengar sampai ada orang lain
lagi yang tau hal ini " ujarku sambil bangkit dan duduk ditepi meja
kerjaku tepat di depannya. Dengan sengaja aku meletakan paha kananku
diatas paha kiriku. Gerakan itu sengaja aku lakukan dengan agak
demonstratif. Sekarang pasti sebagian besar pahaku yg terbalut stoking
nampak jelas dimatanya. Bramanto memperbaiki posisi duduknya. Jakunnya
terlihat bergerak menelan ludah. Itu reaksi yang kunantikan!. Sejenak
aku memandangi sosok gempal yang nampak rikuh didepanku. Dia kira-kira
berusia 25 tahun dan sudah berkeluarga. Tipe pria pekerja yang selalu
jadi bahan fantasi-ku! Dia pasti merasa kalau aku memandangnya dengan
tatapan yang tidak pantas. Tapi aku telah menentukan pilihanku. Lebih
tepatnya adalah hasratku telah menentukan pilihannya bagi keinginan
tubuhku.
"mm..maaf bu tapi aku harus segera pulang" rupanya dia sudah merasa
gelisah.
"Kamu sudah berkeluarga?" tanyaku lagi tidak mempedulikan
perkataannya.
"Iya bu..sudah 4 tahun"
"Istriku sedang hamil" lanjutnya lagi. "hamil tujuh bulan bu" jawabnya
lagi tanpa ditanya. Betul2 terlihat gugup sehingga dia menjawab
sesuatu yang tidak kutanyakan. Cukup mudah bagiku untuk memanipulasi
dan memancing pria sekelasnya. Selama ini aku terbiasa berinteraksi
dengan pria2 berpendidikan dan memiliki intelektual yang cukup tinggi
sehingga dengan mudahnya aku mendominasi percakapan dengan Bramanto.
Status sosial serta posisiku yang jauh lebih tinggi darinya membuat
dia sangat menghormatiku hingga dengan mudah terintimidasi olehku.
Dalam posisi 'in charge' seperti ini , rasa percaya diriku makin
tinggi hingga aku mulai memperlakukannya sebagai obyek dari hasratku.
Segala sesuatunya telah aku pikirkan dengan matang sehingga aku yakin
dengan setiap perbuatanku padanya.

"Tadi kamu sepertinya menikmati sekali mengintip ibu Diana dan Nina di
toilet itu" aku berucap dengan penuh provokasi.
"Ehm..ya ngak juga sih...tapi ya.." sesaat dia bingung untuk
melanjutkan ucapannya itu.
"Ehm..ibu juga khan ngerti, namanya juga lelaki normal..ya suka juga"
Wajahnya tampak memerah berkata begitu tapi aku melihatnya bagai
gunung es yang mulai cair. Nada suaranya terdengar mulai rileks dan
lebih enteng. Ada perubahan yang terlihat dari bola matanya yang hanya
sekali-sekali berani menatap wajahku. Kulihat mulai ada gairah di
matanya. Bagiku itu tandanya Bramanto sudah mulai menduga arah
pembicaraanku. Sekarang tinggal menunjukan padanya secara eksplisit.
"Kenapa..apa istri kamu dirumah kurang bisa melayani kamu? " kulepas
kedua sepatuku dan membiarkan kedua kakiku tergantung bebas .
"ehm..segenarnya sih nggak juga..tapi ya dia lagi hamil tua..ya
jadinya aku sudah lama nggak..." suaranya terhenti ketika kuletakkan
kaki kananku diatas pangkuannya. Entah apa yang berada di dalam
pikiranku karena saat itu yang tujuanku adalah memuaskan hasrat yang
kian menggebu. Kuyakin Bramanto tidak akan sanggup menolak keinginan-
ku. Tinggal masalah kendali bagiku karena siapa yang mengendalikan
dialah yang mendominasi. Sementara bayangan tubuh Diana dan Nina yang
menggeliat saat menahan kenikmatan kembali membayangi fantasi-ku.
Tampak Bramanto terdiam kembali terlihat jakunnya naik turun dan
nafasnya menjadi berat pertanda gairahnya memuncak. Kini kedua matanya
menatap-ku dengan tatapan yang sama sekali tidak kusukai. Tatapan itu
penuh nafsu terpendam dan hasrat ingin menguasai. Terlihat pandangan
khas seorang laki-laki yang memandang wanita di depannya ini sebagai
objek sex yang siap memenuhi nafsu sesuai seleranya. Itu adalah hal
yang paling kubenci dari pria dalam berhubungan sex apalagi kini
tatapan itu keluar dari pria yang kuanggap tidak selevel dengan-ku.
Apa boleh buat aku yang memancingnya , kini aku yang harus
mengantisipasi itu dengan segera memegang kendali 'permainan' ini.
Tangan Bramanto mulai meraba pergelangan kaki kananku yang
kutumpangkan diatas pahanya. " Kamu menginginkan aku khan ?" kataku
halus namun penuh penekanan.
"Ah ibu Widya...aku nggak enak " ucapnya namun tangannya mulai merayap
keatas kebagian paha-ku.
"Tutup mulutmu dan turuti permintaanku " Kataku dengan suara pelan dan
halus.
"layani aku " ujarku singkat setengah berbisik. Wajah Bramanto masih
terlihat bingung ketika aku memindahkan posisi duduku sehingga
sekarang tepat berada diatas meja didepannya. Aku kemudian membuka
kedua pahaku dan menginjakkan kakiku di pegangan kursi tempat Bramanto
duduk. " tolong lepaskan stokingnya " ujarku memerintahnya. Rupanya
suaraku dalam keadaan seperti ini membuat Bramanto seperti terhipnotis
sehingga tanpa basa-basi lagi dia menuruti permintaanku. Tangannya
menelusup ke balik rok-ku dan menarik pantyhose yang kukenakan. Sempat
dia berusaha menarik celana dalamku agar turut terlepas turun namun
dengan lembut aku memberi isyarat agar dia tidak melakukan itu.
Matanya tampak setengah melotot dan berulang kali jakunnya naik turun
menelan ludah ketika sepasang betis yang indah mulus terekspose
didepan matanya. Tanpa di suruh dia langsung mengangkat kaki kiriku
dan mulai menciumi betis-ku. Terasa hangat ketika lidahnya menjilati
betisku. Kurasakan sesekali dia mengecup betisku dengan nafas menderu
hingga menimbulkan rasa geli yang mebuatku merinding.
"tolong mulai dari bawah " ujarku sambil meringis menahan geli dan
nikmat. aku ingin sekali Bramanto melakukan 'legjob' di kakiku.
Kuangkat kaki kananku dan kusodorkan tepat di depan wajahnya.
Kurasakan dengus nafasnya di ujung kakiku. Tampak Bramanto mengamati
kakiku dengan penuh minat dan nafsu. Sejenak dia tampak ragu dangan
apa yang akan dilakukannya. Kupikir Bramanto adalah tipe pria
Indonesia pada umumnya yang biasa melakukan hubungan sex dengan
foreplay yang kurang kreatif. hanya berorientasi pada pemuasan diri
sendiri tanpa memikirkan bahwa wanita ingin mencapai puncak kepuasan
melalui semua tahapan kenikmatannya sendiri. Mungkin Bramanto belum
pernah menjilati kaki wanita dalam berhubungan namun kali ini adalah
permainanku dan dia harus menuruti keinginanku. Sesaat kemudian dengan
perlahan dia mendaratkan bibirnya mengecup punggung kakiku. Aku
menarik nafas panjang sambil merasa cairan dalam bibir kewanitaanku
kian bertambah. Terasa kini seluruh bagian kakiku dijilatinya dengan
penuh nafsu. Rupanya dia baru merasakan nikmatnya mencumbui kaki
wanita. Apalagi aku sangat merawat semua bagian tubuhku bahkan sampai
ke ujung kaki. Wajar Bramanto berbuat demikian karena mungkin selama
ini dia senantiasa berhubungan dengan wanita yg kurang menjaga tubuh
sehingga di enggan atau bahkan tidak pernah berpikir melakukan itu.
Kurasakan sensasi yang nikmat mulai menjalari tubuhku ketika Bramanto
mulai menjalari kakiku dengan jilatannya yang kini telah mencapai
bagian dalam pahaku. Tanganku bergerak meraih payudaraku sendiri dan
mulai aku usapkan tepat di bagian putingku yang terasa mengencang di
balik bra. Bramanto masih mencumbui kedua pahaku kepalanya bagaikan
terjepit diantara kedua pahaku dan sesaat lagi dia akan segera
menyentuh kewanitaanku. Kutdorong kepalanya keluar dari rok-ku lalu
kurapatkan kembali kedua belah pahaku. Bramanto menatapku dengan
tatapan yang menunjukan ketidak puasannya sepertinya dia protes
padaku. Tapi akupun demikian akupun belum mencapai kepuasan yang aku
inginkan. Aku memintanya mengeluarkan sapu tangannya lalu kuikatkan di
kepalanya menutupi matanya. Lalu kuborgol tangannya dengan borgolnya.
Bramanto protes namun aku jelaskan padanya kalau ini adalah
permainanku bukan permainnya. Dia pun menurut dan mengikuti perintahku
selanjutnya. Memuaskan dirimu bukan hal yang sulit tapi memuaskan
diriku adalah hal yang sulit pikirku. Kulepaskan celana dalamku lalu
berdiri agak membungkuk membelakanginya sambli tanganku bertumpu di
meja kerja di depanku.

Bramanto berlutut di belakang badanku dalam
keadaan mata tertutup dan tangan di borgol. Betul2 perfect condition
bagiku untuk menuntaskan hasratku hari ini. Kupejamkan mataku agar
memudahkanku larut dalam fantasi yang sedang kubangun ini. Sejenak aku
memejamkan mataku menunggu sentuhan Bramanto. " uhhhh.." tanpa sadar
aku mengerang karena sesuatu yang hangat dan basah sedang menjilati
tumit kaki kiri-ku. Halus sekali sentuhan itu..sentuhan yang berasal
dari lidah yang serasa menari-nari dipermukaan kulit tumitku lalu
perlahan naik ke betis bagian belakang. Suasana saat itu sunyi sekali
hingga dapat kudengar deru nafasku silih berganti dengan bunyi nafas
berat milik lelaki yang sedang berlutut di belakangku sekarang. Terasa
kumis Bramanto yang kasar itu menggelitik di sepanjang kakiku.
Kurasakan deru nafasnya mendarat di bagian paha dan membuat aku
kembali memejamkan mataku dengan perasaan geli dan kenikmatan yang
makin 'menyengat'ku. Kepala Bramanto makin naik sehingga aku harus
membuka kedua kakiku hingga posisiku sekarang berdiri agak
mengangkang. Pantat-ku aku naikan sedikit agar lebih memudahkan
Bramanto 'menggapai' bibir kewanitaanku. Kini wajah Bramanto tepat
berada di antara belahan pantatku dan lidahnya terasa mulai menyentuh
bibir kewanitaanku. Dengus nafasnya terdengar kian memburu sambil
sesekali terdengar dia menarik nafas panjang menghirup aroma
kewanitaanku yang tentunya sangat 'keras' tercium dibagian itu.
Terdengar suara agak berdecak ketika Bramanto menghisap bibir luar
kewanitaanku yang sudah basah oleh cairan kenikmatan. Kuperbaiki
posisi-ku agar Agar Bramanto lebih leluasa mempermainkan lidahnya
disitu. Aku sempat menoleh ke arahnya sehingga tampak hidungnya
kembang kempis dangan nafas yang memburu. Kumisnya tampak basah oleh
cairan yang barasal dari dalam liang kewanitaanku. Bramanto meleletkan
lidah ke arah kumisnya menyapu sisa2 cairan kenikmatan yang melekat
disitu lalu kembali menghujamkan kepalanya ke bagian kewanitaanku yang
basah menanti kenikmatan. Diriku merinding ketika lidahnya menelusup
kedalam celah kemaluanku lalu bergerak liar didalamnya. Tanganku agak
gemetar merasakan nikmat yang dihasilkannya. Kenikmatan yang menerobos
jauh ke dalam liang senggamaku hingga membangkitkan sensasi indah di
sekujur tubuhku. Tiba2 Bramanto menarik lidahnya dari kemaluanku dan
seketika terasa lidah itu menari-nari di kedua bukit pantatku yang
padat berisi. "uuh" aku menjerit kaget ketika Bramanto sesekali
menggigit gemas pantatku. Aku merasakan wajahku memerah karena gigitan
tadi menimbulkan efek unik yang membuat semua bulu romaku merinding.
Sementara itu jemariku makin cepat memainkan kedua puting susuku yang
sudah sangat keras merespon tiap stimulasi yang diterimanya. Beberapa
kali terasa Bramanto mempermainkan lidahnya di seputar anus-ku Ah dia
sepertinya cukup mahir mempergunakan lidahnya. Sesaat kamudian aku
merasa seperti ada aliran listrik menjalari setiap jengkal tubuhku
ketika Bramanto menempelkan seluruh mulutnya di bibir kewanitaanku dan
menyedot klitoris-ku sambil memainkan lidahnya disitu. " Aaaaaaaaaaaah
"aku mulai kehilangan kontrol. Aku mendengar suara rintihan dan
lenguhanku tanpa mampu menghentikan kenikmatan yang memaksaku
melepaskan gejolak itu. Lidah Bramanto terasa begitu rakus
mempermainkan klistoris-ku. Energi tubuhku seakan habis tersedot
olehnya dan kenikmatan yang dihasilkannya kian menguras kesadaraanku.
Badanku kini rebah diatas meja kerjaku sementara terasa kakiku
gemetaran dalam posisi mengangkang menopang tubuhku. "AAHH...uuuu"
suara itu keluar dengan berat dari mulutku ketika Bramanto menggigit
klitorisku. Gigitan itu lembut tapi menimbulkan sensasi seperti tadi
yang membuatku merasa merinding dan membuat tubuhku berkontraksi
menahan kenikmatan yang sejalan dengan keinginan fantasi-ku. Semenit
kemudian aku sudah menyerahkan diriku secara total kedalam kenikmatan
yang berawal dari bagian paling sensitif dari tubuhku. Bramanto makin
panas dan bernafsu 'menghukumku' dengan menghisap , menjilat ,
menyedot klitoris-ku. Tiba-tiba aku perasaan yang kualami siang tadi
terulang kembali...perasaan disaat fantasiku yang paling dalam bersatu
dan manjadi nyata secara utuh dan total dengan kenikmatan yang secara
nyata membakar tiap bagian tubuhku. Aku hanya bisa memejamkan
mataku..sudah tidak dapat kudengar lagi jeritan dan rintihanku. Aku
telah tenggelam dalam badai kenikmatan yang datang bergelombang dan
akhirnya mencapai puncaknya ketika kesadaranku hilang ditelan ribuan
kunang-kunang yang terbang memenuhi ruang kantorku. Aku mengejang ,
kewanitaanku terasa berdenyut seperti ingin menyedot sesuatu yang
biasa mengisinya disaat-saat seperti ini. Namun stimulasi tanpa
penetrasi pada klitorisku cukup membuatku terhempas lunglai diatas
meja kerjaku. Sekitar satu menit aku memejamkan mataku membiarkan
semuanya berlalu sampai benar-benar hilang seiring kembailnya
kesadaranku. Masih terasa hangatnya mulut Bramanto menempel di
kewanitaanku ketika aku bangkit kembali. Kasihan juga melihatnya
begitu. Pasti dia protes karena kenikmatan 'tanggung' yang dialaminya.
Kudorong kepalanya hingga mulut dan lidahnya berpisah dari kemaluanku.
Bramanto dengan mata tertutup masih kelihatan menunggu dan berharap
aku melanjutkan 'permainanku' ini dengan sesuatu yg diinginkannya
seperti penetrasi penis. Akan tetapi akulah yang berkuasa dan
mengendalikan permainan ini. Dan bagiku ini telah berakhir aku telah
mendapatkan apa yang kuinginkan.
Kukenakan kembali bagian2 dari busanaku yang berserakan di atas karpet
kantorku lalu melepas borgol dan saputangan dari mata Bramanto. Agak
keget dia melihatku telah kembali berpakaian lengkap. " terima kasih
kamu telah membantu aku malam ini " ucapanku terdengar dingin atau
bahkan agak kejam begi dia yang berharap ada bagian untuk dirinya
melepaskan semua 'ganjalan' yang masih terlihat nyata tercetak di
celananya. Ada kekecewaan di matanya namun melihat pergantian karakter
dalam diriku dia menyadari kalau saat-saat 'bonus' telah berakhir.
Selanjutnya aku dengan sikap dingin memintanya agar merahasiakan
kejadian malam ini dengan mengingatkan padanya apabila dia bercerita
tentang hal ini pada orang lain maka akan membahayakan buat
kelangsungan pekerjaannya di kantor ini. Selain itu juga dengan
otomatis akan membahayakan rumah tangganya.
Well , terkadang memiliki posisi penting dalam pekerjaan ditambah
status yang masih single memberi banyak 'advantage'. Bramanto masih
terbengong-bengong menatapku dengan ketika aku meninggalkan ruangan
kantorku untuk segera pulang ( menurutku apa yang didapat Bramanto
malam ini sebenarnya sudah lebih dari apa yang pantas aku berikan
padanya ). Pikiran itu agak mengurangi perasaan bersalahku setidaknya
aku tidak mengeksploitasi ketidak- berdayaannya secara gratis..aku
membayar dia dengan kenikmatan pula se-minim apapun kenikmatan itu.
"What a long day pikirku dan sebelum pintu lift tertutup aku sempat
berseru pada Bramanto " Tolong matikan komputer-nya ".

Pukul 22:45 di ranjang tidurku.....
'Yang kamu lakukan hari ini benar-benar keterlaluan Widya..kamu pasti
menyesal sekarang' 'kamu sama saja menjatuhkan derajatmu dengan
tindakan liar yang gila-gilaan tadi' 'Tapi kamu khan sudah
dewasa..kamu berhak menentukan kapan dan dengan siapa kamu melakukan
itu' 'Setidaknya kamu masih melakukannya dengan normal tidak seperti
Diana teman kamu itu' Silih berganti peri baik dan peri nakal berbisik
padaku. Dan seperti biasa akhirnya aku sendirilah yang menentukan
pilihan-ku.

Ini semua bukan mengenai penyesalan...bukan pula mengenai
derajat..bukan seberapa gila aku melakukannya... Jelas bukan masalah
kedewasaan...kapan atau dengan siapa...bahkan tidak ada hubungannya
dengan normal atau abnormal.... Bagiku ini cuma masalah
kendali...kepuasan bukan diukur dari lama atau singkatnya
senggama..tidak diukur berdasarkan mahir atau kurang mahir... Juga
bukan diukur berdasarkan berhasil atau tidaknya mencapai
orgasme....tapi masalah kendali...karena sekali memegang
kendali.... satisfaction is just a state of mind

Maka Theresia Widya pun tertidur pulas...........................You
say..i only hear what i want to....

Tidak ada komentar: