Kamis, 22 Mei 2008

Bandung Lautan Api

Sampai di Bandung aku dijemput Deden dan Ambar... berempat kami naik Cherokee milik Cecep adik Deden karena Pajero Deden sedang di bengkel akibat terbalik di daerah Ceurangon minggu lalu. Kami langsung menuju rumah Ambar ( mitra selingkuh Deden, karena Deden sendiri telah menikah dan punya 2 anak, mereka tinggal di Jakarta, Deden di Bandung karena kerjanya, seminggu sekali dia pulang Jakarta ).

Rumah Ambar ini agak di pinggiran kota, memiliki halaman luas dan penuh ditumbuhi pohon2an sehingga terkesan sangat asri dan rindang, dekat teras masuk rumah ada kolam ikan panjang, sehingga kami harus melewati jembatan kecil untuk mencapai teras, rumah induk tidak terlalu besar tapi lebih berkesan sejuk. " Kalian tinggal di sini aja, karena rumah ini selalu sepi dan Ambar tingal sendirian di sini " kata Deden. " Yuk masuk... " ajak Ambar. Aku taruh tasku dan barang bawaan lain di ruang tamu dan kamipun duduk di karpet tebal. " Mo narik dulu... kebetulan gua ada sisa Ice Berg... " tawar Deden ( doi ini BD Shabu-shabu, ngga' heran kalo punya stock di mana2 ). Tanpa menanti kita jawab dia keluarkan peralatan berupa botol kaca, alumunium foil dan satu bungkus plastik kecil berisi serbuk putih, sekitar 2 gram. Dengan gerakan tangan yang piawai ( maklum BD ) doi mulai melipat foil dst... dst... bakaran pertama doi isep sendiri... satu tarikan lalu diberikan pada Kiki... lanjutnya aku dan terakhir Ambar... demikian seterusnya sampai bubuk tersebut abis... terus kami lanjutkan ngobrol kanan kiri... " Yuk karaoke... " ajak Deden sambil berdiri... dan kamipun masuk ke ruangan audio... cukup luas ukurannya di sana lengkap segalanya... mulai LD sampe turn table set lengkap dengan mixernya... ada TV besar ukuran 29 inch dan CD player.
Kami mulai memilih2 lagu dan acara karaoke berlangsung seru karena kami nyanyikan lagu dangdut dan yang ngga' nyanyi pada joget... kemudian Deden ke laci dan mengambil bungkusan kecil dari bawah laci yang direkat dengan plak band... ternyata kantongan plastik kecil itu berisi ineks... dan barang tersebut dibagi-bagikan sebutir masing2. Kemudian dia ke LD player dan mengganti disc dengan film BF, lalu ke CD player pasang lagu host... suara host music berbenturan dengan suara erangan dari LD menambah suasana jadi makin panas, padahal AC di ruangan itu sudah pada posisi 16 drajat.

Aku lihat Deden sedang ON sambil memeluk Kiki... mereka berdua goyang asyik banget... kaya'nya keceng banget... aku coba merangkul Ambar yang sedang memperhatikan film di TV... lengannya terasa dingin sekali... pertanda dia juga udah ON.
Aku duduk di belakang Ambar sambil memeluknya... terus badanku aku pake goyang ngikut irama host... Ambarpun larut... sambil sesekali aku raba dadanya yang gede... aku remas... aku cium tengkuknya dari belakang dan diapun mendesah... ach... goyang terus... lalu aku ajak berdiri... dan Ambar menyandar ke TV besar... dengan kepala tertunduk memperhatikan film yang masih berputar... pinggulnya digoyangnya dengan hot... aku tempelkan selangkanganku dan wussshhh.... meriamku langsung enak... tanganku sudah tidak lagi memeluk Ambar... tapi jelas sekali meremas... dan remasan itu makin panas... aku menoleh ke Deden... rupanya mereka sedang dalam posisi yang sama dengan tadi... tapi bedanya baju mereka pada ngumpul di karpet semua... aku masih sempat melihat Deden membimbing Kiki ke sofa dan menunggingkannya sebelum akhirrnya menyodoknya dari belakang... nufsuku sudah tinggi banget... ini gara2 SS dan ineks tadi... lalu aku mulai melucuti pakaian Ambar satu persatu sambil tetap goyang. Setelah Ambar telanjang bulat... dia balik badan dan mulai merangkulku dengan tetap menggeleng-gelengkan kepala... dia cium leherku dan tangannya mulai membuka kancing bajuku.

Aku telah telanjang kini dan aku lihat Ambar memutar-mutar pinggulnya dengan mengesekkannya pada meriamku... aku pegang meriamku dan aku selipkan di antara paha Ambar dengan kaki dirapatkan dan kamipun kembali bergoyang... sesekali meriamku terasa menyentuk bibir kemaluannya... aku berusaha memasukkannya tapi tidak berhasil dan sampai pada saat di mana aku sudah tingi sekali... aku rebahkan Ambar di karpet dan aku rentangkan kedua kakinya... aku arahkan sekali lagi meriamku dan masih tidak berhasil... lalu akupun menyanyi... " Anuku dulu... tak begini... sekarang tak cukup lagi.... " karena suaraku yang keras dan nada yang lucu soalnya seperti lagunya Scott Emultion. " Ha.. ha.. ha... kamu ini masih sempet2nya... " kata Deden sambil ketawa. Aku merasakan liang kenikmatan Ambar sempit banget, padahal sudah cukup basahnya... sambil mikirin liangnya yang sempit dan melihat permukaan perutnya yang rata dan dadanya yang 36B... wow... meriamku tambah meradang dan kini telah mencapai full streng... aku coba lagi untuk menekannya... berhasil masuk kepalanya... lalu aku putar sedikit aku lihat Ambar makin menggeliat dan sambil menindih rapat tubuhnya aku merasakan dadaku terganjal oleh dadanya yang besar dan kenyal sekali... usaha intervensi masih aku lakukan dan berhasil mengirim 1/2 pasukan meriamku... masuk ke daerah pusat kenikmatannya... dan dengan tenaga tambahan aku dorong dengan gaya menyendok... sedikit manuver pinggul akhirnya masuk mentok tapi ngga' abis semua masih tersisa sebagian armada di luar kota kenikmatannya. " Ugh... gila... penuh banget rasanya barang gua... " demikian kata Ambar mengomentari meriamku yang berhasil masuk... tapi tampaknya Ambar tidak mau buang waktu sia-sia... dia mulai menggoyang pinggulnya dengan cepat dan dengan kepala ditolehkan ke arah Deden dan Kiki dia berusaha melayaniku dengan permainan ganasnya... ngga' mau kalau ganasnya dengan mitra selingkuhnya yang sedang menghajar Kiki. Entah apa yang sedang berkecamuk dalam pikirannya melihat mitra selingkuhnya sedang seru beradu... mungkin cemburu... sebel atau nafsu... yang jelas permainan yang diberikan sungguh nikmat. Ambar yang baru kukenal beberapa jam lalu melayaniku seperti kekasih lamanya, kini dia tidak lagi melihat ke Deden tapi wajahnya dikonsentrasikan padaku dan kamipun terlelap dengan permainan yang memabukkan... tampaknya dia panas melihat permainan Deden dan ingin mengimbangi dengan pelarian permainan total football denganku. Kami selesai dalam waktu yang ngga' terlalu jauh berbeda... aku lihat Deden menindih Kiki yang tengkurap di sofa dengan wajah kelelahan dan aku juga masih menindih Ambar... bahkan aku belum menarik mundur pasukanku dari kota kenikmatan Ambar. Dinginnya AC di ruangan itu berangsur-angsur mulai kami rasakan dengan tubuh telanjang kami.

Sekitar jam 8 malam, datang kakak perempuan Ambar, namanya Yati... dia bersama suaminya mau ke Sukabumi malam itu jadi anaknya dititipkan pada Ambar dan dia ngga' tau kalo Ambar sedang kedatangan tamu ( Aku dan Kiki ). Tapi tetep aja dititipin, karena masih ada kamar lainnya. Ngga' lama setelah Yati pamit, Dedenpun ikut pamit karena dia harus balik ke Jakarta... sehingga praktis tinggal aku dan 2 korban ( Ambar dan Kiki ) serta keponakan Ambar ( anak Yati ), namanya Oppie, usiannya sekitar 16 tahunan. Malam itu aku tidur bertiga dengan Ambar dan Kiki sedang Oppie tidur sendiri di kamar sebelah. Tapi karena sorenya kami abis narik SS jadi ya susah tidur dan yang ada kami semalaman bermain terus sampe pagi. Aku setengah teler abis dibantai dua korbanku yang ganas ( jadi kebalik nich... soalnya korbannya 2 orang jadi aku yang dikeroyok ), aku mendekap tubuh telanjang Ambar dari belakang dan Kiki tiduran terlentang karena terakhir yang aku rajam adalah Kiki, dia ngga' berubah posisi dari saat permainan sampe saat itu... di mana tiba2 Oppie masuk karena memang pintu tidak kami kunci, kamar saat itu agak redup penerangannya karena hanya ada sinar sedikit yang menembus korden kamar... rupanya sudah pagi dan Oppie mo pamit sama tantenya kalo dia mo main ke depan... dengan cuek dia bilang sama tantenya " Tante... Oppie mo ke warung depan beli permen, minta duitnya donk... kemarin Mama lupa kasih duit jajan. " Mungkin karena di luar kamar cahayanya terang sedang dikamar itu redup jadi Oppie ngga' ngelihat jelas pada saat pertama masuk kamar, Ambar dengan tubuh telanjangnya dia bangun ke meja tulis dekat jendela dan mengambil dompetnya serta menarik duit lalu disorongkannya ke Oppie, yang dikasih duit aku lihat masih tertegun ngelihat ke meriamku... mungkin dia baru sadar kalo semua yang ada di dalam situ pada tidur telanjang... dan yang lebih menggangu pandangannya adalah meriamku yang setengah tiang... aku cuek aja dan berlagak masih tertidur. " Ni duitnya... he... kok kamu malah nglamun ? " kata Ambar. Yang ditegur tidak menyahut, langsung aja dia sambar duit yang dikasih dan keloyor keluar sambil mengucap terima kasih.

Ambar menutup pintu dan langsung jongkok di tepi ranjang sambil tangannya meraih meriamku... diremasnya sebentar lalu dikulumnya meriamku yang masih setengah tiang. " Mas... main lagi yuk... masih kuat khan ? " tanyanya. Aku diem aja... dan menikmati isepannya... jago juga dia ngisepnya... pantes aja Deden doyan... dan ngga' dilepas-lepas walau sudah 3 tahun lebih jadi mitra selingkuhnya... waktu sudah siap benar meriamku langsung aja Ambar menaiki tubuhku seperti joki kuda yang handal... dia goyang2kan tubuhnya dengan sangat liar... erangannya tidak sekeras tadi malam karena mungkin dia sadar sekarang sudah pagi dan keponakannya sudah bangun, takut kalo didenger kali. Tiba-tiba aku dikagetkan dengan pintu yang dibuka dari luar... ternyata yang masuk Oppie... dia langsung aja masuk dan ke arah meja tulis... sambil bilang " Tante ini kembaliannya saya taruh di meja ya. " dia noleh ke Tantenya yang sedang menunggangiku. Mungkin Ambar kesal juga dan sambil tetap pada posisinya dia bilang " Pie... nyalain lampunya dan tutup pintunya ".

Oppie menyalakan lampu dan melihat apa yang terjadi " Maaf tante " katanya setengah gugup menyadari apa yang sedang dikerjakan tante dan tamunya. " Sini kamu, duduk deket tante sini, kamu lihat langsung aja ngga' usah pura2 masuk keluar kaya' gitu " kata Ambar kesal. Oppie menurut dan duduk dekat kakiku, dia diem aja sambil memperhatikan dengan seksama... rupanya ini anak murid yang patuh pikirku. Aku berpikiran sekalian mumpung dia ngelihat aku kasih permainan yang menghanyutkan dan aku remas dada Ambar yang gede itu... Ambarpun mendongakkan kepalanya sambil mengerang keras, kali ini dia ngga' nahan lagi erangannya seperti tadi... tanggung kali pikirnya. Kami bermain sangat brutal... sampe pada setengah permainan aku minta ganti posisi, pikiranku supaya Oppie menikmati lebih seru dan lebih terhanyut... aku suruh Ambar nungging di bibir ranjang dan aku serang dari belakang ( doggy style ), persisi di samping Oppie... berjarak sekitar kurang dari setengah meter antara mata Oppie dengan pinggul Ambar yang sedang aku goyang. Ambar mengerang ganas karena aku menancapkan abis meriamku dan memutarnya... benar2 meng-obok2 abis liang kenikmatan Ambar... sampai pada saatnya Ambar keluar... dia mengerang dan lengan kanannya merengkuh Oppie untuk berpegangan... akupun mengikutinya dengan mempercepat goyanganku sehingga Oppie turut merasakan ayunanku pada Ambar karena Oppie setengah dipeluk Ambar. Tak lama kemudian aku merasakan ada yang ingin meledak dari dalam tubuhku dan aku sodokkan keras2 meriamku dan muntah di dalam liang Ambar yang telah lebih dulu sampe klimaks. Sambil kudorong abis kitapun terjatuh ambruk di ranjang... posisinya Oppie setengah tertindih tubuh Ambar yang tengkuap dan aku menindingnya dari belakang dengan posisi tengkurap juga... lalu aku sempatkan tangan kananku untuk meremas dada Oppie yang sedang tertindih Tantenya... dada kanan dan tangan kanan Oppie tertindih tantenya sehingga aku hanya bisa meremas dada kiri Oppie... nggak terlalu besar... kira2 32B tapi cukup untuk anak seusia dia. Lama juga aku remas2 dada Oppie dan dia diem aja... kaya'nya dia udah naik pada saat melihat permainan kami tadi. lalu aku merasakan tangan kiri Oppie mengusap punggungku perlahan dan lembut...
" Tante Oppie keluar dulu ya " kata Oppie dan diapun berusaha bangun menghidari tubuh tantenya. Sekeluarnya Oppie dari kamar kami tetap beristirahat sambil tiduran dan juga masih tidak dapat tidur. " Kalian gila... anak ingusan disuruh nonton kalian main " protes Kiki tiba2 mengejutkan... rupanya dia juga melihat apa yang baru saja terjadi. " Biarin... abis sebel gua, dia keluar masuk ngeganggu aja... mendingan sekali kasih pelajaran aja " kata Ambar kesal. Aku berpikir... aku juga kasih pelajaran diremas tadi.. jadi dia sekarang sudah lebih matang... lagian aku pikir Ambar maupun Kiki tidak melihat saat aku meremas dada Oppie karena posisi Kiki ada di sebelah kiriku sedang aku meremas Oppie dengan tangan kanan.

Sekitar jam 11 aku baru keluar kamar dengan menggunakan kimono milik Ambar yang terbuat dari bahan tebal yang cukup halus... aku duduk di meja makan sambil minum kopi yang dibuat Oppie. " Oom dimakan tuh rotinya sudah Oppie buatin " kata Oppie menawarkan roti tawar yang dilapis jam. " Terima kasih Pie... kopinya enak lho " kataku memuji sambil menyambar roti di meja. " Oom... nati kalo udah tolong gantiin lampu gudang ya... soalnya Oppie mo ambil barang ngga' kelihatan " kata Oppie sambil berjalan ke dapur bawa piring kotor. " Ya... kamu sudah ada lampunya ? " tanyaku. " Sudah Oom... Oppie taruh di atas piano " saut Oppie lagi.
Abis sarapan yang kesiangan itu aku berjalan menuju gudang dan memang gelap... " Oppie tolong sini bentar " teriakku dari gudang. Oppiepun datang... terus aku suruh dia pegangin kakiku sementara aku manjat rak gudang... karena lampunya ada di tengah ruangan gudang dan rak ada di sisi2 dinding maka aku naiknya membelakangi rak dan aku perlu Oppie untuk menahan pahaku, supaya aku bisa memiringkan badan ke arah lampu. Oppie mendekap pahaku dan aku sedikit bertahan dengan berpegangan pada plafon gudang. Meriamku yang ada di balik kimono dan tidak tertutup apa2 lagi persis di pundak Oppie... karena posisinya sedikit labil, maka goyang2 dan meriamku tergesek dagu Oppie dari balik kimono dan mulai menegang... karena goyang2nya masih terus lama2 meriamku mulai nongol di antara belahan kimono. dan persis mengacung depan dagu Oppie... malahan aku dengan sengaja melihat keadaan yang demikian, aku gesekkan sekalian aja meriamku pada pipi dan bibir Oppie.
" Oom... ininya nakal... nanti Oppie gigit lho... pipi Oppie ditampar-tampar " kata Oppie manja.
" Pie... tangan Oom capek gantian ya kamu yang naik, nanti Oom pengangin " kataku sambil berusaha turun dari rak.
Lalu Oppie naik kerak dengan posisi yang sama seperti aku naik tadi dan akupun mendekapnya dengan gaya yang sama tapi lebih canggih. karena aku sengaja memeluk sambil meremas pantatnya yang kenyal. Aku sedikit menjongkok supaya mukaku pas di selangkangannya dan aku gesek2kan hidungku yang mancung ke arah CDnya. Setelah selesai mengganti lampu karena aku tadi yang ngelepas lampu dan Oppieyang memasang lampu yang baru. Nah sekarang pas Oppieturun dari rak aku masih berusaha menahannya supaya dia ngga' jatuh dan dengan sedikit membopongnya aku turunkan dia dengan melorotkannya... karena meriamku masih tegang dan nongol dari balik kimono, maka pada saat Oppie turun roknya tersingkap sama meriamku... pas Oppie menyentuh lantai dia merasakan juga ada yang nyodok kemaluannya dari luar CD dan diapun menoleh... benda apakah gerangannya nyodok2 ? demikian kali pikirnya.
Aku masih mendekap Oppie dan aku sandarkan di rak gudang. " Oom rok Oppie tersingkap " saat dia membetulkan letak roknya dia melihat meriamku yang sedang meradang tegak mengacung... lalu dia dengan ragu coba pegang lembut dan matanya menatapku. Diremasnya meriamku dan dikocoknya perlahan. " Oppie... kamu suka ya ? " tanyaku. Oppie tidak menjawab... lalu aku suruh dia jongkok dan aku ajarin di ngisep. Setelah pelajaran ngisep mulai bagus... dan ngga' kena gigi lagi... gantian aku minta dia berdiri di rak seperti tadi dan aku lorotkan CDnya... kali ini tangannya berpegangan pada rak atas. dan kakinya aku suruh agak renggang sehingga aku dapat dengan bebas menjilat kemaluannya yang bulunya masih jarang2.
Oppie menggelinjang hebat saat aku jilatin kemaluannya... dan akhirnya dia mencapai klimaksnya dengan bantuan lidah dan jari2 lentikku. Sekarang giliranku... aku dengan posisi duduk di rak dan dia aku suruh jongkok untuk ngisep lagi kali ini aku ingin dia keluarkan aku juga, supaya 1 sama. Sambil ngisep aku singkap kaosnya dan aku rogoh dadanya dari balik BH dan aku benar2 dapat meremas dada yang kenyal sekali... rasanya dada ini belum pernah dijamah tangan pria manapun. Akhirnya keluar juga laharku untuk kesekian kalinya hari itu... kali ini spermaku muntah di dada Oppie yang masih perawan. Tadi sempat aku lepas kaos dan BHnya jadi dia telanjang dada... dengan spermaku di dadanya aku elus sampe rata basah dadanya oleh spermaku... kemudian aku sempatkan memilin putingnya. " Sudah Pie... beres2 nanti tantemu tau, gawat " kataku mengajak Oppie segera keluar dari gudang soalnya aku takut juga karena belum mengenal Ambar terlalu jauh takut dia marah melihat keponakannya aku jamah seperti itu.

Tidak ada komentar: