lembaga pendidikan swasta terkenal di Jakarta. Saat ini dia bekerja di
perusahaan eksporasi minyak milik asing yang kantornya ada di daerah
kuningan. Rina, demikian Sabrina biasa dipanggil, bekerja sebagai cost
control employee pada perusahaan tersebut. Tidak banyak yang bekerja
di kantor yang hanya menangani bidang administrasi tersebut. Kira-kira
ada sekitar 20 orang di mana 6 orang adalah tenaga asing dari Amerika
dan Eropa. Mereka adalah Philip sebagai manager, Hubert seorang
assistant manager, Hugo, Simon, dan Black ketiganya adalah teknisi,
serta Ferdinand kepala divisi cost control yang merupakan atasan Rina
langsung. Divisi cost control adalah bagian yang sering bekerja lembur
bahkan tidak jarang hari Sabtu dan Minggu pun mereka harus bekerja
untuk menyelesaikan target pekerjaan. Untunglah dikarenakan tempat
tinggalnya di wilayah Jakarta Timur maka Rina membutuhkan waktu tidak
lama untuk dapat mencapai kantornya di bilangan kuningan.
Hari ini, Sabtu, Rina kebagian masuk kerja untuk penyelesaian target
pekerjaan. Jum'at kemarin Ferdinand telah memintanya untuk masuk kerja
hari ini. Pukul 8:00 Rina sudah berangkat dari rumah menuju kantor dan
tiba pukul 8:30. Atasannya Ferdinand ternyata juga sudah tiba disana.
Tidak seperti biasanya hari ini semua bule asing yang bekerja di
perusahaan itu ada di sana. Ada juga Doni dan Anton dua rekan kerjanya
yang terkenal playboy dan mata keranjang. Doni dan Anton punya
kesenangan yang sama yaitu olahraga fitness sehingga postur badannya
kelihatan macho seimbang dengan tinggi badan mereka yang kira-kira 172
cm. Meskipun mereka orang pribumi bila Rina ada di samping Doni maupun
Anton maka tinggi kepala Rina tidaklah sampai pada tinggi pundak
mereka. Tinggi badan Rina hanyalah 154 cm, cukup pendek dibandingkan
rata-rata tinggi gadis Jakarta sekarang. Walau demikian ukuran buah
dadanya yang 34B itu cukup proporsional dengan ukuran tubuhnya.
Apalagi lengannya yang kelihatan sekal serta pahanya yang membulat
tidak dapat menyembunyikan kesintalan bentuk tubuhnya. Doni dan Anton
sering mencuri pandang melihat kesekalan lengan Rina bilamana gadis
itu terkadang melepaskan blazernya dan hanya mengenakan baju dalam
tanpa lengan pada saat bekerja di depan komputernya. Hari inipun Rina
mengenakan baju dalam tanpa lengan berwarna putih dengan bagian
depannya berenda yang dipadu dengan blazer dan rok sedikit di atas
lutut yang keduanya berwarna hitam. Cocok sekali untuk dipadukan
dengan kulit tubuhnya yang memang mulus itu.
Tiba-tiba….
"Heiii….. kenapa bengong….."
Terdengar suara cedal Ferdinand. Rina terkesiap. Rupa-rupanya dia
memikirkan sesuatu agak lama di depan pintu masuk ruangannya
sampai-sampai tidak melihat Ferdinand yang datang mendekatinya. Bibir
tipis Rinapun tersenyum malu.
"Am….sorry Ferdinand, I have thinked of something stupid…never mind…"
jawab Rina yang langsung bergegas masuk menuju meja kerjanya dan
segera menyalakan tombol komputernya.
"What will you do Rina….." Ferdinand berkata
"Of course I will finish my work" dengan cepat Rina menimpali.
"Ngapain lha wong kita mau jalan-jalan kok…." Tiba-tiba Anton menyeletuk.
"Rina we will finish our work in Puncak today…" Tiba-tiba Hubert ikut
nimbrung.
"I really do not understand???" Rina bertanya dengan wajah bingung.
"Yes…we make finishing of our project in Bogor. Every things are
already organized" Ferdinand menjawab kebingungan Rina.
"Iya data semua sudah ada di laptop ini" demikian kata Doni
memperjelas pernyataan Ferdinand.
"Lets go for pleasure every body…" Philip yang sedari tadi
mendengarkan pembicaraan memberikan perintah untuk segera siap berangkat.
Rina sebenarnya sedikit risih dengan acara penyelesaian pekerjaan yang
akan dilakukan di puncak Bogor karena hanya dia satu-satunya cewek
yang ada pada rombongan. Tetapi dia tidak punya cukup keberanian untuk
menolak ajakan Philip sebagai bos besar di perusahaan itu.
Pukul 9:00 rombongan berangkat ke puncak dengan menggunakan dua
kendaraan Avanza. Mereka menuju sebuah villa yang berada di
tengah-tengah kebun teh. Villa itu adalah langganan Philip bilamana
dia menginginkan ketenangan untuk berkencan dengan wanita-wanita muda
yang sering dibawanya. Memang semua bule yang ada di perusahaan di
mana Rina bekerja adalah penganut seks bebas. Terlebih lagi Simon,
Black dan Hugo yang semuanya adalah orang lapangan. Wanita adalah
kebutuhan yang vital bagi mereka dikarenakan kegiatan eksplorasi
minyak banyak dilakukan di wilayah perairan laut, jauh dari wanita,
dan semua pekerjanya adalah pria. Itulah sebabnya mereka sering
menggebu-gebu saat melakukan senggama dengan seorang wanita bahkan
cenderung brutal dalam melampiaskan nafsunya. Pernah pula mereka
bertiga mengerjai seorang mahasiswi PSK secara bersama-sama hingga
menyebabkan mahasiswi itu pingsan dengan luka memar dan lecet di semua
bagian-bagian tubuhnya yang vital. Beruntunglah urusan tersebut tidak
menjadi panjang setelah ketiganya bersedia memberikan kompensasi
sejumlah uang kepada induk semang mahasiswi tersebut atas penderitaan
fisik yang dialami oleh anak asuhnya.
Pukul 10:30 mereka sampai di perkebunan teh. Luasnya sekitar 250 ha
dan terdapat sebuah villa di bantaran hamparan perkebunan yang
letaknya paling tinggi. Dari villa tersebut dapat melihat semua
wilayah perkebunan yang ada di lereng bawah. Kemiringan sebesar 10%
tersebut akan menyebabkan tenaga cepat terkuras apabila menuju villa
ditempuh dengan cara berjalan kaki. Oleh sebab itu kendaraan hanyalah
satu-satunya sarana yang paling nyaman untuk mencapai villa yang ada
di atas. Rombongan turun dari kendaraan. Doni yang sepanjang
perjalanan masuk perkebunan teh membawa sebuah handycam menyalakan
alat tersebut dan mengambil gambar wilayah perkebunan dari atas,
setelah itu dia merekam gambar villa yang akan mereka masuki. Besar
sekali ukuran villa itu. Ada sekitar enam kamar yang masing-masing
berluasan 8m x 8m, cukup untuk bermain singgle-net basket ball.
Setelah tiba di dalam Anton menyiapkan peralatan seperti LCD proyektor
serta standing screen-nya. Pukul 11:00 mereka memulai finishing
pekerjaan proyek. Rina bertugas dalam data entry dan pengetikan. Semua
berlangsung hingga pukul 18:00. Rina mulai merasa bahwa hawa segar
angin masuk yang melewati jendela villa yang terbuka tidak cukup untuk
menyejukkan tubuhnya yang mulai penat. Namun dia tidak berani membuka
blazernya mengingat hanya dialah satu-satunya wanita dalam rombongan
itu. Tepat pukul 20:00 semua kompilasi data telah selesai dilakukan.
Berarti target pekerjaan selesailah sudah. Kini semua merasa lega.
Philip sudah menghabiskan 10 teh botol selama pekerjaan itu. Kini
waktu adalah untuk rileks dan Rina sudah mengharapkan untuk pulang ke
rumah kontrakannya. Akan tetapi tanda-tanda untuk pulang masih belum
nampak.
"Sir in my opinion we should get back to Jakarta now" Rina berkata
kepada Philip yang masih senderan di kursi tamu.
"Later on, we will have special event for you Rina" Philip menjawab.
"Whats that?" Rina bertanya.
"Hei Doni lets turn on your special movie" Philip berkata.
"Ok boss….wait a minute"….Doni menjawab.
"Now gentlemen… lets have a pleisure…" Anton berkata kepada semuanya
dan melangkah duduk di depan standing screen. Semua mengikuti Anton
dan duduk mendekat ke arah layar. Film mulai diputar dan pertama kali
terlihat gambar gedung kantor mereka yang ada di kuningan. Selanjutnya
muncul gambar-gambar orang yang bekerja di sana termasuk Rina. Lama
kelamaan film hanya tertuju kepada Rina. Ada gambar-gambar di mana dia
sedang berbicara dengan teman sekantor, ada gambar saat dia datang
kesiangan ke kantor, ada gambar saat dia kerja lembur, dll. Rina mulai
merasa ada yang aneh dengan rekaman gambar-gambar tersebut.
Kerisauannya semakin nyata ketika ada gambar yang menampilkan saat dia
berada di ruang toilet wanita untuk berganti baju blazer. Meski dia
mengenakan baju dalam tanpa lengan dalam ruangan itu tetapi gambar
tersebut membuat semu pipi Rina yang mulai merasa malu dan risih
dengan rekaman gambar yang diambil dengan cara sembunyi-sembunyi itu.
Baju dalam putih berenda yang ada pada layar itu adalah yang dia
gunakan saat ini. Tiba-tiba Rina terhenyak ketika ada gambar di mana
dia sedang meeting kemudian dari bawah meja diambil gambar dimana pada
saat itu dia yang mengenakan rok sedikit di atas lutut duduk dengan
kaki agak terbuka. Nampak celana dalamnya berwarna merah kontras
dengan paha dan betisnya yang putih mulus.
"Doni Anton apa apaan sih ini….." Seketika Rina protes dengan tayangan
itu.
"Tenang Rin……tenang…" kata Anton.
"Ini biasa kok…..kita ini khan sudah dewasa, biasa toh liat gambar
beginian"…timpal Doni dengan tersenyum.
Tiba-tiba tayangan gambar berubah. Kali ini menampilkan gambar seorang
wanita bule yang sedang nungging sedangkan dibelakangnya ada pria bule
yang siap penetrasi dengan cara anal seks. Rina sungguh jijik
menyaksikan bagaimana penis pria bule itu mulai memasuki dubur wanita
bule yang sedang nungging itu. Sekonyong-konyong Black berkata dengan
suara cedal khas bule
"Rina kau mau seperti itu khan? Kamu punya ini untuk itu"
Wajah Rina tiba-tiba memucat. Di tangan Black ada buah zuchini yang
kira-kira panjangnya 20cm dan diameternya sekitar 5 cm. Zuchini itu
dilapisi karet yang rupanya sebuah kondom yang sengaja dipasang pada
buah itu. Seketika Rina bangkit dari duduknya dan berusaha menghindar
Black yang menuju ke arahnya.
"Tiidaaaakkkk……..jangaaannnnn….saya mau pulang" teriak Rina.
"Ok. Kita akan antar kau pulang setelah semuanya selesai….." Doni berkata
"Iya, tepatnya setelah semua puas he he he……." Anton mempertegas
perkataan Doni.
Rina mulai sadar bahwa dia telah masuk perangkap. Hatinya mulai ciut
karena hanya dirinyalah satu-satunya wanita yang ada di villa itu.
Nyalinya bertambah ciut lagi melihat zhucini yang dibawa oleh Black.
Rina membayangkan betapa sakitnya bila benda itu memasuki dirinya.
Tetapi bayangan itu sebentar lagi akan menjadi kenyataan. Ferdinand,
Anton, Doni dan Hugo segera mengepung Rina.
"Nooo…please…..don't rape me….please…."Rina mulai berkata dengan nada
bergetar setengah menangis.
Tetapi semua laki-laki yang ada di situ hanya tersenyum dengan
seringai akan dahaga sebuah kenikmatan seks.
Hugo yang berbadan tinggi besar sekitar 183 cm memeluk Rina dari
belakang, persis seperti memeluk seorang adik karena tubuh pendek Rina
yang hanya 154 cm. Rina meronta-ronta dalam dekapan Hugo.
"Nooooo jangaaaannnnnnnn….saya tidak mau………." Jerit Rina.
Kini Rina benar-benar menangis. Tetapi hal ini tidak mempengaruhi
keinginan para lelaki itu untuk menikmati kemulusan tubuhnya. Anton,
Doni dan Ferdinand bersama-sama mendekat dan empat orang kemudian
menyeret Rina ke arah sofa panjang yang tidak ada sandarannya.
"Tiidaaaakkkkk…..jangaaannnn perkosa saya….ttiidaaakkkkk…" Rina
menjerit keras dan meronta-ronta dengan kuat.
Empat orang itu kemudian menelungkupkan Rina di atas sofa dengan
bagian pinggang ke bawah ada di sisi sofa. Posisi Rina jadi seperti
setengah menungging. Rina meronta-ronta dan berusaha bangkit.
Kaki-kakinya berusaha menjejak kuat ke lantai agar posisinya tidak
menungging. Rina sadar bahwa Black dengan buah zhucininya akan
melakukan hal yang sama sepeti yang baru saja dia lihat di film yang
baru diputar tadi. Akan tetapi rontaan itu menjadi tidak ada artinya
setelah dua buah tangannya ditelikung ke belakang punggungnya oleh
Hugo sedangkan kedua kakinya dipegang erat oleh Anton dan Doni.
Keduanya dapat merasakan betapa halus dan mulus kulit kaki Rina.
Hubert yang sedari tadi rupanya merekam kejadian itu dengan sebuah
handycam yang dibawa oleh Doni mendekat ke arah sofa. Ferdinand pun
mulai beraksi menyingkap rok Rina ke atas.
"Jaannnngggaaaaannnnn…………………….ttiiidaakkkkkkk..ttt oolllloonggggg"
"Don't rape me please……….tttoolooonggggg…."Rina menjerit keras.
Di perkebunan teh yang luas itu tidak akan ada orang yang mendengar
teriakan Rina. Rina merasa putus asa. Air matanya meleleh membasahi
pipinya. Sungguh dengan kondisi seperti ini betapa cantiknya Rina.
Apalagi dengan posisi setengah menungging dengan rok tersingkap yang
memperlihatkan betapa mulusnya kulit paha yang membulat itu dan juga
kakinya. Delapan pria yang ada di ruangan itu menelan ludah
menyaksikan keindahan tubuh Rina. Bulatan pantatnya yang sekal itu
nampak jelas di balik celana dalam warna hitam yang saat ini dia kenakan.
"Boss now lets your turn….." Ferdinand berkata pada Philip.
Tanpa menjawab Philip mendekati Rina dan kedua tangannya mulai
menjamah celana dalam Rina
"Jaangaaannnnn…Mr…. Nooooo..sir………"
Rina mulai panik ketika merasa ada tangan menyentuh celana dalamnya.
"Ttiidddaaakkkkkk……aaaaaaaaaaa….ssseettttaaaaannnn nnnn……"
"Baajinggggaaaaannnnnn………" Rina memaki sambil menangis.
Dan memang perlahan-lahan celana dalam itu dipelorotkan sampai
setengah paha Rina sehingga kini terpampanglah vagina Rina yang
ditumbuhi bulu-bulu halus serta nampak pula lubang anusnya yang
berwarna coklat kemerahan. Kerut-kerut di anusnya yang menyerupai
matahari itu semakin membuat nafsu binatang kedelapan pria yang haus
seks itu melejit naik.
"Black now do what you want……"
Philip memberi kesempatan kepada Black sebagai orang pertama yang
mengerjai tubuh Rina.
"Nnooooooo……….jaangaannnnn….pak….saya takut……" Rina menghiba.
Tapi dia tetaplah seorang wanita yang kini sedang tidak berdaya.
Black tetap berjalan mendekati Rina. Ferdinand kemudian memegang kedua
bongkahan pantat Rina dan membuka belahannya menjadi semakin lebar.
Rina mulai panik dan rontaannya lebih keras dari sebelumnya. Dia
sungguh tidak ingin tubuhnya dimasuki buah zhucini melalui duburnya.
Baginya selama ini belum pernah merasakan hubungan seks kecuali hanya
berciuman dengan mantan-mantan pacarnya. Pacar-pacar sebelumnya pun
belum pernah ada yang melihat bagian-bagian rahasia miliknya bahkan
belum ada mantan pacarnya pun yang berani memegang aset rahasia
tubuhnya itu. Itupun sudah empat bulan yang lalu setelah hubungannya
dengan pacar terakhir Rheno putus gara-gara orang tuanya tidak cocok
dengan pilihannya. Kini orang lain yang tidak dicintainya terlebih
dahulu melihat bagian tubuhnya yang paling rahasia dan jumlahnya tidak
satu melainkan delapan orang.
"Jaangannn Mr. Black…..saya takut……" Rina berkata dengan terisak.
Tetapi tetap saja Ferdinand membuka belahan pantatnya tanpa
mempedulikan tangisannya. Black mengambil posisi jongkok di belakang
Rina dan sekonyong-konyong
"wwwwuuuuaaaaaaa….aaagggghhhhhrrrr…aaaaaaaaadduuuu uhhhhhhhh'''
Tiba-tiba saja Rina melolong keras. Kerasnyapun mengerikan. Lolongan
itu hampir mirip suara orang mengejan di toilet. Tangannya yang
ditelikung oleh Hugo mengepal keras. Tubuhnya mengejan. Kepalanya
mulai merasa berputar. Keringat tubuhnya semakin keluar membuat
bongkahan pantatnya semakin berkilau dan menggairahkan. Itu menandakan
bahwa dia sedang merasakan kesakitan yang luar biasa pada tubuhnya.
Rupanya Black telah menyodokkan buah zhucini itu ke dalam dubur Rina
hingga masuk seperempat bagiannya. Rina terus tetap melolong merasakan
ngilu yang luar biasa ketika benda berdiamater 5cm itu memasuki
duburnya. Tampak sekali bagaimana lubang duburnya mengempot ke arah
dalam karena dorongan zhucini itu. Dengan perlahan-lahan Black terus
melesakkan zuchini masuk ke dalam dubur Rina. Rinapun semakin menjerit
dan melolong
"Aaaaaaggghhhhhhhrrrrrrrr…….ssssssttooooopppppp……… …."
"heeghhhhh…….aaaaaaaggghhhh…….sssssaaaaakitttttttt tttttt…………….."
"Jaaanngaaannnn….aaaaaaaaaaaa………bbbaaanggggssaaaaa atttttttt"
"Bbbaajjiiinnnngggggaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnn……………… ……….."
Namun semuanya tidak peduli. Teriakan kesakitan Rina adalah melodi
erotis bagi kedelapan pria yang memperkosa Rina. Akhirnya 13 cm
zhucini telah memasuki tubuh Rina melalui anus. Kini Black mulai
memaju-mundurkan zhucini itu. Mula-mulai dengan tempo pelan dan
perlahan-lahan mempercepat gerakannya.
"Aaadduhhhhhh…..sssaakiiiittttt….."
`Ppaannttttaattt ..ssaayaa…..aadduhhhhh….sssaakiittttt…"
Rina hanya bisa menangis dan merintih. Gerakan maju mundur zhucini
dalam duburnya mulai membuat lecet dinding-dinding lubang
pengeluarannya. Darah mulai nampak pada batang zhucini berlapis kondom
itu ketika gerakan menarik keluar dilakukan oleh Black. Semakin lama
semakin banyak cairan kemerahan yang mengumpul di sekitar lubang anus
Rina bercampur dengan busa-busa putih yang sebagian berubah menjadi
merah jambu. Beberapa menetes ke lantai keramik putih membentuk
bulatan berwarna merah.
"Aadduuuhhhh sstooppppp……jaaaangaannnn…sstoooppppp"
"Adduuhhhh…ssaaayaaa… mmauuu kkkluaarrrr….."
"Sssayaammauu…kkluaarrrr..ttoooollonngg…sstooppppp .."
"Pleasseeee..sstooppppp…."
"Kkkkeelluaarinn….iiittuuu..ddaarriiii..pppaantaat tkkuuu…."
"Sssstttooooopppppppp!!!!!!!!!................ ..."
Rina merasa ada sesuatu yang ingin keluar dari duburnya. Mungkin hasil
metabolisme makan siang yang sudah dicerna oleh lambungnya. Mungkin
juga karena zhucini yang memasuki duburnya. Yang jelas dia semakin
merasakan ingin buang air besar.
"Beerhenntiiii…….ttoolooongg…."
"Sssaayyaaa…ttiiiddaaakkk kkkkuaattt…"
"Mmaauuuu kkkkkeeeelluaarrrrrrr……aaggghhhhrrrrr"
Lima belas menit pemerkosaan dengan cara sodomi menggunakan zhucini
itu berlangsung. Selama itu pula Rina merasakan penderitaan yang luar
biasa, terlebih-lebih ketika gerakan menarik keluar dilakukan oleh
Black yang menyebabkan Rina merasa dirinya seperti ingin buang air
besar. Perutnya terasa mual dan ingin muntah. Bahkan ketika dia
berteriak keras bahwa dia benar-benar merasa ingin buang air besar
Black malah menahan zhucini itu di dubur Rina dalam-dalam. Belasan
menit kemudian baru Black menarik zhucini itu keluar dari dubur Rina.
Gadis itu merasa lega setelah duburnya terbebas dari zhucini yang
telah belasan menit melesak-lesak dalam liang pengeluarannya. Lelehan
darah mengalir keluar melalui anusnya yang sekarang kelihatan seperti
lubang menganga. Ferdinand tetap membuka bongkahan pantat Rina
sehingga lubang anus yang menganga itu tidak menutup. Hubert yang
membawa handycam mengcloseup bagian dubur menganga itu. Nampak daging
bagian dalam yang memar kemerahan akibat bergesekan dengan zhucini.
Kini Rina merasa tubuhnya lemas sekali. Airmatanya terus meleleh.
Beberapa saat kemudian dia merasakan seseorang melucuti rok yang ia
kenakan demikan juga celana dalamnya. Setelah itu dari belakang
blazernya ditarik lepas. Rina merasakan ada tangan yang meraih kerah
baju dalamnya. Dan "Ssshrreeekkkkkkkkkk" kain bajunya robek
memperlihatkan punggung mulusnya. Rina tersentak tetapi tidak mampu
bangkit. Kepalanya ada yang menahan di Sofa. Kemudian dirasakan ada
tangan yang melucuti BH-nya sehingga dalam hitungan menit Rina sudah
telanjang bulat. Kemudian seseorang mengelap pantat Rina menggunakan
tissue mengeringkan noda-noda yang ada di dubur, vagina, dan pahanya.
Setelah itu tubuhnya diberdirikan dan Hugo menggendongnya ke arah meja
kerja yang terbuat dari kayu jati. Rina ditelentangkan di sana sejajar
dengan arah panjang meja dan lagi dua tangannya dipegangi oleh Anton
dan Doni. Ferdinand dan Simon membantu membuat posisi kaki Rina
terbuka mengangkang. Hugo berhasrat untuk mengoral vagina Rina sebelum
menyetubuhinya.
"Lets take the picture man….." Hugo berteriak kepada Hubert.
Hubert segera menfokuskan lensanya ke arah vagina Rina yang dipegang
bagian labium mayora-nya dengan menggunakan dua jari Hugo.
"Ttiidddaakkk…jjaaangggaannnnn…" Rina merintih lemah.
Rasa malu yang amat sangat menjalari batinnya. Kelamin kewanitaannya
yang selama ini tertutup celana dalam telah terpampang terbuka lebar
di depan mata para lelaki yang sudah sangat berhasrat pada tubuhnya.
Kini bagian labium minora-nyapun terlihat jelas setelah dua jari Hugo
melebarkan bagian mayoranya. Selaput dara Rina yang masih utuh juga
nampak sekitar 1 cm dari mulut vaginanya.
"You are….a virgin ha……" Hubert berkata sambil merekam gambar.
"Its must be so tight……" Hugo berkata dengan terkekeh.
Setelah dua menit mengabadikan vagina Rina kini Hugo bersiap mengoral
mahkota gadis cantik itu. Bulu bulu vaginanya yang tercukur rapi itu
semakin membuat hasrat birahi pemerkosanya terus memuncak.
"Agggghhhhhhhhrrrrr……..tttiiddakkkkkkkkkk….jjjaaan gaaaannnn…"
Rina menjerit ketika merasakan lidah Hugo mulai bermain di vaginanya.
"Aakkhhhhh….aadduhhhhh………"
Rina menjerit ketika jari telunjuk Hugo yang baginya cukup besar itu
masuk dan berputar-putar di depan selaput daranya. Rasa sedikit perih
menjalari vagina bagian dalamnya manakala jari Hugo bersentuhan dengan
selaput daranya. Setelah puas mengoral vagina Rina selama 10 menit
Hugo mulai membuka resleting celananya. Kemudian tangannya masuk ke
dalam celananya dan menarik keluar batang penisnya yang telah
menegang. Ukurannya yang besar sungguh tidak sesuai dengan tubuh Rina
yang kecil. Ukuran batang penisnya setara dengan ukuran pergelangan
tangan Rina atau mungkin bahkan lebih. Hugo kini menempelkan kepala
penisnya ke bibir vagina Rina. Rina mulai meronta kuat ketika
merasakan kepala penis itu bersentuhan dengan bibir mahkotanya. Rina
tidak ingin kehilangan sesuatu yang kelak akan dia berikan pada pria
yang menjadi suaminya. Kini Rina mulai panik lagi. Meski dia tidak
melihat penis Hugo tetapi dia dapat merasakan dari sentuhan kepala
penis yang menempel di vaginanya betapa besar ukuran penis bule itu.
Hugo menggosok-gosokkan kepala penisnya agar basah oleh cairan vagina
Rina ketika dia melakukan oral pada tubuh gadis itu.
"Jjaanggaannn…..Hugo…..please….don't rape me"
Hugo hanya diam saja dan senyumnnya menyeringai
"Hhhhuuaaaaggghhhhhhkkkk…..aaaaaa..ddduhhhhhhhhhhh hhhhhh"
"aakkhhhhhh…tttiiiddaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk k"
Rina kembali melolong persis ketika dia disodomi dengan menggunakan
zhucini. Hugo menusukkan batang penis miliknya hingga setengahnya
masuk ke dalam liang senggama Rina. Seketika cairan merah keluar dari
vagina Rina yang menandakan selaput daranya telah terkoyak.
"Aadduhhhhhh……ssssaaakkittttttt….pppeeerrihhhhhhhh hhhhhhhh"
Rina meratap, meringis, menangis dan sesekali menggigit bibir bawahnya
menahan rasa ngilu dan perih akibat robeknya selaput dara yang selama
ini ia dambakan untuk diberikan kepada suami pilihannya. Kepalanya
menggeleng ke kanan dan ke kiri sebagai ungkapan rasa sakit yang
mendera bagian tubuhnya yang paling rahasia itu. Hugo terus menusukkan
penisnya sampai seluruhnya amblas dalam cengkeraman vagina Rina.
Diameter penisnya yang sama besar dengan zhucini yang dipakai
menyodomi Rina itu menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa pada
selangkangan Rina. Bagi Rina seolah-oleh pentungan baseball melesak
masuk dalam liang kewanitaannya. Kini kehormatannya telah rusak.
Dirusak oleh jahanam yang saat ini sedang menyetubuhinya dan yang
sebentar lagi jahanam-jahanam lain akan turut serta menikmati
kesintalan tubuhnya. Hugo bergerak maju mundur. Mundur dengan irama
pelan dan maju dengan irama cepat. Perbuatan ini menyebabkan Rina
merasakan seolah-olah vaginanya robek tersayat-sayat. Setiap tusukan
keras selalu disertai dengan erangan kesakitan Rina. Tetapi bagi para
pemerkosa jahanam itu jeritan Rina adalah suara erotis yang membakar
hawa nafsu kelaki-lakiannya. Ferdinand dan Simon yang memegang kaki
Rina mengusap-ngusap paha mulusnya. Sungguh lembut sekali kulit
pahanya. Sedangkan Doni dan Anton tetap memegang erat tangan Rina dan
satu tangan mereka yang bebas bergerilya meremas dan memilin puting
payudara Rina yang berukuran 34B itu. Mereka merasakan betapa
kenyalnya buah dada Rina sebuah kekenyalan yang diidam-idamkan oleh
semua kaum pria. Remasan-remasan kasar pada buah dada Rina menyebabkan
bilur-bilur merah mulai nampak pada payudaranya.
Hugo mulai merasakan denyut-denyut pada batang penisnya. Nampak bahwa
dia mulai menanjak menuju klimaks. Gerakan maju mundurnya-pun semakin
cepat. Frekuensi erangan kesakitan Rina semakin meningkat pula.
Ketakutan juga mulai melanda Rina manakala batang penis Hugo seperti
siap akan melontarkan lahar nistanya. Rina merasa hidupnya akan masuk
dalam lembaran hitam manakala benih nista yang akan menyemprot dari
penis Hugo masuk mengotori tubuhnya. Hamil adalah hal yang paling
ditakutinya. Hugo semakin cepat dan cepat……Nafasnyapun terdengar
terengah-engah menunjukkan rasa nikmat yang tiada taranya. Rina
semakin panik…
"Jjaangaaan ddi..ddaalaammmmm…ttooollooonggg..kkeeelluarrkannn "
"jjangaann..kkellluaarr…..ddddidaallaaammmm……agggg ghhhrrrrr''
Rina menjerit pasrah tanpa daya ketika tanpa dapat dibendung lagi
lahar panas milik Hugo menyemprot di dalam rahimnya. Ketakutan akan
hamil diluar nikah segera mengisi benaknya. Tapi kini dia benar-benar
tidak berdaya. Tangisnya yang semakin keras adalah petunjuk kegalauan
hatinya. Hugo mendiamkan penisnya di dalam vagina Rina sampai
denyut-denyut kenikmatan mulai mereda. Hugo memperkosa Rina selama 15
menit. Ketika penis besarnya itu dicabut dari liang senggama Rina
nampaklah warna merah darah masih melumuri batang penisnya. Rupanya
Rina mengalami pendarahan pada kemaluannya. Ukuran penis Hugo yang
besar itu telah merobek selaput daranya dengan cara yang brutal
sehingga luka robekan itu terus mengalirkan darah.
Kini giliran Simon ambil bagian. Seperti halnya Hugo dia hanya
mengeluarkan penisnya dari balik celana jeans yang ia kenakan. Ukuran
penisnya sama dengan milik Hugo. Masih belum hilang rasa sakit yang
mendera vaginanya kini Rinapun harus mengalami rasa sakit yang berikutnya
"Aaagghhhhhh…jjjaahhaaaannaaammmmmmmmmmm"….
Selanjutnya hanya terdengar lenguhan-lenguhan Rina. Hanya 5 menit
Simon bertahan sebelum lahar nistanya menyemprot ke dalam rahim Rina.
Bisa jadi nafsunya yang terus memuncak saat menyaksikan bagaimana Rina
diperkosa menyebabkan dia cepat mencapai orgasme. Kini giliran
Ferdinand akan memperkosa tubuh Rina. Dengan cepat dia melepas celana
panjangnya dan siap memasukkan penisnya yang sudah menegang itu ke
dalam liang kenikmatan Rina. Black yang sedari tadi menonton ganti
memegang kaki Rina yang semula dipegang oleh Ferdinand. Dengan kasar
Ferdinand menyodok dengan keras sehingga tubuh Rina
terguncang-guncang. Jeritan kesakitan Rina kembali memenuhi ruangan
itu. Luka lecet di vagina akibat bergesekan dengan penis para
pemerkosanya semakin parah. Rasa perih yang amat sangat melanda rongga
kenikmatan Rina. Tetapi apa daya hanya erangan dan lenguhan kesakitan
yang sanggup dilakukan olehnya. Sekitar 10 menit Ferdinand mengerjai
tubuh Rina sampai akhirnya cairan kentalnya menyemprot dalam tubuh
Rina. Sudah tiga orang memasukkan benih nista mereka ke dalam tubuh
Rina dan itupun masih belum semuanya. Philip yang mulai berhasrat
untuk menyetubuhi Rina meminta teman-temannya mengubah posisi Rina
menjadi telungkup sejajar lebar meja. Dengan posisi itu bagian
pinggang hingga kaki Rina berada di bawah sedangkan tubuh atasnya
ditopang oleh meja. Lebar meja tidak cukup untuk menyangga seluruh
tubuh bagian atas Rina sehingga perbatasan leher dan pundaknya
melewati batas lebar meja. Tangannya dipentangkan ke kanan dan ke kiri
sejajar panjang meja dengan tetap dipegangi oleh Anton dan Doni. Kini
Philip siap penetrasi dari belakang. Seperti yang dilakukan oleh Hugo
dia hanya mengeluarkan penisnya dari balik celananya.
"Uuggghhhhhh……………………………aakkkhhhhhhhhhh……."
Kepala Rina terdongak ke atas dan terdengar jeritannya yang tertahan
ketika penis Philip masuk ke dalam liang senggamanya. Philip melakukan
"fast in" dan "slow out" sehingga tubuh Rina terguncang-guncang ke
depan. Hubert yang sedari tadi hanya merekam adegan pemerkosaan itu
kini sudah tidak sanggup lagi menguasai birahinya. Dia menyerahkan
handycamnya kepada Hugo dan bergerak menuju Rina yang sedang diperkosa
Philip. Hubert menjambak rambut Rina hingga menengadah dan
mengeluarkan batang penisnya untuk diarahkan ke bibir tipis Rina. Rina
berusaha mengelak batang penis besar itu tetapi sodokan Philip yang
keras itu tidak sanggup untuk membuatnya tidak berteriak. Kesempatan
itu digunakan Hubert untuk melesakkan batang penisnya ke dalam mulut
Rina. Rina berteriak
"hhhmmmmm…hheeeemmmmmm…hhhmmmmmmm"
Hanya suara itulah yang kini terdengar dari mulutnya. Tidak seluruh
batang penis Hubert dapat masuk ke dalam mulut Rina. Sekitar 3/4
bagian batang penisnya yang sanggup dilesakkan ke dalam mulut Rina.
Rina terlihat megap-megap kesulitan bernafas. Air matanya terus
terlihat mengalir keluar merasakan penderitaan fisik yang kini sedang
dialaminya. Dari arah belakang Philip telah mulai menuju klimaks.
Sodokan-sodokannya semakin keras menyebabkan batang penis Hubert yang
dilesakkan dalam mulutnya terasa menyentuh kerongkongannya. Akhirnya
Rina merasakan ada cairan hangat menyemprot dalam liang kewanitaannya
yang menandakan Philip sudah sampai ke puncak kenikmatan.
Perlahan-lahan dirasakannya ukuran penis Philip mengecil dan dicabut
dari vaginanya yang terlihat bengkak dan memar itu. Lelehan sperma
bercampur darah turun melewati paha mulusnya sebelum akhirnya menetes
di lantai. Black kini telah siap menggantikan Philip untuk memperkosa
tubuh Rina. Batang kemaluannya yang keluar dari sela-sela resleting
celananya terlihat sungguh besar dan nampak berotot. Black
menggosok-gosokkan kepala penisnya ke kemaluan Rina agar terbasahi
oleh lendir yang masih ada pada liang sorga laki-laki itu. Rina
terlihat pasrah dengan pemerkosa kesekian yang akan menikmati
tubuhnya. Matanya terlihat sayu dan kadang kala terpejam membuang rasa
jijik akibat pemaksaan melakukan oral seks oleh Hubert. Sudah 15 menit
Rina mengoral batang penis Hubert tetapi masih belum ada tanda-tanda
bule itu akan mencapai puncak birahi. Tiba-tiba saja mata Rina
terbelalak, tangannya mengepal kuat dan mulutnya mengerang panjang
dalam sumbatan penis Hubert
"Hheheeemmmmggghhhhhhhhhrrrrrrrr….gghhrmmmmmhhhhh… .."
Black yang ada di belakangnya secara tiba-tiba menancapkan batang
penisnya ke dalam duburnya. Black rupanya seorang pecinta seks anal
sehingga kenikmatan tubuh perempuan yang diincarnya adalah bagian
anus. Rasa ngilu, nyeri dan perih mendadak menyerang bagian dubur
Rina. Rasa sakit akibat sodomi zuchini itu kini kembali mendera liang
pengeluarannya. Black kali ini sungguh sangat brutal. Ia memasukkan
seluruh batang penisnya ke dalam dubur Rina tanpa rasa belas kasihan
terhadap tubuh seorang wanita yang kini hanya bisa mengejan menahan
rasa sakit di anusnya. Kini rasa ingin buang air besarpun mulai
menyerang tubuh Rina. Sodokan-sodokan Black yang keras dan kasar
semakin menyebabkan rasa ingin buang air besar itupun semakin kuat.
Keinginan buang air besar itupun dapat dirasakan Black manakala liang
pengeluaran Rina berkontraksi untuk mendorong penisnya keluar dari
liang dubur. Tiba-tiba saja Rina mengejan dengan kuat. Tangannya
mengepal erat. Nampaknya Rina sudah tidak tahan lagi terhadap rasa
ingin buang air besar. Tetapi Black tetap berusaha menahan batang
penisnya untuk tidak keluar dari rongga dubur Rina. Suara Rina
terdengar mengejan panjang dalam sumbatan penis Hubert
"Heegggggghhhhhrrrrrrrrrrrrrr….hhmmmmmm………………… .."
Beberapa saat kemudian nampaklah cairan warna merah keluar dari liang
dubur Rina yang tersumbat penis Black. Rupanya hanya cairan pendarahan
dalam liang duburnya yang terluka itu mengalir keluar bersama
buih-buih putih. Black tetap menahan seluruh batang penisnya dalam
dubur Rina dan mulai memompa lagi sesaat setelah kontraksi liang dubur
Rina mengendor. Hubert melihat mata Rina yang memerah dengan air mata
yang semakin banyak mengalir. Dia tahu bahwa Rina mengalami rasa sakit
yang amat sangat akibat rasa buang air besar yang tertahan oleh
sumbatan penis Black di duburnya.
Sudah dua puluh menit lebih Hubert memaju mundurkan batang
kejantanannya ke dalam mulut Rina. Kini dia merasa bahwa puncak
kenikmatan akan segera dicapainya. Gerakannya semakin cepat membuat
Rina mulai tersedak-sedak. Di belakang nampak Black juga mulai
menanjak ke puncak kenikmatan. Keduanya menyodok dengan keras sampai
akhirnya Hubert menahan kepala Rina erat-erat dan memaksa batang
penisnya masuk seluruhnya sampai kerongkongan Rina dan membiarkannya
di sana selama beberapa saat. Rina nampak semakin megap-megap dengan
mata memerah dan air mata yang semakin banyak meleleh membasahi
pipinya yang mulus. Akhirnya terlontarlah cairan nista Hubert masuk ke
dalam kerongkangan Rina. Rasa asin dan pahit sperma Hubert dapat
dirasakan oleh Rina. Di belakang Black sedang memacu menuju puncak
sampai akhirnya terdengar lenguhan panjang menandakan kenikmatan tiada
tara yang sedang ia rasakan. Kini keduanya telah melepaskan batang
penisnya dari tubuh Rina. Tubuh Rina lunglai lemas tak berdaya di atas
meja. Cairan sisa sperma yang belum tertelan menetes ke luar dari
bibir tipisnya. Sekarang ini hanya tinggal Doni dan Anton yang belum
mengambil jatah menikmati tubuh Rina. Keduanya membopong tubuh Rina
dari atas meja dan menunggingkannya di atas karpet yang ada dalam
ruangan itu. Posisi Rina yang bersujud itu di tahan oleh Doni dengan
cara menekan pundak Rina. Selanjutnya terdengar erangan kesakitan Rina
"Agggghhhrrrrrrrrrrrrrr………ssaaakitttttt………."
Anton ternyata juga melakukan sodomi atas tubuh Rina. Dia melakukannya
dengan cepat. Tidak sampai 5 menit Anton telah ejakulasi dalam dubur
Rina. Tampak sekali wajah kenikmatan tersirat padanya. Kini Donipun
segera ambil bagian.
"Aku juga pengen coba pantatnya…..kaya apa sih rasanya…" Doni berkata
sambil bergerak ke arah belakang Rina. Rina yang menyadari bahwa
dirinya akan disodomi lagi berusaha beringsut.
"Jaangggannnn…ttoolonggg Don…jangaannn lagi….."
"Dubur Rina perih Don…..ttollong..saya gak mau disodomi lagi….." Rina
terlihat sangat menghiba.
"Sekali aja Rina….Aku pengen merasakan jepitan pantatmu yang sekal
itu…" Doni tersenyum menyeringai
"Ttttiiiddaaakkkk……jjjaaangggaannnn..ssaayaa..ttit daak mauu….." jerit
Rina.
Tiba-tiba saja Anton menarik tubuh Rina hingga telungkup di karpet.
Bulatan pahanya yang mulus itu sungguh terlihat menggairahkan bagi
Doni. Rina sudah tidak sanggup lagi meronta.
"..Jjaannggannnn..Doni….jjangaann lakukan itu…..kasihani aku Doni.."
Rina meratap.
Doni diam tak menjawab. Hanya dari gerakannya yang menindih paha Rina
telah menunjukkan bahwa hasrat sodomi atas tubuh Rina semakin kuat.
Dan memang kepanikan semakin melanda Rina manakala belahan pantatnya
itu dibuka oleh jari-jari tangan kiri Doni. Selanjutnya tangan kanan
Doni mengarahkan penisnya ke liang kenikmatan alternatif wanita itu.
Dan kemudian terdengar suara pilu menyayat Rina
"Agghhhhhhhrrrrrr…ddddduuuhhhhhhhhhhhhh………"
Doni menyodomi Rina dengan keras. Tubuh Rina yang terguncang-guncang
ke depan akibat sodokan Doni semakin terlihat menggairahkan. Tujuh
menit kemudian Doni mencapai klimaks dan cairan spermanya menyemprot
keras dalam dubur Rina. Doni segera mencabut penisnya dari dubur Rina.
Kini Rina benar-benar telah lunglai. Tubuhnya terasa remuk.
Persendiannya terasa terlolosi. Rina hanya sanggup menangis dan
terisak. Dari sela-sela belahan pantatnya nampak cairan putih kental
mengalir keluar. Tubuhnya kini telah ternoda oleh benih-benih nista
beberapa jahanam yang baru saja mengerjai tubuhnya. Kehormatannya-pun
telah direnggut paksa oleh para durjana itu. Tidak ada lagi harga diri
yang ia banggakan. Tidak ada lagi mahkota yang kelak dia persembahkan
pada malam pertama. Semuanya telah hilang. Yang pasti adalah noda-noda
nista yang kini telah mengalir dalam tubuhnya. Rina berharap bahwa
benih nista itu tidak tumbuh menjadi janin yang tidak jelas siapa
bapaknya. Mungkin saja itu benih adalah milik Hugo, Simon, Ferdinand,
atau Philip atau bahkan campuran semuanya yang kelak akan membentuk
janin. Satu yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana mendapatkan
sesuatu yang dapat mencegah kehamilan. Bagaimana dia dapat
menyembunyikan aib ini agar harga diri keluarganya tetap terjaga.
Ataukah bunuh diri jalan yang terbaik……atau……………………semua tiba-tiba
menjadi gelap………
perusahaan eksporasi minyak milik asing yang kantornya ada di daerah
kuningan. Rina, demikian Sabrina biasa dipanggil, bekerja sebagai cost
control employee pada perusahaan tersebut. Tidak banyak yang bekerja
di kantor yang hanya menangani bidang administrasi tersebut. Kira-kira
ada sekitar 20 orang di mana 6 orang adalah tenaga asing dari Amerika
dan Eropa. Mereka adalah Philip sebagai manager, Hubert seorang
assistant manager, Hugo, Simon, dan Black ketiganya adalah teknisi,
serta Ferdinand kepala divisi cost control yang merupakan atasan Rina
langsung. Divisi cost control adalah bagian yang sering bekerja lembur
bahkan tidak jarang hari Sabtu dan Minggu pun mereka harus bekerja
untuk menyelesaikan target pekerjaan. Untunglah dikarenakan tempat
tinggalnya di wilayah Jakarta Timur maka Rina membutuhkan waktu tidak
lama untuk dapat mencapai kantornya di bilangan kuningan.
Hari ini, Sabtu, Rina kebagian masuk kerja untuk penyelesaian target
pekerjaan. Jum'at kemarin Ferdinand telah memintanya untuk masuk kerja
hari ini. Pukul 8:00 Rina sudah berangkat dari rumah menuju kantor dan
tiba pukul 8:30. Atasannya Ferdinand ternyata juga sudah tiba disana.
Tidak seperti biasanya hari ini semua bule asing yang bekerja di
perusahaan itu ada di sana. Ada juga Doni dan Anton dua rekan kerjanya
yang terkenal playboy dan mata keranjang. Doni dan Anton punya
kesenangan yang sama yaitu olahraga fitness sehingga postur badannya
kelihatan macho seimbang dengan tinggi badan mereka yang kira-kira 172
cm. Meskipun mereka orang pribumi bila Rina ada di samping Doni maupun
Anton maka tinggi kepala Rina tidaklah sampai pada tinggi pundak
mereka. Tinggi badan Rina hanyalah 154 cm, cukup pendek dibandingkan
rata-rata tinggi gadis Jakarta sekarang. Walau demikian ukuran buah
dadanya yang 34B itu cukup proporsional dengan ukuran tubuhnya.
Apalagi lengannya yang kelihatan sekal serta pahanya yang membulat
tidak dapat menyembunyikan kesintalan bentuk tubuhnya. Doni dan Anton
sering mencuri pandang melihat kesekalan lengan Rina bilamana gadis
itu terkadang melepaskan blazernya dan hanya mengenakan baju dalam
tanpa lengan pada saat bekerja di depan komputernya. Hari inipun Rina
mengenakan baju dalam tanpa lengan berwarna putih dengan bagian
depannya berenda yang dipadu dengan blazer dan rok sedikit di atas
lutut yang keduanya berwarna hitam. Cocok sekali untuk dipadukan
dengan kulit tubuhnya yang memang mulus itu.
Tiba-tiba….
"Heiii….. kenapa bengong….."
Terdengar suara cedal Ferdinand. Rina terkesiap. Rupa-rupanya dia
memikirkan sesuatu agak lama di depan pintu masuk ruangannya
sampai-sampai tidak melihat Ferdinand yang datang mendekatinya. Bibir
tipis Rinapun tersenyum malu.
"Am….sorry Ferdinand, I have thinked of something stupid…never mind…"
jawab Rina yang langsung bergegas masuk menuju meja kerjanya dan
segera menyalakan tombol komputernya.
"What will you do Rina….." Ferdinand berkata
"Of course I will finish my work" dengan cepat Rina menimpali.
"Ngapain lha wong kita mau jalan-jalan kok…." Tiba-tiba Anton menyeletuk.
"Rina we will finish our work in Puncak today…" Tiba-tiba Hubert ikut
nimbrung.
"I really do not understand???" Rina bertanya dengan wajah bingung.
"Yes…we make finishing of our project in Bogor. Every things are
already organized" Ferdinand menjawab kebingungan Rina.
"Iya data semua sudah ada di laptop ini" demikian kata Doni
memperjelas pernyataan Ferdinand.
"Lets go for pleasure every body…" Philip yang sedari tadi
mendengarkan pembicaraan memberikan perintah untuk segera siap berangkat.
Rina sebenarnya sedikit risih dengan acara penyelesaian pekerjaan yang
akan dilakukan di puncak Bogor karena hanya dia satu-satunya cewek
yang ada pada rombongan. Tetapi dia tidak punya cukup keberanian untuk
menolak ajakan Philip sebagai bos besar di perusahaan itu.
Pukul 9:00 rombongan berangkat ke puncak dengan menggunakan dua
kendaraan Avanza. Mereka menuju sebuah villa yang berada di
tengah-tengah kebun teh. Villa itu adalah langganan Philip bilamana
dia menginginkan ketenangan untuk berkencan dengan wanita-wanita muda
yang sering dibawanya. Memang semua bule yang ada di perusahaan di
mana Rina bekerja adalah penganut seks bebas. Terlebih lagi Simon,
Black dan Hugo yang semuanya adalah orang lapangan. Wanita adalah
kebutuhan yang vital bagi mereka dikarenakan kegiatan eksplorasi
minyak banyak dilakukan di wilayah perairan laut, jauh dari wanita,
dan semua pekerjanya adalah pria. Itulah sebabnya mereka sering
menggebu-gebu saat melakukan senggama dengan seorang wanita bahkan
cenderung brutal dalam melampiaskan nafsunya. Pernah pula mereka
bertiga mengerjai seorang mahasiswi PSK secara bersama-sama hingga
menyebabkan mahasiswi itu pingsan dengan luka memar dan lecet di semua
bagian-bagian tubuhnya yang vital. Beruntunglah urusan tersebut tidak
menjadi panjang setelah ketiganya bersedia memberikan kompensasi
sejumlah uang kepada induk semang mahasiswi tersebut atas penderitaan
fisik yang dialami oleh anak asuhnya.
Pukul 10:30 mereka sampai di perkebunan teh. Luasnya sekitar 250 ha
dan terdapat sebuah villa di bantaran hamparan perkebunan yang
letaknya paling tinggi. Dari villa tersebut dapat melihat semua
wilayah perkebunan yang ada di lereng bawah. Kemiringan sebesar 10%
tersebut akan menyebabkan tenaga cepat terkuras apabila menuju villa
ditempuh dengan cara berjalan kaki. Oleh sebab itu kendaraan hanyalah
satu-satunya sarana yang paling nyaman untuk mencapai villa yang ada
di atas. Rombongan turun dari kendaraan. Doni yang sepanjang
perjalanan masuk perkebunan teh membawa sebuah handycam menyalakan
alat tersebut dan mengambil gambar wilayah perkebunan dari atas,
setelah itu dia merekam gambar villa yang akan mereka masuki. Besar
sekali ukuran villa itu. Ada sekitar enam kamar yang masing-masing
berluasan 8m x 8m, cukup untuk bermain singgle-net basket ball.
Setelah tiba di dalam Anton menyiapkan peralatan seperti LCD proyektor
serta standing screen-nya. Pukul 11:00 mereka memulai finishing
pekerjaan proyek. Rina bertugas dalam data entry dan pengetikan. Semua
berlangsung hingga pukul 18:00. Rina mulai merasa bahwa hawa segar
angin masuk yang melewati jendela villa yang terbuka tidak cukup untuk
menyejukkan tubuhnya yang mulai penat. Namun dia tidak berani membuka
blazernya mengingat hanya dialah satu-satunya wanita dalam rombongan
itu. Tepat pukul 20:00 semua kompilasi data telah selesai dilakukan.
Berarti target pekerjaan selesailah sudah. Kini semua merasa lega.
Philip sudah menghabiskan 10 teh botol selama pekerjaan itu. Kini
waktu adalah untuk rileks dan Rina sudah mengharapkan untuk pulang ke
rumah kontrakannya. Akan tetapi tanda-tanda untuk pulang masih belum
nampak.
"Sir in my opinion we should get back to Jakarta now" Rina berkata
kepada Philip yang masih senderan di kursi tamu.
"Later on, we will have special event for you Rina" Philip menjawab.
"Whats that?" Rina bertanya.
"Hei Doni lets turn on your special movie" Philip berkata.
"Ok boss….wait a minute"….Doni menjawab.
"Now gentlemen… lets have a pleisure…" Anton berkata kepada semuanya
dan melangkah duduk di depan standing screen. Semua mengikuti Anton
dan duduk mendekat ke arah layar. Film mulai diputar dan pertama kali
terlihat gambar gedung kantor mereka yang ada di kuningan. Selanjutnya
muncul gambar-gambar orang yang bekerja di sana termasuk Rina. Lama
kelamaan film hanya tertuju kepada Rina. Ada gambar-gambar di mana dia
sedang berbicara dengan teman sekantor, ada gambar saat dia datang
kesiangan ke kantor, ada gambar saat dia kerja lembur, dll. Rina mulai
merasa ada yang aneh dengan rekaman gambar-gambar tersebut.
Kerisauannya semakin nyata ketika ada gambar yang menampilkan saat dia
berada di ruang toilet wanita untuk berganti baju blazer. Meski dia
mengenakan baju dalam tanpa lengan dalam ruangan itu tetapi gambar
tersebut membuat semu pipi Rina yang mulai merasa malu dan risih
dengan rekaman gambar yang diambil dengan cara sembunyi-sembunyi itu.
Baju dalam putih berenda yang ada pada layar itu adalah yang dia
gunakan saat ini. Tiba-tiba Rina terhenyak ketika ada gambar di mana
dia sedang meeting kemudian dari bawah meja diambil gambar dimana pada
saat itu dia yang mengenakan rok sedikit di atas lutut duduk dengan
kaki agak terbuka. Nampak celana dalamnya berwarna merah kontras
dengan paha dan betisnya yang putih mulus.
"Doni Anton apa apaan sih ini….." Seketika Rina protes dengan tayangan
itu.
"Tenang Rin……tenang…" kata Anton.
"Ini biasa kok…..kita ini khan sudah dewasa, biasa toh liat gambar
beginian"…timpal Doni dengan tersenyum.
Tiba-tiba tayangan gambar berubah. Kali ini menampilkan gambar seorang
wanita bule yang sedang nungging sedangkan dibelakangnya ada pria bule
yang siap penetrasi dengan cara anal seks. Rina sungguh jijik
menyaksikan bagaimana penis pria bule itu mulai memasuki dubur wanita
bule yang sedang nungging itu. Sekonyong-konyong Black berkata dengan
suara cedal khas bule
"Rina kau mau seperti itu khan? Kamu punya ini untuk itu"
Wajah Rina tiba-tiba memucat. Di tangan Black ada buah zuchini yang
kira-kira panjangnya 20cm dan diameternya sekitar 5 cm. Zuchini itu
dilapisi karet yang rupanya sebuah kondom yang sengaja dipasang pada
buah itu. Seketika Rina bangkit dari duduknya dan berusaha menghindar
Black yang menuju ke arahnya.
"Tiidaaaakkkk……..jangaaannnnn….saya mau pulang" teriak Rina.
"Ok. Kita akan antar kau pulang setelah semuanya selesai….." Doni berkata
"Iya, tepatnya setelah semua puas he he he……." Anton mempertegas
perkataan Doni.
Rina mulai sadar bahwa dia telah masuk perangkap. Hatinya mulai ciut
karena hanya dirinyalah satu-satunya wanita yang ada di villa itu.
Nyalinya bertambah ciut lagi melihat zhucini yang dibawa oleh Black.
Rina membayangkan betapa sakitnya bila benda itu memasuki dirinya.
Tetapi bayangan itu sebentar lagi akan menjadi kenyataan. Ferdinand,
Anton, Doni dan Hugo segera mengepung Rina.
"Nooo…please…..don't rape me….please…."Rina mulai berkata dengan nada
bergetar setengah menangis.
Tetapi semua laki-laki yang ada di situ hanya tersenyum dengan
seringai akan dahaga sebuah kenikmatan seks.
Hugo yang berbadan tinggi besar sekitar 183 cm memeluk Rina dari
belakang, persis seperti memeluk seorang adik karena tubuh pendek Rina
yang hanya 154 cm. Rina meronta-ronta dalam dekapan Hugo.
"Nooooo jangaaaannnnnnnn….saya tidak mau………." Jerit Rina.
Kini Rina benar-benar menangis. Tetapi hal ini tidak mempengaruhi
keinginan para lelaki itu untuk menikmati kemulusan tubuhnya. Anton,
Doni dan Ferdinand bersama-sama mendekat dan empat orang kemudian
menyeret Rina ke arah sofa panjang yang tidak ada sandarannya.
"Tiidaaaakkkkk…..jangaaannnn perkosa saya….ttiidaaakkkkk…" Rina
menjerit keras dan meronta-ronta dengan kuat.
Empat orang itu kemudian menelungkupkan Rina di atas sofa dengan
bagian pinggang ke bawah ada di sisi sofa. Posisi Rina jadi seperti
setengah menungging. Rina meronta-ronta dan berusaha bangkit.
Kaki-kakinya berusaha menjejak kuat ke lantai agar posisinya tidak
menungging. Rina sadar bahwa Black dengan buah zhucininya akan
melakukan hal yang sama sepeti yang baru saja dia lihat di film yang
baru diputar tadi. Akan tetapi rontaan itu menjadi tidak ada artinya
setelah dua buah tangannya ditelikung ke belakang punggungnya oleh
Hugo sedangkan kedua kakinya dipegang erat oleh Anton dan Doni.
Keduanya dapat merasakan betapa halus dan mulus kulit kaki Rina.
Hubert yang sedari tadi rupanya merekam kejadian itu dengan sebuah
handycam yang dibawa oleh Doni mendekat ke arah sofa. Ferdinand pun
mulai beraksi menyingkap rok Rina ke atas.
"Jaannnngggaaaaannnnn…………………….ttiiidaakkkkkkk..ttt oolllloonggggg"
"Don't rape me please……….tttoolooonggggg…."Rina menjerit keras.
Di perkebunan teh yang luas itu tidak akan ada orang yang mendengar
teriakan Rina. Rina merasa putus asa. Air matanya meleleh membasahi
pipinya. Sungguh dengan kondisi seperti ini betapa cantiknya Rina.
Apalagi dengan posisi setengah menungging dengan rok tersingkap yang
memperlihatkan betapa mulusnya kulit paha yang membulat itu dan juga
kakinya. Delapan pria yang ada di ruangan itu menelan ludah
menyaksikan keindahan tubuh Rina. Bulatan pantatnya yang sekal itu
nampak jelas di balik celana dalam warna hitam yang saat ini dia kenakan.
"Boss now lets your turn….." Ferdinand berkata pada Philip.
Tanpa menjawab Philip mendekati Rina dan kedua tangannya mulai
menjamah celana dalam Rina
"Jaangaaannnnn…Mr…. Nooooo..sir………"
Rina mulai panik ketika merasa ada tangan menyentuh celana dalamnya.
"Ttiidddaaakkkkkk……aaaaaaaaaaa….ssseettttaaaaannnn nnnn……"
"Baajinggggaaaaannnnnn………" Rina memaki sambil menangis.
Dan memang perlahan-lahan celana dalam itu dipelorotkan sampai
setengah paha Rina sehingga kini terpampanglah vagina Rina yang
ditumbuhi bulu-bulu halus serta nampak pula lubang anusnya yang
berwarna coklat kemerahan. Kerut-kerut di anusnya yang menyerupai
matahari itu semakin membuat nafsu binatang kedelapan pria yang haus
seks itu melejit naik.
"Black now do what you want……"
Philip memberi kesempatan kepada Black sebagai orang pertama yang
mengerjai tubuh Rina.
"Nnooooooo……….jaangaannnnn….pak….saya takut……" Rina menghiba.
Tapi dia tetaplah seorang wanita yang kini sedang tidak berdaya.
Black tetap berjalan mendekati Rina. Ferdinand kemudian memegang kedua
bongkahan pantat Rina dan membuka belahannya menjadi semakin lebar.
Rina mulai panik dan rontaannya lebih keras dari sebelumnya. Dia
sungguh tidak ingin tubuhnya dimasuki buah zhucini melalui duburnya.
Baginya selama ini belum pernah merasakan hubungan seks kecuali hanya
berciuman dengan mantan-mantan pacarnya. Pacar-pacar sebelumnya pun
belum pernah ada yang melihat bagian-bagian rahasia miliknya bahkan
belum ada mantan pacarnya pun yang berani memegang aset rahasia
tubuhnya itu. Itupun sudah empat bulan yang lalu setelah hubungannya
dengan pacar terakhir Rheno putus gara-gara orang tuanya tidak cocok
dengan pilihannya. Kini orang lain yang tidak dicintainya terlebih
dahulu melihat bagian tubuhnya yang paling rahasia dan jumlahnya tidak
satu melainkan delapan orang.
"Jaangannn Mr. Black…..saya takut……" Rina berkata dengan terisak.
Tetapi tetap saja Ferdinand membuka belahan pantatnya tanpa
mempedulikan tangisannya. Black mengambil posisi jongkok di belakang
Rina dan sekonyong-konyong
"wwwwuuuuaaaaaaa….aaagggghhhhhrrrr…aaaaaaaaadduuuu uhhhhhhhh'''
Tiba-tiba saja Rina melolong keras. Kerasnyapun mengerikan. Lolongan
itu hampir mirip suara orang mengejan di toilet. Tangannya yang
ditelikung oleh Hugo mengepal keras. Tubuhnya mengejan. Kepalanya
mulai merasa berputar. Keringat tubuhnya semakin keluar membuat
bongkahan pantatnya semakin berkilau dan menggairahkan. Itu menandakan
bahwa dia sedang merasakan kesakitan yang luar biasa pada tubuhnya.
Rupanya Black telah menyodokkan buah zhucini itu ke dalam dubur Rina
hingga masuk seperempat bagiannya. Rina terus tetap melolong merasakan
ngilu yang luar biasa ketika benda berdiamater 5cm itu memasuki
duburnya. Tampak sekali bagaimana lubang duburnya mengempot ke arah
dalam karena dorongan zhucini itu. Dengan perlahan-lahan Black terus
melesakkan zuchini masuk ke dalam dubur Rina. Rinapun semakin menjerit
dan melolong
"Aaaaaaggghhhhhhhrrrrrrrr…….ssssssttooooopppppp……… …."
"heeghhhhh…….aaaaaaaggghhhh…….sssssaaaaakitttttttt tttttt…………….."
"Jaaanngaaannnn….aaaaaaaaaaaa………bbbaaanggggssaaaaa atttttttt"
"Bbbaajjiiinnnngggggaaaaannnnnnnnnnnnnnnnnnn……………… ……….."
Namun semuanya tidak peduli. Teriakan kesakitan Rina adalah melodi
erotis bagi kedelapan pria yang memperkosa Rina. Akhirnya 13 cm
zhucini telah memasuki tubuh Rina melalui anus. Kini Black mulai
memaju-mundurkan zhucini itu. Mula-mulai dengan tempo pelan dan
perlahan-lahan mempercepat gerakannya.
"Aaadduhhhhhh…..sssaakiiiittttt….."
`Ppaannttttaattt ..ssaayaa…..aadduhhhhh….sssaakiittttt…"
Rina hanya bisa menangis dan merintih. Gerakan maju mundur zhucini
dalam duburnya mulai membuat lecet dinding-dinding lubang
pengeluarannya. Darah mulai nampak pada batang zhucini berlapis kondom
itu ketika gerakan menarik keluar dilakukan oleh Black. Semakin lama
semakin banyak cairan kemerahan yang mengumpul di sekitar lubang anus
Rina bercampur dengan busa-busa putih yang sebagian berubah menjadi
merah jambu. Beberapa menetes ke lantai keramik putih membentuk
bulatan berwarna merah.
"Aadduuuhhhh sstooppppp……jaaaangaannnn…sstoooppppp"
"Adduuhhhh…ssaaayaaa… mmauuu kkkluaarrrr….."
"Sssayaammauu…kkluaarrrr..ttoooollonngg…sstooppppp .."
"Pleasseeee..sstooppppp…."
"Kkkkeelluaarinn….iiittuuu..ddaarriiii..pppaantaat tkkuuu…."
"Sssstttooooopppppppp!!!!!!!!!................ ..."
Rina merasa ada sesuatu yang ingin keluar dari duburnya. Mungkin hasil
metabolisme makan siang yang sudah dicerna oleh lambungnya. Mungkin
juga karena zhucini yang memasuki duburnya. Yang jelas dia semakin
merasakan ingin buang air besar.
"Beerhenntiiii…….ttoolooongg…."
"Sssaayyaaa…ttiiiddaaakkk kkkkuaattt…"
"Mmaauuuu kkkkkeeeelluaarrrrrrr……aaggghhhhrrrrr"
Lima belas menit pemerkosaan dengan cara sodomi menggunakan zhucini
itu berlangsung. Selama itu pula Rina merasakan penderitaan yang luar
biasa, terlebih-lebih ketika gerakan menarik keluar dilakukan oleh
Black yang menyebabkan Rina merasa dirinya seperti ingin buang air
besar. Perutnya terasa mual dan ingin muntah. Bahkan ketika dia
berteriak keras bahwa dia benar-benar merasa ingin buang air besar
Black malah menahan zhucini itu di dubur Rina dalam-dalam. Belasan
menit kemudian baru Black menarik zhucini itu keluar dari dubur Rina.
Gadis itu merasa lega setelah duburnya terbebas dari zhucini yang
telah belasan menit melesak-lesak dalam liang pengeluarannya. Lelehan
darah mengalir keluar melalui anusnya yang sekarang kelihatan seperti
lubang menganga. Ferdinand tetap membuka bongkahan pantat Rina
sehingga lubang anus yang menganga itu tidak menutup. Hubert yang
membawa handycam mengcloseup bagian dubur menganga itu. Nampak daging
bagian dalam yang memar kemerahan akibat bergesekan dengan zhucini.
Kini Rina merasa tubuhnya lemas sekali. Airmatanya terus meleleh.
Beberapa saat kemudian dia merasakan seseorang melucuti rok yang ia
kenakan demikan juga celana dalamnya. Setelah itu dari belakang
blazernya ditarik lepas. Rina merasakan ada tangan yang meraih kerah
baju dalamnya. Dan "Ssshrreeekkkkkkkkkk" kain bajunya robek
memperlihatkan punggung mulusnya. Rina tersentak tetapi tidak mampu
bangkit. Kepalanya ada yang menahan di Sofa. Kemudian dirasakan ada
tangan yang melucuti BH-nya sehingga dalam hitungan menit Rina sudah
telanjang bulat. Kemudian seseorang mengelap pantat Rina menggunakan
tissue mengeringkan noda-noda yang ada di dubur, vagina, dan pahanya.
Setelah itu tubuhnya diberdirikan dan Hugo menggendongnya ke arah meja
kerja yang terbuat dari kayu jati. Rina ditelentangkan di sana sejajar
dengan arah panjang meja dan lagi dua tangannya dipegangi oleh Anton
dan Doni. Ferdinand dan Simon membantu membuat posisi kaki Rina
terbuka mengangkang. Hugo berhasrat untuk mengoral vagina Rina sebelum
menyetubuhinya.
"Lets take the picture man….." Hugo berteriak kepada Hubert.
Hubert segera menfokuskan lensanya ke arah vagina Rina yang dipegang
bagian labium mayora-nya dengan menggunakan dua jari Hugo.
"Ttiidddaakkk…jjaaangggaannnnn…" Rina merintih lemah.
Rasa malu yang amat sangat menjalari batinnya. Kelamin kewanitaannya
yang selama ini tertutup celana dalam telah terpampang terbuka lebar
di depan mata para lelaki yang sudah sangat berhasrat pada tubuhnya.
Kini bagian labium minora-nyapun terlihat jelas setelah dua jari Hugo
melebarkan bagian mayoranya. Selaput dara Rina yang masih utuh juga
nampak sekitar 1 cm dari mulut vaginanya.
"You are….a virgin ha……" Hubert berkata sambil merekam gambar.
"Its must be so tight……" Hugo berkata dengan terkekeh.
Setelah dua menit mengabadikan vagina Rina kini Hugo bersiap mengoral
mahkota gadis cantik itu. Bulu bulu vaginanya yang tercukur rapi itu
semakin membuat hasrat birahi pemerkosanya terus memuncak.
"Agggghhhhhhhhrrrrr……..tttiiddakkkkkkkkkk….jjjaaan gaaaannnn…"
Rina menjerit ketika merasakan lidah Hugo mulai bermain di vaginanya.
"Aakkhhhhh….aadduhhhhh………"
Rina menjerit ketika jari telunjuk Hugo yang baginya cukup besar itu
masuk dan berputar-putar di depan selaput daranya. Rasa sedikit perih
menjalari vagina bagian dalamnya manakala jari Hugo bersentuhan dengan
selaput daranya. Setelah puas mengoral vagina Rina selama 10 menit
Hugo mulai membuka resleting celananya. Kemudian tangannya masuk ke
dalam celananya dan menarik keluar batang penisnya yang telah
menegang. Ukurannya yang besar sungguh tidak sesuai dengan tubuh Rina
yang kecil. Ukuran batang penisnya setara dengan ukuran pergelangan
tangan Rina atau mungkin bahkan lebih. Hugo kini menempelkan kepala
penisnya ke bibir vagina Rina. Rina mulai meronta kuat ketika
merasakan kepala penis itu bersentuhan dengan bibir mahkotanya. Rina
tidak ingin kehilangan sesuatu yang kelak akan dia berikan pada pria
yang menjadi suaminya. Kini Rina mulai panik lagi. Meski dia tidak
melihat penis Hugo tetapi dia dapat merasakan dari sentuhan kepala
penis yang menempel di vaginanya betapa besar ukuran penis bule itu.
Hugo menggosok-gosokkan kepala penisnya agar basah oleh cairan vagina
Rina ketika dia melakukan oral pada tubuh gadis itu.
"Jjaanggaannn…..Hugo…..please….don't rape me"
Hugo hanya diam saja dan senyumnnya menyeringai
"Hhhhuuaaaaggghhhhhhkkkk…..aaaaaa..ddduhhhhhhhhhhh hhhhhh"
"aakkhhhhhh…tttiiiddaakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk k"
Rina kembali melolong persis ketika dia disodomi dengan menggunakan
zhucini. Hugo menusukkan batang penis miliknya hingga setengahnya
masuk ke dalam liang senggama Rina. Seketika cairan merah keluar dari
vagina Rina yang menandakan selaput daranya telah terkoyak.
"Aadduhhhhhh……ssssaaakkittttttt….pppeeerrihhhhhhhh hhhhhhhh"
Rina meratap, meringis, menangis dan sesekali menggigit bibir bawahnya
menahan rasa ngilu dan perih akibat robeknya selaput dara yang selama
ini ia dambakan untuk diberikan kepada suami pilihannya. Kepalanya
menggeleng ke kanan dan ke kiri sebagai ungkapan rasa sakit yang
mendera bagian tubuhnya yang paling rahasia itu. Hugo terus menusukkan
penisnya sampai seluruhnya amblas dalam cengkeraman vagina Rina.
Diameter penisnya yang sama besar dengan zhucini yang dipakai
menyodomi Rina itu menimbulkan rasa nyeri yang luar biasa pada
selangkangan Rina. Bagi Rina seolah-oleh pentungan baseball melesak
masuk dalam liang kewanitaannya. Kini kehormatannya telah rusak.
Dirusak oleh jahanam yang saat ini sedang menyetubuhinya dan yang
sebentar lagi jahanam-jahanam lain akan turut serta menikmati
kesintalan tubuhnya. Hugo bergerak maju mundur. Mundur dengan irama
pelan dan maju dengan irama cepat. Perbuatan ini menyebabkan Rina
merasakan seolah-olah vaginanya robek tersayat-sayat. Setiap tusukan
keras selalu disertai dengan erangan kesakitan Rina. Tetapi bagi para
pemerkosa jahanam itu jeritan Rina adalah suara erotis yang membakar
hawa nafsu kelaki-lakiannya. Ferdinand dan Simon yang memegang kaki
Rina mengusap-ngusap paha mulusnya. Sungguh lembut sekali kulit
pahanya. Sedangkan Doni dan Anton tetap memegang erat tangan Rina dan
satu tangan mereka yang bebas bergerilya meremas dan memilin puting
payudara Rina yang berukuran 34B itu. Mereka merasakan betapa
kenyalnya buah dada Rina sebuah kekenyalan yang diidam-idamkan oleh
semua kaum pria. Remasan-remasan kasar pada buah dada Rina menyebabkan
bilur-bilur merah mulai nampak pada payudaranya.
Hugo mulai merasakan denyut-denyut pada batang penisnya. Nampak bahwa
dia mulai menanjak menuju klimaks. Gerakan maju mundurnya-pun semakin
cepat. Frekuensi erangan kesakitan Rina semakin meningkat pula.
Ketakutan juga mulai melanda Rina manakala batang penis Hugo seperti
siap akan melontarkan lahar nistanya. Rina merasa hidupnya akan masuk
dalam lembaran hitam manakala benih nista yang akan menyemprot dari
penis Hugo masuk mengotori tubuhnya. Hamil adalah hal yang paling
ditakutinya. Hugo semakin cepat dan cepat……Nafasnyapun terdengar
terengah-engah menunjukkan rasa nikmat yang tiada taranya. Rina
semakin panik…
"Jjaangaaan ddi..ddaalaammmmm…ttooollooonggg..kkeeelluarrkannn "
"jjangaann..kkellluaarr…..ddddidaallaaammmm……agggg ghhhrrrrr''
Rina menjerit pasrah tanpa daya ketika tanpa dapat dibendung lagi
lahar panas milik Hugo menyemprot di dalam rahimnya. Ketakutan akan
hamil diluar nikah segera mengisi benaknya. Tapi kini dia benar-benar
tidak berdaya. Tangisnya yang semakin keras adalah petunjuk kegalauan
hatinya. Hugo mendiamkan penisnya di dalam vagina Rina sampai
denyut-denyut kenikmatan mulai mereda. Hugo memperkosa Rina selama 15
menit. Ketika penis besarnya itu dicabut dari liang senggama Rina
nampaklah warna merah darah masih melumuri batang penisnya. Rupanya
Rina mengalami pendarahan pada kemaluannya. Ukuran penis Hugo yang
besar itu telah merobek selaput daranya dengan cara yang brutal
sehingga luka robekan itu terus mengalirkan darah.
Kini giliran Simon ambil bagian. Seperti halnya Hugo dia hanya
mengeluarkan penisnya dari balik celana jeans yang ia kenakan. Ukuran
penisnya sama dengan milik Hugo. Masih belum hilang rasa sakit yang
mendera vaginanya kini Rinapun harus mengalami rasa sakit yang berikutnya
"Aaagghhhhhh…jjjaahhaaaannaaammmmmmmmmmm"….
Selanjutnya hanya terdengar lenguhan-lenguhan Rina. Hanya 5 menit
Simon bertahan sebelum lahar nistanya menyemprot ke dalam rahim Rina.
Bisa jadi nafsunya yang terus memuncak saat menyaksikan bagaimana Rina
diperkosa menyebabkan dia cepat mencapai orgasme. Kini giliran
Ferdinand akan memperkosa tubuh Rina. Dengan cepat dia melepas celana
panjangnya dan siap memasukkan penisnya yang sudah menegang itu ke
dalam liang kenikmatan Rina. Black yang sedari tadi menonton ganti
memegang kaki Rina yang semula dipegang oleh Ferdinand. Dengan kasar
Ferdinand menyodok dengan keras sehingga tubuh Rina
terguncang-guncang. Jeritan kesakitan Rina kembali memenuhi ruangan
itu. Luka lecet di vagina akibat bergesekan dengan penis para
pemerkosanya semakin parah. Rasa perih yang amat sangat melanda rongga
kenikmatan Rina. Tetapi apa daya hanya erangan dan lenguhan kesakitan
yang sanggup dilakukan olehnya. Sekitar 10 menit Ferdinand mengerjai
tubuh Rina sampai akhirnya cairan kentalnya menyemprot dalam tubuh
Rina. Sudah tiga orang memasukkan benih nista mereka ke dalam tubuh
Rina dan itupun masih belum semuanya. Philip yang mulai berhasrat
untuk menyetubuhi Rina meminta teman-temannya mengubah posisi Rina
menjadi telungkup sejajar lebar meja. Dengan posisi itu bagian
pinggang hingga kaki Rina berada di bawah sedangkan tubuh atasnya
ditopang oleh meja. Lebar meja tidak cukup untuk menyangga seluruh
tubuh bagian atas Rina sehingga perbatasan leher dan pundaknya
melewati batas lebar meja. Tangannya dipentangkan ke kanan dan ke kiri
sejajar panjang meja dengan tetap dipegangi oleh Anton dan Doni. Kini
Philip siap penetrasi dari belakang. Seperti yang dilakukan oleh Hugo
dia hanya mengeluarkan penisnya dari balik celananya.
"Uuggghhhhhh……………………………aakkkhhhhhhhhhh……."
Kepala Rina terdongak ke atas dan terdengar jeritannya yang tertahan
ketika penis Philip masuk ke dalam liang senggamanya. Philip melakukan
"fast in" dan "slow out" sehingga tubuh Rina terguncang-guncang ke
depan. Hubert yang sedari tadi hanya merekam adegan pemerkosaan itu
kini sudah tidak sanggup lagi menguasai birahinya. Dia menyerahkan
handycamnya kepada Hugo dan bergerak menuju Rina yang sedang diperkosa
Philip. Hubert menjambak rambut Rina hingga menengadah dan
mengeluarkan batang penisnya untuk diarahkan ke bibir tipis Rina. Rina
berusaha mengelak batang penis besar itu tetapi sodokan Philip yang
keras itu tidak sanggup untuk membuatnya tidak berteriak. Kesempatan
itu digunakan Hubert untuk melesakkan batang penisnya ke dalam mulut
Rina. Rina berteriak
"hhhmmmmm…hheeeemmmmmm…hhhmmmmmmm"
Hanya suara itulah yang kini terdengar dari mulutnya. Tidak seluruh
batang penis Hubert dapat masuk ke dalam mulut Rina. Sekitar 3/4
bagian batang penisnya yang sanggup dilesakkan ke dalam mulut Rina.
Rina terlihat megap-megap kesulitan bernafas. Air matanya terus
terlihat mengalir keluar merasakan penderitaan fisik yang kini sedang
dialaminya. Dari arah belakang Philip telah mulai menuju klimaks.
Sodokan-sodokannya semakin keras menyebabkan batang penis Hubert yang
dilesakkan dalam mulutnya terasa menyentuh kerongkongannya. Akhirnya
Rina merasakan ada cairan hangat menyemprot dalam liang kewanitaannya
yang menandakan Philip sudah sampai ke puncak kenikmatan.
Perlahan-lahan dirasakannya ukuran penis Philip mengecil dan dicabut
dari vaginanya yang terlihat bengkak dan memar itu. Lelehan sperma
bercampur darah turun melewati paha mulusnya sebelum akhirnya menetes
di lantai. Black kini telah siap menggantikan Philip untuk memperkosa
tubuh Rina. Batang kemaluannya yang keluar dari sela-sela resleting
celananya terlihat sungguh besar dan nampak berotot. Black
menggosok-gosokkan kepala penisnya ke kemaluan Rina agar terbasahi
oleh lendir yang masih ada pada liang sorga laki-laki itu. Rina
terlihat pasrah dengan pemerkosa kesekian yang akan menikmati
tubuhnya. Matanya terlihat sayu dan kadang kala terpejam membuang rasa
jijik akibat pemaksaan melakukan oral seks oleh Hubert. Sudah 15 menit
Rina mengoral batang penis Hubert tetapi masih belum ada tanda-tanda
bule itu akan mencapai puncak birahi. Tiba-tiba saja mata Rina
terbelalak, tangannya mengepal kuat dan mulutnya mengerang panjang
dalam sumbatan penis Hubert
"Hheheeemmmmggghhhhhhhhhrrrrrrrr….gghhrmmmmmhhhhh… .."
Black yang ada di belakangnya secara tiba-tiba menancapkan batang
penisnya ke dalam duburnya. Black rupanya seorang pecinta seks anal
sehingga kenikmatan tubuh perempuan yang diincarnya adalah bagian
anus. Rasa ngilu, nyeri dan perih mendadak menyerang bagian dubur
Rina. Rasa sakit akibat sodomi zuchini itu kini kembali mendera liang
pengeluarannya. Black kali ini sungguh sangat brutal. Ia memasukkan
seluruh batang penisnya ke dalam dubur Rina tanpa rasa belas kasihan
terhadap tubuh seorang wanita yang kini hanya bisa mengejan menahan
rasa sakit di anusnya. Kini rasa ingin buang air besarpun mulai
menyerang tubuh Rina. Sodokan-sodokan Black yang keras dan kasar
semakin menyebabkan rasa ingin buang air besar itupun semakin kuat.
Keinginan buang air besar itupun dapat dirasakan Black manakala liang
pengeluaran Rina berkontraksi untuk mendorong penisnya keluar dari
liang dubur. Tiba-tiba saja Rina mengejan dengan kuat. Tangannya
mengepal erat. Nampaknya Rina sudah tidak tahan lagi terhadap rasa
ingin buang air besar. Tetapi Black tetap berusaha menahan batang
penisnya untuk tidak keluar dari rongga dubur Rina. Suara Rina
terdengar mengejan panjang dalam sumbatan penis Hubert
"Heegggggghhhhhrrrrrrrrrrrrrr….hhmmmmmm………………… .."
Beberapa saat kemudian nampaklah cairan warna merah keluar dari liang
dubur Rina yang tersumbat penis Black. Rupanya hanya cairan pendarahan
dalam liang duburnya yang terluka itu mengalir keluar bersama
buih-buih putih. Black tetap menahan seluruh batang penisnya dalam
dubur Rina dan mulai memompa lagi sesaat setelah kontraksi liang dubur
Rina mengendor. Hubert melihat mata Rina yang memerah dengan air mata
yang semakin banyak mengalir. Dia tahu bahwa Rina mengalami rasa sakit
yang amat sangat akibat rasa buang air besar yang tertahan oleh
sumbatan penis Black di duburnya.
Sudah dua puluh menit lebih Hubert memaju mundurkan batang
kejantanannya ke dalam mulut Rina. Kini dia merasa bahwa puncak
kenikmatan akan segera dicapainya. Gerakannya semakin cepat membuat
Rina mulai tersedak-sedak. Di belakang nampak Black juga mulai
menanjak ke puncak kenikmatan. Keduanya menyodok dengan keras sampai
akhirnya Hubert menahan kepala Rina erat-erat dan memaksa batang
penisnya masuk seluruhnya sampai kerongkongan Rina dan membiarkannya
di sana selama beberapa saat. Rina nampak semakin megap-megap dengan
mata memerah dan air mata yang semakin banyak meleleh membasahi
pipinya yang mulus. Akhirnya terlontarlah cairan nista Hubert masuk ke
dalam kerongkangan Rina. Rasa asin dan pahit sperma Hubert dapat
dirasakan oleh Rina. Di belakang Black sedang memacu menuju puncak
sampai akhirnya terdengar lenguhan panjang menandakan kenikmatan tiada
tara yang sedang ia rasakan. Kini keduanya telah melepaskan batang
penisnya dari tubuh Rina. Tubuh Rina lunglai lemas tak berdaya di atas
meja. Cairan sisa sperma yang belum tertelan menetes ke luar dari
bibir tipisnya. Sekarang ini hanya tinggal Doni dan Anton yang belum
mengambil jatah menikmati tubuh Rina. Keduanya membopong tubuh Rina
dari atas meja dan menunggingkannya di atas karpet yang ada dalam
ruangan itu. Posisi Rina yang bersujud itu di tahan oleh Doni dengan
cara menekan pundak Rina. Selanjutnya terdengar erangan kesakitan Rina
"Agggghhhrrrrrrrrrrrrrr………ssaaakitttttt………."
Anton ternyata juga melakukan sodomi atas tubuh Rina. Dia melakukannya
dengan cepat. Tidak sampai 5 menit Anton telah ejakulasi dalam dubur
Rina. Tampak sekali wajah kenikmatan tersirat padanya. Kini Donipun
segera ambil bagian.
"Aku juga pengen coba pantatnya…..kaya apa sih rasanya…" Doni berkata
sambil bergerak ke arah belakang Rina. Rina yang menyadari bahwa
dirinya akan disodomi lagi berusaha beringsut.
"Jaangggannnn…ttoolonggg Don…jangaannn lagi….."
"Dubur Rina perih Don…..ttollong..saya gak mau disodomi lagi….." Rina
terlihat sangat menghiba.
"Sekali aja Rina….Aku pengen merasakan jepitan pantatmu yang sekal
itu…" Doni tersenyum menyeringai
"Ttttiiiddaaakkkk……jjjaaangggaannnn..ssaayaa..ttit daak mauu….." jerit
Rina.
Tiba-tiba saja Anton menarik tubuh Rina hingga telungkup di karpet.
Bulatan pahanya yang mulus itu sungguh terlihat menggairahkan bagi
Doni. Rina sudah tidak sanggup lagi meronta.
"..Jjaannggannnn..Doni….jjangaann lakukan itu…..kasihani aku Doni.."
Rina meratap.
Doni diam tak menjawab. Hanya dari gerakannya yang menindih paha Rina
telah menunjukkan bahwa hasrat sodomi atas tubuh Rina semakin kuat.
Dan memang kepanikan semakin melanda Rina manakala belahan pantatnya
itu dibuka oleh jari-jari tangan kiri Doni. Selanjutnya tangan kanan
Doni mengarahkan penisnya ke liang kenikmatan alternatif wanita itu.
Dan kemudian terdengar suara pilu menyayat Rina
"Agghhhhhhhrrrrrr…ddddduuuhhhhhhhhhhhhh………"
Doni menyodomi Rina dengan keras. Tubuh Rina yang terguncang-guncang
ke depan akibat sodokan Doni semakin terlihat menggairahkan. Tujuh
menit kemudian Doni mencapai klimaks dan cairan spermanya menyemprot
keras dalam dubur Rina. Doni segera mencabut penisnya dari dubur Rina.
Kini Rina benar-benar telah lunglai. Tubuhnya terasa remuk.
Persendiannya terasa terlolosi. Rina hanya sanggup menangis dan
terisak. Dari sela-sela belahan pantatnya nampak cairan putih kental
mengalir keluar. Tubuhnya kini telah ternoda oleh benih-benih nista
beberapa jahanam yang baru saja mengerjai tubuhnya. Kehormatannya-pun
telah direnggut paksa oleh para durjana itu. Tidak ada lagi harga diri
yang ia banggakan. Tidak ada lagi mahkota yang kelak dia persembahkan
pada malam pertama. Semuanya telah hilang. Yang pasti adalah noda-noda
nista yang kini telah mengalir dalam tubuhnya. Rina berharap bahwa
benih nista itu tidak tumbuh menjadi janin yang tidak jelas siapa
bapaknya. Mungkin saja itu benih adalah milik Hugo, Simon, Ferdinand,
atau Philip atau bahkan campuran semuanya yang kelak akan membentuk
janin. Satu yang ada dalam pikirannya adalah bagaimana mendapatkan
sesuatu yang dapat mencegah kehamilan. Bagaimana dia dapat
menyembunyikan aib ini agar harga diri keluarganya tetap terjaga.
Ataukah bunuh diri jalan yang terbaik……atau……………………semua tiba-tiba
menjadi gelap………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar