BAR
Bar itu terletak di sudut kota, bagian paling gelap dari Jakarta. Bar itu bisa buka mulai dari pagi hingga pagi lagi, tanpa pernah kelihatan tutup. Hampir seluruh pengunjungnya adalah laki-laki pemabuk, preman, pembuat onar. Wanita, sangat jarang, atau bisa dikatakan tidak pernah datang atau mengenali tempat itu. Mulai dari pukul 12 siang, sejumlah preman sudah mulai minum-minum, membuat pengunjung yang peminum biasa cepat-cepat pergi meninggalkan bar itu. Empat dari mereka bermain bola sodok dan yang lima lainnya sedang berbicara dengan Rony. Sekitar pukul tujuh malam seorang sosok wanita masuk. Ia sama sekali tidak cocok dengan tempat itu.
Selly, wanita itu, sudah dijanjikan akan dijemput oleh pacarnya sekitar pukul tujuh, dan pacarnya mengatakan agar ia berpakaian seksi dan sensual. Bagi Selly sendiri, itu bukan masalah. Ia menghabiskan sepanjang sore berbelanja dan berdandan. Ia kemudian mengenakan gaun malam hitam. Bagian dadanya lumayan rendah membuat belahan dadanya terlihat, tapi tidak terlalu banyak. Buah dada Selly tidak besar, tapi padat dan bulat, dan tetap mengacung walaupun ia tidak mengenakan BH sekalipun. Pantatnya juga terlihat bulat di tutupi oleh gaun malam itu. Selly terlihat tinggi karena di kakinya ia memakai sepatu dengan hak setinggi sepuluh senti. Panjang gaun malam itu hanya sampai sepuluh senti di atas lutut Selly, membuat kaki Selly yang panjang terlihat jelas, halus, putih mulus. Karena ketatnya gaun yang ia pakai, Selly harus berjalan perlahan, masuk ke dalam bar itu. Rambut Selly yang berwarna kecoklatan jatuh tergerai di punggungnya. Secara keseluruhan penampilan Selly membuat bar itu semakin terasa panas.
Pacarnya bilang bahwa ia akan menjemput Selly untuk makan malam, tapi sekarang Selly sendiri tidak yakin apakah memang tempat ini yang dimaksudkan, setelah matanya melihat keadaan di sekelilingnya. Ia sendiri harus bertanya beberapa kali untuk bisa sampai ke tempat ini. Selly yang tidak melihat teman kencannya, memutuskan untuk memesan soft drink dan menunggu sebentar. Selly menghampiri tempat duduk kosong di sebelah meja bola sodok, dan duduk di situ berharap teman kencannya akan segera datang dan membawanya pergi dari situ.
Keempat orang yang sedang bermain bola sodok memandanginya sejenak dan mengenali Selly, mereka berkata bahwa mereka adalah fans berat Selly dan mengajaknya untuk ikut dalam permainan bola sodok mereka. Dengan sopan Selly mengucapkan terima kasih dan menolak tawaran itu, dan mengatakan bahwa ia sedang menunggu temannya.
Masing-masing dari keempat orang itu menatap Selly untuk beberapa saat, dan Selly sendiri merasa merinding ketika matanya menatap mata mereka. Mereka menjilati bibir mereka setiap kali mata Selly beradu pandang dengan mereka. Setelah minum-minum beberapa gelas kemudian, suasana semakin menakutkan bagi Selly. Mereka berdiri di sebelah Selly sambil mengusapi selangkangan mereka menunggu giliran untuk menyodok bola. Mereka mulai melontarkan kata-kata jorok seakan-akan Selly tidak ada di situ.
"Hei Non, gimana kalo lo buka kaki lo, jadi kita bener-bener punya lubang beneran buat disodok!" seseorang dari mereka berkata.
"Gimana kalo kita nyanyi sama-sama di ranjang Non?" yang lain menimpali.
Selly berusaha mengacuhkan mereka, tapi mereka terus melontarkan kalimat-kalimat jorok itu. Selly memutuskan untuk menunggu teman kencannya di luar sehingga ia tidak harus melihat orang-orang itu. Tapi seseorang segera mendekatinya dan menempatkan tangannya di bahu Selly serta mendorongnya duduk kembali sementara ia sendiri duduk di sebelah Selly.
"Taruhan yuk?!, Kalo gue bisa masukin bola di sudut itu, lo kulum punya gue di mulut lo!" katanya keras, sambil kemudian menjilat dan mencium telinga Selly.
Selly hanya bisa memandangi dia dengan mulut terbuka tak percaya. Ia sama sekali tidak percaya mendengar perkataan laki-laki itu. Seumur hidupnya belum pernah ada orang yang berbicara sedemikian vulgar kepadanya. Ketika Selly tidak mengatakan apa-apa, orang itu memasukkan tangannya ke dalam gaun Selly, merabai pahanya dan berusaha membuka kaki Selly. Selly meronta dan memandang sekelilingnya dengan tatapan memelas mohon pertolongan. Orang yang lain kemudian berteriak bahwa sekarang giliran laki-laki itu untuk main. Ketika laki-laki itu bangkit, Selly merasa lega, tapi tidak lama. Laki-laki lain menggantikan orang itu dan dua orang lainnya menghadangnya di depan. Laki-laki yang bertaruh tadi menyodok bolanya. Ia kemudian melemparkan tongkatnya ke atas meja, memandang Selly sambil menyeringai, dan perlahan berjalan mendekati Selly.
"Lo utang satu kali sama gue!" katanya singkat.
Rony segera berlari mendekati pintu dan menguncinya. Dua orang menarik Selly yang meronta dan menjerit, dari atas tempat duduknya. Kedua laki-laki itu berkata kalau Selly bisa berteriak sekuat tenaga, tapi tetap akan melayani mereka apapun yang terjadi! Wajah Selly memutih pucat ketakutan, dan memohon pada mereka untuk melepaskan dirinya. Selly berkata, dirinya tidak membawa banyak uang, tapi mereka bisa mengambil kartu kredit dan semua uang yang ada di dompetnya kalau mereka melepaskan dirinya. Laki-laki yang menang taruhan tadi hanya tertawa dan menurunkan ritsluiting celananya.
"Gue nggak butuh duit lo! Lo bisa simpen duit lo! Tapi yang pasti lo nggak bakalan bisa nyimpen badan lo cuma buat lo sendiri!" katanya.
Selly akan segera diperkosa beramai-ramai. Selly hanya mempunyai dua pilihan. Melawan dan berharap bisa melarikan diri, atau berusaha rileks dan berdoa mereka tidak melukai dirinya. Ketika Selly melihat sepuluh orang mengeliling dirinya, Selly menyadari ia harus menyerahkan dirinya.
Tiba-tiba, Selly dipaksa untuk berlutut. Rony tadi memegang rambut dan kepala Selly hingga tidak dapat bergerak. Laki-laki yang bertaruh tadi maju mendekati Selly. Ketika ia mengeluarkan penisnya, ia memerintahkan Selly untuk segera mengulumnya dan jika ia berani mengigit penisnya, ia akan merontokan gigi Selly dan melanjutkan memperkosa mulut Selly. Rony tadi mendorong kepala Selly ke depan. Laki-laki di depan Selly memajukan penisnya mendekati muka Selly. Ketika penisnya sudah tegang dan keras, ia menjepit hidung Selly untuk membuat Selly membuka mulutnya.
Ketika Selly kehabisan nafas dan membuka mulutnya untuk menghirup udara, ia mendorong penisnya ke dalam mulut Selly. Laki-laki itu berhenti begitu bibir Selly telah melingkar di penisnya dan membiarkan Rony di belakang Selly membantunya. Rony tadi mulai mendorong dan menarik kepala Selly. Kepala Selly bergerak maju dan mundur tanpa henti, terus menerus. Lipstik Selly yang berwarna merah menempel di batang penis yang ada di mulutnya. Dan ketika kepala penis itu masuk ke tenggorokannya Selly tersedak, tapi Rony tetap mendorong hingga kepala penis itu masuk lebih dalam di tenggorokan Selly. Selly dipegangi hingga tak bergerak dengan penis yang terbenam hingga tenggorokannya, sementara mereka berbicara satu sama lain.
"Lumayan! Anget dan empuk! Tapi gue pikir dia musti banyak berlatih soal beginian." Kata laki-laki di depan Selly.
"Mungkin dia belon pernah pake mulutnya? Gimana? Lo udah pernah pake mulut lo Selly sayang?" tanya yang lain.
"Tentu aja dia pernah! Mulutnya nggak dipake buat makan doang tau?! Liat aja tuh bibir, punya lo kayak dijepit sama tuh bibir kan?" kata Rony sambil melihat dari bahu Selly.
Laki-laki pertama tadi lalu mendorong Rony untuk menjauh. Tangannya kemudian menjambak rambut Selly dan mulai menggerakannya dengan kasar membuat penisnya kembali bergerak keluar masuk di mulut Selly. Semua orang dapat mendengar suara dahi Selly yang menumbuk perut orang itu, dan erangan Selly yang terdengar setiap kali penis itu masuk jauh ke tenggorokannya.
Ketika laki-laki itu akan mengalami orgasem ia mendorong kepala Selly hingga hidung Selly terbenam di dalam rambut kemaluan orang itu tanpa bisa menarik nafas. Sperma langsung menyembur keluar memenuhi mulut Selly. Dan dari sudut mulut Selly sperma menyemprot keluar, mengalir turun, menggantung di dagu Selly. Kemudian orang itu mulai bergerak lagi tanpa henti. Sperma terus mengalir keluar, jatuh dari leher Selly ke atas gaun hitam yang dikenakan Selly. Ketika akhirnya ia menarik penisnya dari mulut Selly, Selly megap-megap menarik nafas dan terbatuk-batuk memuntahkan sperma yang masih ada di tenggorokannya.
Dua orang kemudian memegangi Selly sementara yang lain mulai melepaskan pakaian mereka. Selly sendiri tak berdaya untuk melarikan diri, setelah baru saja ia mengalami shock karena sperma yang disemburkan masuk ke dalam mulutnya, tapi mereka tetap memeganginya.
Ketika semuanya telah telanjang bulat, ia diangkat dan diletakan di atas meja bola sodok dan langsung dipegangi oleh empat orang laki-laki, setiap orang memegangi tangan dan kakinya. Kaki Selly terbuka lebar dan tubuhnya telentang, lampu di atas kepala Selly membuat matanya terpejam karena silau. Rony mendekat dan naik ke atas meja.
Perlahan ia menggosokan penisnya yang besar ke kaki Selly. Yang lain hanya bisa memandang iri pada penis Rony yang panjangnya hingga 25 senti dan selalu ia yang mendapat kesempatan pertama. Rony memerintahkan orang di dekat kepala Selly untuk mengangkat kepala Selly hingga Selly bisa melihat ketika penis Rony mulai masuk ke vagina Selly. Orang yang memegangi kaki Selly berusaha membuka kaki Selly lebih lebar, tapi terhalang oleh gaun yang dikenakan Selly. Rony langsung menarik gaun tersebut robek hingga pinggang Selly.
Orang-orang berseru kagum ketika melihat apa yang dikenakan Selly di bawah gaunnya. Ia mengenakan stocking warna hitam dengan celana dalam sutra berenda yang mirip dengan bikini. Orang yang memegang tangan Selly lalu menarik gaun bagian atas, terlihatlah BH warna hitam yang menutupi separuh dari buah dada Selly. Puting susu Selly tampak mencuat dari balik BH yang tipis dan berenda itu.
"Gila! Lo pake pakaian kayak gini dan lo musti dipaksa buat ngulum punya dia! Kata Rony.
"Mungkin lo nggak suka sama kita semua ya? Lo anggep kita nggak pantes lo layanin, gitu? Jadi lo pikir cuma Roy yang berhak nidurin lo? Lo dandan kayak gini biar Roy napsu sama lo kan? Asal lo tau aja Selly, buat sementara waktu Roy atau siapapun juga nggak bisa nidurin lo! Karena mereka semua musti nunggu lo selesai ngelayanin kita semua di sini! Sekarang kita liat seberapa hotnya lo!".
Selly terpana, menyadari nama teman kencannya adalah Roy! Roy yang mengajak dirinya makan malam! Roy yang meminta agar Selly berpakaian seksi! Roy yang memintanya agar menunggu di bar ini Roy telah menjual tubuh Selly untuk para preman ini!
Setelah menarik lepas celana dalam dan BH Selly, Rony menyuruh orang-orang yang memegangi Selly melepaskannya. Selly berusaha meronta dan menendang Rony, tapi ia kalah cepat. Rony langsung memegang kedua pergelangan tangan Selly yang ramping dengan satu tangan dan menekannya di atas meja dekat kepala Selly, sementara ia menempatkan pinggulnya diantara kedua kaki Selly. Rony kemudian berusaha membuka kaki Selly dengan kedua lututnya dan mengarahkan penisnya yang sudah keras ke vagina Selly dengan bantuan tangannya yang masih bebas. Dengan satu kali dorongan, Rony dengan keras memasuki vagina Selly. Selly menjerit sekeras-kerasnya, dan makin meronta-ronta, tanpa daya menghentikan Rony memperkosa dirinya. Rony sendiri menikmati sekali segala jeritan dan rontaan Selly. Ia menyeringai setiap kali Selly menjerit kesakitan.
Ketika Rony sedang memperkosanya, laki-laki lainnya ikut menyakiti Selly dengan mencubit, meremas, meraba, mengisap, mengigit, menjilat dan menciumi seluruh tubuh Selly. Mereka mulai dengan memainkan buah dada Selly dan mengisapi puting susunya, tangan-tangan mereka juga menarik-narik dan menjepit puting susunya. Seseorang menutup mulut Selly dengan tangannya sehingga seluruh jeritan Selly hanya berupa erangan tak jelas. Kaki Selly diangakat tinggi-tinggi dari atas meja sementara tangan-tangan merabainya, menikmati halusnya kaki Selly. Seseorang berusaha membuka belahan pantat Selly dan sesuatu yang basah dimasukkan ke liang duburnya. Dua buah penis menampari wajah Selly, mengenai pipi dan matanya.
Beberapa menit kemudian jeritan Selly hanya tinggal erangan dan rintihan tapi Rony memperkosa Selly tanpa henti, terus bergerak makin cepat. Setelah lama kemudian, Rony menarik penisnya hingga hampir terlepas dari jepitan vagina Selly, ia mengerang dan maju mendorong ke depan sekuat tenaga. Kepala Selly terdongak dan jeritan melengking terdengar, melolong panjang keluar dari mulut Selly yang masih tertutup oleh tangan. Rony mengejang beberapa saat dan bergerak beberapa kali, dan penisnya menyemburkan sperma ke dalam vagina Selly. Sperma, bercampur dengan darah, mulai mengalir keluar dari vagina Selly. Sperma Rony menyembur tanpa henti, hingga mengalir dan tergenang di atas meja bola sodok. Laki-laki yang lain kemudian melepaskan pegangan mereka pada diri Selly dan bertengkar mengenai giliran siapa selanjutnya.
Selly hanya bisa berbaring tak bergerak ditindih oleh Rony, kaki dan tangannya masih terbuka lebar, ia menangis histeris. Satu-satunya yang telah Selly jaga, mulai dari SMA, universitas, hingga kini, adalah keperawanannya. Selly ingin menyimpan keperawanannya itu untuk malam pertama di hari pernikahannya. Ia telah diperkosa dan keperawanannya telah hilang.
"Gila! Dia masih perawan! Gue taruhan si Roy pasti nggak tau soal ini! Artis kayak lo masih ada yang perawan juga ya Selly, gue pikir lo udah kasihin ke produser lo!" kata Rony.
Ia menatap Selly yang masih terus menangis.
"Udah dong Selly, jangan nangis terus! Perawan lo udah ilang sekarang, nasi udah jadi bubur! Lo mustinya bangga ama diri lo, soalnya punya lo masih sempit banget! Pokoknya paling sempit dari semua yang udah pernah gue pake! Lagipula kita baru aja mulai!" katanya pada Selly.
Rony kemudian menarik penisnya keluar. Semua orang melihat bagaimana vagina Selly menjepit penis itu ketika penis itu perlahan keluar dari vagina Selly. Seorang laki-laki segera naik ke atas meja setelah Rony turun. Ia tidak terlalu terburu-buru. Sekarang, Selly dapat merasakan bagaimana bibir vaginanya perlahan membuka dan penis itu sedikit demi sedikit masuk ke dalamnya. Kesakitan kembali tercermin di wajah Selly, ketika ia merasa tubunnya seperti dirobek oleh penis yang masuk.
"Lo jangan belagu deh! Kalo lo nggak suka sama punya gue atau punya temen gue tadi, masih ada yang laen! Cepet atau lambat lo pasti temuin yang lo suka!" bentak orang itu.
Perkataan orang itu membuat apa yang telah ia takutkan selama ini menjadi nyata. Selly akan diperkosa bergantian oleh seluruh orang yang ada di bar itu. Dan ia tidak punya pilihan sama sekali. Selly hanya bisa menyerahkan dirinya dan melayani mereka hingga selesai. Sekarang Selly hanya berharap ia bisa keluar dari situ hidup-hidup, dan berharap tidak ada seorangpun yang tahu apa yang telah ia alami.
Selly kemudian berusaha berpikir bagaimana membuat semua siksaan ini semakin cepat berakhir. Ia berusaha mengingat adegan-adegan film-film erotis yang pernah dilihatnya. Ia berusaha mengingat apa yang harus dilakukan untuk mendorong seorang pria cepat mencapai orgasme.
Selly kemudian melingkarkan tangannya ke leher laki-laki yang ada di atas tubuhnya dan menariknya mendekat, lalu menciumi bibir laki-laki itu. Selly lalu melingkarkan kakinya ke tubuh laki-laki itu dan menggosokan kakinya yang terbungkus stocking ke pinggul dan pantatnya. Walaupun rasa sakit masih terus menyerang kewanitaan Selly, Selly terus saja melingkarkan dan mengunci kakinya ke pantat dan menariknya hingga penis laki-laki itu masuk lebih dalam ke dalam vagina Selly, dibarengi oleh Selly dengan mengangkat pinggulnya. Sebelah tangan Selly mengusapi rambut laki-laki itu sementara yang lainnya merabai pundak dan punggungnya. Ia menciumi dan mengulum lidah laki-laki itu sembari mengeluarkan erangan seakan-akan ia menikmati semuanya. Selly berusaha mengingat semua adegan erotis yang pernah dilihatnya, berusaha membuat laki-laki yang sedang memperkosanya segera mengalami orgasme.
Berhasil! Ia menyemburkan spermanya ke dalam vagina Selly yang sudah terisi oleh sperma Rony. Lalu dengan segera orang lain menggantikan laki-laki itu, kemudian laki-laki lain menyusul, setelah itu temannya juga mulai memperkosa Selly. Selly berusaha membuat mereka orgasme secepat mungkin, tapi akhirnya Selly tidak bisa lagi menahan semua itu. Ia tidak bisa lagi menahan rasa sakit dan ia sudah kehabisan tenaga melayani laki-laki itu. Selly lalu menangis dan memohon pada semuanya agar melepaskan dirinya. Laki-laki yang sedang menindihnya meremas buah dada Selly keras-keras hingga Selly menjerit kesakitan.
"Jangan berisik! Lo belon ngelayanin temen-temen gue! Masih ada lima orang lagi!" bentaknya pada Selly.
Tiba-tiba orang itu menarik penisnya keluar dan merangkak ke dada Selly. Selly sudah sangat ketakutan sekarang hingga ia hanya bisa berbaring dengan mata terpejam erat, menunggu orang selanjutnya yang akan mengambil giliran memperkosanya. Ia sama sekali tidak menyadari orang yang baru saja memperkosanya mengarahkan penisnya ke muka Selly. Dan tepat sebelum orang itu orgasme Selly membuka matanya. Sperma segera menyembur ke seluruh wajah Selly. Seseorang memegangi kepala Selly, hingga seluruh sperma itu keluar menyembur dari penis itu. Ketika orang itu puas ia menarik rambut Selly dan menamparkan penisnya ke wajah Selly.
"satu-satunya yang boleh lo mohon cuma ini tau? Lo sendiri yang masuk ke sini pake pakaian kayak gini dan lo mohon kita berhenti? Lo bercanda apa? Lo musti ngelayanin kita sampe kita nggak bisa bangun lagi! Ngerti" Orang itu membentak Selly.
Lima orang terakhir kemudian mengambil giliran masing-masing dan memperlakukan Selly sama dengan orang sebelumnya. Ketika hampir orgasme, mereka menarik penisnya keluar, merangkak di atas dada Selly, dan memyemprotkan sperma mereka ke seluruh wajah dan buah dada Selly kemudian menarik rambut Selly untuk membersihkan penis mereka. Dan ketika orang yang terakhir selesai Selly berbaring hampir tak sadarkan diri.
Wajah, buah dada, dan puting susu Selly seluruhnya dilumuri sperma. Sperma itu mengalir turun dari sisi wajahnya, masuk ke telinga dan leher Selly. Selly tidak bisa membuka matanya karena semuanya tertutup oleh sperma. Selly harus bernafas melalui mulutnya karena sperma sudah masuk ke hidungnya. Rambut Selly yang kecoklatan terlihat kusut karena terkena sperma yang mengering di rambutnya. Ketika orang-orang itu beristirahat sejenak, Selly hanya berbaring di atas meja bola sodok, kakinya terbuka lebar dan sperma mengalir keluar dari vaginanya, menunggu orang selanjutnya memperkosa dirinya. Vagina Selly tampak memar, memerah, dan terasa sakit karena baru saja dimasuki sepuluh orang bergantian tanpa henti.
Dua orang menarik tubuh Selly turun dari meja bola sodok itu dan menyeretnya ke kamar mandi. Mereka kemudian membersihkan tubuh Selly dengan kertas tisu yang kasar dari sperma yang menempel. Dan ketika tubuhnya diseret keluar lagi, Selly melihat meja bola sodok tadi telah dipindahkan ke pinggir ruangan. Di tengah ruangan itu sekarang tergelar matras kusam dan delapan laki-laki telanjang bulat berdiri mengelilinginya. Selly didorong ke tengah-tengah lingkarang orang itu, hingga ia terjatuh ke atas matras, tubuhnya tersungkur tak berdaya untuk mengangkat tubuhnya. Selly merasakan tangan-tangan di seluruh tubuhnya mulai menarik, mendoorng dan mengangkat tubuhnya. Ketika Selly membuka matanya ia melihat seseorang telah berbaring telentang di bawah tubuhnya.
Orang itu adalah si Rony, dan penisnya sudah tegak berdiri. Kedua bibir vagina Selly kemudian dibuka oleh dua pasang jari-jari ketika perlahan tubuh Selly diturunkan mengarah ke penis Rony. Denga sisa-sisa sperma yang ada, penis itu dapat lebih mudah masuk ke dalam vagina Selly. Dan Selly sendiri hanya mengerang, merasakan kembali sakit walaupun tidak lagi menyengat ketika pertama kali ia diperkosa oleh Rony tadi. Seseorang kemudian menarik rambutnya, dan sebuah penis lain mendekati mulutnya. Selly dengan perlahan membuka mulutnya, berharap mereka tidak akan menyakitinya jika ia menuruti kemauan mereka. Penis itu masuk hingga ke tenggorokan Selly dan berhenti tak bergerak. Selanjutnya Selly merasakan sebuah tangan mendorong tubuhnya hingga turun. Kemudian tangan-tangan lain mulai membuka belahan pantatnya. Selly panik dan berusaha merangkak menjauhi tangan-tangan itu. Dengan merangkak Selly membuat penis di mulutnya masuk makin dalam ke tenggorokannya.
"Hei, lo suka juga akhirnya! Kalo gitu ayo mulai aja sayang!" kata orang yang memasukan penisnya ke mulut Selly sambil tersenyum.
Ia mulai menggerakan pinggulnya secepat dan sekuat tenaga. Tubuh Selly yang terdorong mundur karena gerakan orang itu, disambut dengan sebuah penis lain di liang anusnya. Sekarang rasa sakit yang perlahan mulai hilang dari tubuh Selly, kembali menyengat seluruh tubuhnya. Rasa sakit itu semakin menjadi-jadi, sakit yang tidak pernah dirasakan Selly sebelumnya. Pikiran Selly menjerit-jerit kesakitan, sedangkan mulutnya hanya bisa mengeluarkan suara tidak jelas diredam oleh penis yang keluar masuk. Rasa sakit itu makin menjadi-jadi, ketika ketiga orang itu mulai bergerak berirama. Tubuh Selly seperti terkoyak-koyak ketika penis-penis itu bergantian keluar masuk di dalam vagina dan anusnya. Dua orang kemudian mendekat memegangi tubuh Selly hingga ia tidak terjatuh ke samping. Semua lubang di tubuh Selly, mulut, vagina dan anus dipergunakan oleh mereka untuk memuaskan nafsu mereka secara bersamaan. Kemudian dua orang terkahir tadi menarik tangan Selly, melingkarkan jari-jari Selly di penis mereka dan menyuruhnya untuk mulai mengocok penis-penis mereka, sementara dua orang lainnya berlutut di samping Selly, dan menarik buah dadanya untuk kemudian digosokan pada penis mereka.
Sekarang Selly sudah dalam keadaan berlutut, tubuhnya bergoyang maju mundur. Tujuh dari sepuluh orang itu terus-menerus menggunakan tubuh Selly untuk membuat mereka puas. Tidak seorang pun peduli dan melihat bahwa Selly sama sekali tidak bisa bergerak. Semuanya tampak sangat bernafsu memperoleh bagian tubuh Selly.
Setelah beberapa menit rasa sakit itu mulai bisa ditekan oleh Selly. Selly terus memejamkan matanya karena ia tidak ingin melihat bagaiman orang-orang itu mempergunakan tubuhnya untuk memuaskan mereka. Ia hanya berharap semua itu segera selesai, karena dirinya hampir tidak bisa lagi menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.
Orang di anus Selly lebih dulu orgasme. Ketika ia selesai dan menarik penisnya keluar, orang lain maju dan dengan mempergunakan sperma orang yang pertama, ia melumasi penisnya dan memasukannya ke anus Selly. Lalu orang di mulutnya menyemburkan sperma, membuat Selly tersedak tak bisa bernafas, berusaha sekuat tenaga menelan sperma orang itu. Lalu penis itu ditarik dan digantikan oleh penis lain, yang kali ini lebih besar. Selly berusaha membuka mulutnya, tapi orang itu tidak sabar dan langsung mendorong penisnya masuk, dan mulai bergerak. Ia mendorong penisnya dalam-dalam dan tidak menariknya keluar, terus menahannya di dalam tenggorokan Selly. Selly kemudian merasakan getaran dari tubuh Rony di bawahnya dan cairan hangat mengalir ke dalam vaginanya, segera setelah itu orang lain menggantikan posisi Rony tadi.
Orang-orang tadi bergantian memperkosa Selly di seluruh lubang yang ada, ia terus menelan semua sperma yang disemburkan di dalam mulutnya. Dua orang di depan wajahnya mengocok penisnya masing-masing dan mengarahkan penisnya ke wajah Selly. Ketika Selly melihat ke bawah, orang di bawah tubuhnya sedang menatap wajahnya dan kepalanya diganjal oleh kedua tangannya. Tak lama kemudian sperma kembali masuk ke dalam vagina Selly, dua detik kemudian sperma menyembur ke anusnya.
Penis lain kembali masuk ke vagina Selly. Selly kembali memejamkan matanya, ia sekarang hanya bisa mengeluarkan suara erangan, yang semakin tinggi ketika penis lain masuk ke anusnya. Ketika ia membuka matanya lagi, Selly melihat sebuah penis diarahkan ke wajahnya. Kepala penisnya berwarna ungu bulat, dan beberapa detik kemudian sperma menyembur menghantam wajahnya mengalir masuk ke mulutnya. Orang tubuh kemudian minggir dan sebuah penis lain maju mendekat.
Sepanjang malam Selly terus melanyani sepuluh orang itu hingga semuanya mendapat bagian menggunakan mulut, vagina dan anusnya paling sedikit satu kali. Dan ketika orang-orang tersebut puas dan menjauh dari tubuh Selly, tubuh Selly tetap tak bergeming dalam posisi merangkak, Selly lalu mengangkat wajahnya berusaha melihat orang-orang yang mengelilinginya, setelah itu semuanya gelap dan tubuhnya jatuh tersungkur tak sadarkan diri.
Bandung Banjir Darah
Siangnya aku bersama Ambar dan Kiki pergi cari makan di luar soalnya kita jenuh di dalam rumah terus. Abis makan siang kita jalan-jalan ke Gramedia rencananya mo cari bacaan. Ngga' taunya di sana kita ketemu sama temen Sammy yang dari jakarta namanya Novita, bersama suaminya sedang jalan2 di sana juga. " Hai... " sapaku pada Novita... karena aku ngga' kenal suaminya, maka aku cuman senyum aja sedikit. " Hai... lagi ngapain ? " sapanya girang... terus kita ngobrol pendek dan dia cerita kalo suaminya besok lusa mo ke Korea terus ke Jepang... baliknya sekitar 10 hari kemudian. Dia lagi ogah ikut karena suaminya dalam rangka kerja dan dia juga ngga' pengen pulang ke Jakarta, makanya dia mo gabung dengan kita semua.Selesai dari Gramedia setelah kita dapat yang kita cari... langsung ke hotel tempat Novita dan suaminya nginep untuk kemasin barang dan Novita pindah ikut kita sedang suaminya langsung balik sendirian ke Jakarta dan sorenya dia langsung terbang ke Korea. Di rumah Ambar jadi makin rame karena di sana sekarang ketambahan 1 orang lagi mana cakep banget lagi... Novita itu orang tuanya campuran antara Cina dan Belanda... jadi tampangnya putih bersih ( kulit Asia ) tapi hidungnya mancung seperti bokapnya. Novita baru kawin dengan suaminya sekitar 2 bulan lalu jadi sekarang dia belum punya anak. Badannya sedang dan dadanya juga tidak terlalu besar... tapi cakepnya minta ampun... sepintas kadang seperti Paramitha Rusadi kadang agak beda... soalnya dia lebih mancung.
Kita sore itu kerjanya karaoke-an di ruang audio... dan seperti sebelumnya, kali ini juga sambil nge-SS... Novita sore itu pake daster Bali yang tipis warna putih... mana lengannya rada lebar... jadi ngga' konsen nyanyi... terus aja ngelihat toketnya yang putih itu... sedang Kiki dari tadi duduk di karpet bersandar di antara kedua kakiku sambil nyandar di sofa. Ambar tiduran di karpet sambil merem. Sedang Oppie keponakannya sedang kedatangan temennya dan main di kamarnya sendiri. Novita sekarang kebagian nyanyi... nyanyinya lagu Indonesia dan Kiki yang nganggur dia mulai ngelus2 selangkanganku... aku kebetulan lagi pake celana pendek danlangsung aja dilorotin ama Kiki... terus dia meremas-remas sambil diisepnya. Novita dan Ambar ngga' ngeliat yang dikerjakan Kiki karena asyik sendiri2... Ambar sambil tiduran sesekali dia bangun untuk ngisep SSnya... pas dia mo nawarin aku ngisep SS aku bilang " Sudah nanti aja lagi aku sekarang sedang diisep " kataku. " Ki... kami narik dulu ini, biar gua gantiin ngisepnya " kata Ambar pada Kiki dan Kikipun bangkit menerima bong dari Ambar dan duduk di sofa sambil megang bong...
Abis dua lagu Novita baru sadar kalo kita lagi seru dia sofa karena dia tadi nyanyinya sambil membelakangi kita2, dia menghadap TV deket sekali. Ditaruhnya mike di meja... lalu dia bilang " Teh... pinjam mikenya yang itu donk... kaya'nya lebih enak dipake karaoke-an " kata Novita pada Ambar. " Yuk Nov... kita nyanyi duet yuk, mikenya joinan aja " kata Ambar... yang dimaksud mike ngga' lain adalah meriamku. Jadilah aku disep berduaan... " Gede banget kepalanya " komentar Novita, karena dia baru kali ini kenal meriamku... sebelumnya cuman kenal2 gitu aja dari Sammy. Waktu kenal dulu dia belum kawin... sudah 6 bulan lebih kali ngga ketemu sama Novita... waktu itu dia masih pacaran dan ketemunya juga di Kuta pas lagi main di pantai dan malemnya makan bareng di Jimbaran berempat sama cowocnya yang sekarang jadi suaminya bukan cowoc yang waktu itu.
Diisep berduaan ama cewec cakep2 gila aja... meriamku langsung teriak... MERDEKA BUNG...!!! " Nov... kamu mo cobain ? " tanya Ambar menawarkan. Yang ditanya cuman ngangguk aja. " sana dech di kamarku aja biar ngga' ngeganggu konsentrasi " kata Ambar lagi dan kamipun langsung cabut ke kamar Ambar.
Di dalam kamar aku ngga' nunggu lama lagi, aku rebahkan dia di ranjang dan aku peluk dia dalam dekapanku sambil aku ciumin pipi dan lehernya pelan2, sesekali aku usap rambutnya mesra sekali, Novitapun melakukan hal yang sama, sampe suatu ketika nafasnya mulai tidak teratur karena sekali dua aku remas dadanya dengan tangan kiriku, sedang tangan kananku masih tetap merangkulnya. Karena permainan sudah makin memanas maka aku rubah posisi dengan menindihnya terbalik, kepalaku ada di sela pahanya sambil isep selangkangannya aku ciumin keliling sekitar pangkal pahanya.... wuih bersih banget dech... kami berposisi 69 aku menindih Novita dan... meriamku amblas dikulumnya tapi ngga' semuanya kira2 kepala lebih dikit... dan mulutnya seperti lagi makan bakso.
Merasa cukup dengan warming up, aku suruh Novita tengkurap di ranjang dan dia tunggingkan pantatnya lalu aku elus permukaan liangnya dengan jempolku lalu sejurus kemudian aku letakkan kepala meriamku di bibir liangnya yang menjanjikan itu... sejuta kehangatan telah terbayang di pelupuk mata... kenikmatan telah menanti... tanpa tunggu terlalu lama aku mulai tekan supaya bisa segera memulai permainan... " Aaaaaach... " Desah Novita begitu meriamku amblas dalam vaginanya. Permainan dengan doggy style berlangsung cukup mengasyikkan sampe tiba2 aku dikagetkan dengan masuknya Kiki sambil membawa camera digitalku dan mengabadikan foto kami yang sedang main anjing2an. " Kiki... norak ach... masa orang lagi asyik diganggu " hardikku... karena merasa terganggu. " Sorry dech... " katanya sambil ngeloyor keluar kamar. Dan akupun meneruskan permainan yang belum tuntas tadi... sampe akhirnya kami terkulai lemas penuh nikmat.
Aku keluar kamar sambil membawa digital cameraku yang ditinggal Kiki di dekat meja rias sekalian dengan note bookku... lalu aku bawa ke kamar Oppie... di sana ada computer lengkap dengan modemnya. Aku keluarkan peralatannya dan aku transfer file dari digital camera ke note bookku lalu aku save dan aku pasang kabel untuk connect dari note bookku ke computer oppie... lalu aku pindahkan file hasil foto tadi dan juga beberapa hasil fotoku saat memotret Kiki waktu di rumah Sammy di Jakarta ( ada di part 8 tentang Perawan Metropolitan ). Jadi semua foto aku save dalam hard disk Oppie. Kemudian aku transfer semua JPG file tersebut pada Sammy di Surabaya via E-mail dan aku juga sempatkan buat cerita part 8 dan part 9. Sedang cerita ini aku buat kemudian. Lalu aku pasang fotoku hasil jepretan Kiki ( saat aku nindih Novita tadi ) pada wallpaper Oppie. Kemudian aku matikan computer dan aku keluar kamar. Saat keluar kamar aku ketemu Oppie dengan temannya dan aku sempat dikenalkan, namanya Suzan anaknya putih cakep lagi... juga masih seusia Oppie. " Pie... tadi Oom pinjem computer kamu untuk kirim E-mail. " kataku pada Oppie, soalnya dia rada bingung ngelihat aku keluar dari kamarnya.
Malam harinya saat abis makan malem bertiga dengan Oppie dan Suzan ( karena ternyata Kiki dan Ambar asyik tripping di ruang audio dan ngga' mau ikut makan ) aku duduk di teras belakang menghadap ke kolam ikan. Tiba2 aku dikejutkan oleh suara Oppie yang langsung duduk di pangkuanku dan dia bilang dengan wajah serius " Oom ternyata Oom ini Jossy yang ada di Samzara itu ya " tanyanya hati2. " Kok kamu tanya gitu ? " tanyaku ingin tau dari mana dia bisa bilang gitu. " Tadi Oppie bongkar E-mail yang Oom buat dan Oppie juga sempat kaget waktu ngidupin computer ada gambar Oom sama tante Novita, emang sich wajah Oom ngga' kelihatan tapi Oppie tau itu Oom karena fotonya di kamar tante Ambar khan ? " kata Oppie yang membuatku rada kaget dengan analisanya dan juga bersyukur... dia udah baca ceritaku dan tau apa hobbyku dsb. " Kok kamu tau semua ? " selidikku lagi.
" Jelas donk Oom, soal foto itu Oppie tau dari warna sprei dan sarung bantalnya, kalo soal Samzara itu Oppie baca ceritanya di E-mail Oom tadi dan juga tujuan E-mailnya ke Samzara " jawab Oppie tegas tanpa tedeng aling2 lagi.
" Terus apa mau kamu setelah tau semuanya " tanyaku setengah nantang. " Oom Oppie pengen kayak Oom sama tante Nov... sekalian tadi Suzan juga bilang kalo dia kepengen... soalnya dia itu baru tau kalo Oom itu Jossy yang sering dibacanya " Oh... rupanya Oppie dan Suzan ini fansku juga... lumayan itung2 jumpa fans.... he... he... he..
" Oom kami semua temen main pada demen baca cerita di Samzara soalnya ceritanya banyak yang bersambung dan ngga' repot nyarinya... kalo di tempat lain khan susah nyari sambungannya dan sering malah ngga' ada sambungannya. " kata Oppie lagi... [ ini aku tulis bukan untuk promosi, soalnya kalian pembaca juga ngakuin khan ].
" Kamu bilang tadi semua temen berarti bukan cuma kalian berdua, masih ada lagi tho ? " tanyaku bingung. " Iya masih ada temen2 yang lain, nanti kalo tau Oom ada di sini mereka pasti pengen kenal " kata Oppie bersemangat.
Akhirnya Suzan yang tadi nonton TV ikut gabung di teras balakang... dan kamipun ngobrol kanan kiri... sampe pada saatnya perut sudah agak mendingan ngga' terlalu kenyang... Oppie ngajak masuk ke kamarnya katanya ada film VCD dia baru pinjem dari temennya. Lalu kita bertiga masuk ke kamar Oppie dan nonton VCD dari computernya tapi kali ini ngga' masuk monitor tapi disambung dengan kabel ke TV 29 inch... jadi gambarnya lebih jelas.
Dari nonton VCD BF sampe akhirnya kita bertiga bener2 jadi pelaku BF ( pada main ) berlangsung cepat dan ngga' jelas siapa yang mulai, entah karena mereka terobsesi oleh ceritaku atau karena terbawa suasana... yang jelas malam itu aku dapet perawannya Oppie dan juga perawannya Suzan... mereka merelakan kegadisannya untuk Sang Idola. Hal ini baru aku rasakan... baru bintang cerita porno saja punya fans kaya' gini... dan aku ngga' bisa bayangin kalo jadi bintang film yang top seperti... pasti makin dapet perawan banyak donk... ???
[ Maaf aku ngga' cerita detail permainan dengan dua gadisku ini dengan alasan kasihan dan juga takut rahasia terbongkar karena pasti nanti banyak fans yang baca dan kenal pada pelaku jadi sebaiknya garis besarnya aja ].
Abis cuci... aku masuk ke ruang audio dengan wajah ceria karena abis makan 2 perawan, sedang mereka aku tinggal dengan tidur kelelahan karena habis terbantai.
Di ruang audio aku lihat Ambar sedang mengganti CD dan Kiki sedang ngelap keringatnya karena sepertinya mereka tripping terus dari tadi dan kaya'nya mereka sedang ON kenceng. Akupun langsung bernyanyi lagu tanpa musik dan tanpa teks... lagunya Gombloh almarhum... " Rawe2 rantas... Prawan2 tuntas... denganku... " lalu aku ambil rokok dan menyalakannya lalu melanjutkan dengan... " Merah darahmu... putih spermaku... bersatu dalam semangatmu... gebyar2... bermain.... cinta.... " sampe di situ aku berhenti dan Kiki lantas komentar " Abis makan bini orang aja nyanyinya gitu ".
Dia kira aku gembira habis main dengan Novita, soalnya dari tadi Novita ngga' balik ke ruang audio dan langsung tidur kelelahan dan juga mereka ngga' tau kalo aku abis main sama Oppie dan Suzan. Akupun duduk di sofa sambil agak nge-gelosor... maklum lemes... dan capek banget....
Malam itu aku tidur di ruang audio bersama Kiki dan Ambar... dan Ambar masih sempat ngajak main tengah malem sekitar jam 3 dia bangunin aku dan minta jatah... abis bermain satu ronde aku dan Ambar tidur dan kami terbangun jam 9 pagi...
Teller
Dilantai dasar ditempatku bekerja terdapat sebuah Bank , akumenabungkan sebagian penghasilanku kebank tersebut. Bank yang termasuk
salah satu bank swasta terbesar di indonesia dan mempunyai karyawati
yang cantik-cantik, seksi dan muda belia. Salah satu teller bank itu
kenal baik dengan aku karena setiap penyetoran dan pengambilan uang
dalam tabunganku melalui dia, yang bernama Yufi.
Yufi orang pribumi, sekal dan kalau boleh dibilang susunya melebihi
ukuran normal, rambutnya hampir sepinggang, kulitnya putih, hidungnya
mancung dan wajahnya bebas jerawat. Sering aku melontarkan canda yang
dibalas canda pula oleh yufi. Muncul dalam benak pikiranku untuk
menggaet teler tersebut, karena pengalamanku menggaet wanita cukup
lumayan. Suatu hari kuajak yufi untuk makan siang bareng tepat pada
waktu istirahat kantorku, tapi ditolaknya karena jam istirahatnya
setengah jam lebih lambat dariku dikarenakan dikantornya bergantian.
Aku terpaksa mengikuti istirahat jam kantornya dia, dengan alasan masih
banyak pekerjaan yang harus diselesaikan bila ahung atau nirmala
mengajak makan siang.
Dua hari kemudian yufi kuhubungi untuk mengajak makan siang bersama dan
ternyata disetujui olehnya. Gotcha .... gumamku. Aku makan siang
bersama yufi dibilangan harmoni, happy day... aku yang traktir yuf...
kataku.Benar nich.... ya benar.... kataku. Sambil makan siang kami
cerita pengalaman kami masing-masing. Setelah makan siang kami menuju
kantor kami masing-masing. Sorenya aku merayu lagi untuk mengantar
pulang, soalnya pengin tahu tempat kosnya dia yang katanya dibilangan
tomang mandala dan dia menyetujui ajakanku tersebut.
Jam lima sore kami berangkat dari kantor untuk menuju kerumah kos, tapi
aku mengajaknya jalan-jalan kesogo dulu dan sekalian makan malam.
Setuju lagi kata yang keluar dari mulutnya yang mungil. Kami melihat
lihat barang yang sedang dipajang atau cuci mata karena 'nggak beli,
jam enam lima belas perutku mulai tidak bisa diajak kompromi karena
sudah saatnya diisi dan kuputuskan untuk makan malam bersama yufi lagi.
Setelah makan malam aku langsung mengantarkan yufi ketempat kosnya yang
ramai dengan penghuninya yang ternyata wanita semua dan kamar tersebut
terpisah dari rumah induknya, jadi agak longgar sedikit jika menerima
tamu karena umumnya semua sudah bekerja. Kamarnya berukuran kira-kira 4
x 4 m tersebut ditata rapi oleh penghuninya dan didepannya terdapat
kursi tamu. Kuarahkan pantatku dikursi tamu dan kuambil rokok dari
saku,kunyalakan... ssshh.... hhhuuuuu.... asap keluar dari mulutku.
"Mau minum apa gung...." sapa yufi, apa saja deh.... kataku air putih
juga boleh.... segelas air putih keluar bersamaan keluarnya yufi yang
sudah berganti pakaian daster tipis, tapi yufi masih mengenakan pakaian
dalam meski tubuhnya terlihat secara samar. Selama dua jam aku duduk
diruang tamu untuk ngobrol dengan yufi dan akhirnya aku pamit pulang.
Sering-sering mampir sini ya gung.... kaatanya memberi tanda lampu
hijau buat aku, hhhmmm... hhhmmm... kataku. Tiga hari berturut-turut
aku mengantar yufi pulang.
Hari keempat jam tujuh malam kami sudah sampai ditempat kos yufi,
seperti biasanya dia masuk dan menyuguhkan minuman buat aku, demikian
juga aku seperti biasanya duduk menunggu. Tapi kali ini lain aku
menunggu yufi didepan pintu, tepat dia keluar dari kamar dan membawa
minum aku tubruk dia dan air dalam gelas tumpah kena baju aku dan baju
dasternya dia. OOhhh... sory kataku.. dia bilang.. wah maaf, 'nggak
sengaja sambil membersihkan bajuku dari air. Kupegang tangannya yang
lembut lalu kucium dia pada saat dia heran tanggannya dipergang dan
cruup.... merah padam mukanya.... tapi aku memegang bahunya dan
kuteruskan mencium bibirnya yang masih terkatup. Kudorong masuk kamar
dan kududukan dibibir tempat tidur sambil bibirnya masih kurapatkan
dengan diriku, tangannya mulai merayap ketanganku yang penuh dengan
bulu, bibirnya mulai dibuka secara perlahan sambil menutup matanya
secara perlahan pula. OOOgghhhh....... ooohh....... kumainkan lidahku
didalam langit-langit mulutnya dan.... geli... katanya..... kini
tangankupun mulai beraksi yang kiri memegang leher dan kanan meraba
buah dadanya yang masih terbungkus daster dan bh. oooohhh...... mulai
kubuka kancing bhnya yang berwarna pink lalu kuraih lagi dan kuraba
lagi buah dadanya sambil bibirku terus melumat bibirnya oooohhhh.....
gung......tanganku memainkan putingnya bagai mencari chanel radio dan
yufi bergelinjang... aaauuuww..... sakit... katanya, rupanya aku
terlalu keras memainkan putingnya.. akhirnya dengan perlahan
kupermainkan putingnya yang ternyata berwarna agak kemerahan dan mulai
menegang.
Kuturunkan resleting dasternya agar lebih mudah menurunkan
dasternya...dia melepaskan ciumanku dan "tutup dulu pintunya... nanti
kalau ada orang kan malu...." katanya. Kuraih daun pintu dan kututup
rapat lalu kuteruskan untuk membuka dasternya. Kulepas juga bh pinknya
yang masih nyangkut dipundaknya dan ternyata teteknya besoar banget...
kuserobot langsung keputingnya karena teteknya besar sekali...
aaaahhhhh.....sambil tangannya menjambak rambutku... Dari puting yang
kiri pindah keputing yang kanan, kuperhatikan putingnya sudah tegang...
barulah tanganku meraba cdnya yang warnanya sama agak basah jika
tanganku menyentuh pas memeknya... cepat-cepat kuturunkan kebawah dan
hhhuuuiiiiihhhhh..... jembutnya juga banyak.... lebaaatttt......
kurabadan kugesek-gesek itilnya.... memeknya mulai banjir.... dia mulai
membuka pakaianku... Mulutku tetap pada teteknya sambil nyupang
diteteknya dari yang kiri pindah ke kanan terus sambil itilnya kugesek
terus.
Agak terkejut juga dia melihat kontolku sudah mengacung keatas...
dibelainya mulai dari kepada sampai kebiji pelerku.... ooohhhh.....
ssshhhh...... hanya itu yang terdengar dari mulut kami
berdua.Kusodorkan kontolku ke yufi, kepalanya mulai bergerak menuju
arah kontolku dan sllleppp..... kontolku dilumat mulai dari kepala
sampai keujung batang eeggghhhhh....... uuueeeghh... aduh... mentok
nich... terus dia mulai melumat, menjilat dan menciumi kontolku dengan
penuh nafsu dan lembut... uuuuhhhhh..... aku juga nggak tinggal diam
jariku langsung masuk ke lobang memeknya yang sudah banjir...
aaaahhhhh.... ssssshhhh.... itilnya kupermainkan pakai jempolku
ssshh.... aku angkat kepalanya dan kurebahkan badannya serta kuangkat
kedua pahanya agar lebih jelas terlihat memeknya yang tembam itu...
lidahku mulai menjalari dari itilnya hingga lobang memeknya sssshhh....
hhhhmmmmm.... gung..... sekarang yuuuukkk..... ssshhh.... kuhisap
itilnya yang sudah membesar ssshhhh.... aahhhh.... gung.... ayo
dong...... rengeknya lagi.... tapi aku tidak menghiraukan rengekan
tersebut dan terus asik memainkan itilnya dengan lidahku... ssshhhh...
ooohh..... gung....... nggak kuat nich...... ssshhhh..... hhhmmmm....
aaaaacccchhhhhhhhh......... terdengan rintihan kecil yang agak
panjang... tangannya menjenggut rambutku.... ssshhhhh..... rupanya yufi
sudah mencapai orgasme.... sedang aku masih asik dengan lidahku didalam
lubang memeknya yang menegang saat dia mencapai orgasme... gung.....
ngilu nich...... katanya.. soalnya itilnya terus aku jilati...
Aku angkat kedua kakinya melebar dan kutekan pahanya dengan kedua
tanganku terlihat memeknya merekah dan bulu jembutnya tumbuh bagai
semak belukar yang lebat... kuarahkan kontolku kememeknya dan
ssshhhh...ooohhhh..... aaahhhh.... enak gung..... mulai menerobos liang
memeknya sshhh... hhhhmmmm.... ooouuuuhhhh.... mulai aku gerakan maju
mundur ssssshhhhh..... agak perlahan pertamanya lalu kupercepat dan
kupercepat ssshhhh.... ssshhhhh...... bibir atasnya menggigit bibir
bawahnya tangannya meraih tanganku.... gung..... ooohhhh.... jariku
mulai menyentuh memeknya.... sssshhhh.... ooohhhmmm..... terus....
terus....... lebih cepat lagi....... sambil kepalanya bergerak kekiri
dan kekanan rambutnya sudah tidak karuan..... ssshhh.... lima belas
menit lebih aku mengocok memeknya yufi dengan kontolku teruss......
aaaahhhh.... yuff........ crrraatttt.... crraatttt.....
crrraatttt...... kutekan pantatku dan tumpahlah pejuku didalam liang
memeknya.... mulai kendur gerakannya dan akupun lemas.... ssssshhhh....
ooohhh...... kini tanganku meraih buah dadanya yang masih kubiarkan dan
tubuhku ambruk diatas tubuhnya.... kaki yufi menjepit pinggulku... lalu
kucium dengan mesra crruppp...... nikmat sekali yuf memek kamu.....
kataku.. sama...... katanya.
Kucabut kontolku dari liang memeknya yufi dan tubuhku bergeser
kesampingnya yang masih posisi tidur... kuraih rokokku dan kunyalakan
pluuss..... asap rokok kini mencemari kamarnya yufi.... Sambil cerita
kapan pertama kali dia bercinta.. "waktu kuliah dulu.... sama
cowoknya... tapi sekarang udah putus... " katanya. Terus kamu nggak
nuntut sama dia..kataku.. "nggak lah... capek ngurusinnya..." timpalnya
lagi.. yuf kamu cantik deh... kataku.. "Hhhhmmmm gombal... laki-laki
kalo udah ada maunya aja..." katanya, bener... mau nggak jadi
cewekku... pintaku... "aaahhh kamu khan sudah ada yang punya..."
katanya sambil menyandarkan kepala dibahuku dan tangannya mengelus
dadaku. Aku serius nich.... "terserah... tergantung nanti
lanjutannya..." katanya.. Bau keringat nih yuf.. mandi yukk... pintaku
dan kami langsung menuju kekamar mandi yang ada diruangan tersebut.
Dikamar mandi aku ciumi dia dan kami saling menggesek-gesek dan
menggosok badan. "Kalau kamu mau jadi cewekku kamu pindah saja
ditempatku.." bisikku, "nanti orang tua kamu gimana..." bisiknya pula.
Memang yufi selama ini belum tahu kalau aku tinggal sendiri ehhh..
bersama amanda.
Selesai mandi kami berpakaian dan merapihkan kembali, kutengok jam
tanganku... ternyata sembilan empat lima. Aku pamit pada yufi sambil
mencium bibir, pipi dan keningnya... dan kuremas toketnya yang belum
dibalut dengan bh. Daaggg.....Dirumah amanda sedang menunggu aku untuk
makan malam, kami makan malam dengan cara kami sendiri yaitu makan
bersama tanpa busana, jadi setelah makan bisa langsung bercinta. Dengan
yufi sudah satu rit, ditambah dengan amanda dua rit jadi tiga rit nih
malam... tapi asik.
Mang Sardi ingin mencicipi tubuhku
O ya..namaku Dita, kini usiaku menjelang 24 tahunSelama ini saya dan Mang Sardi sudah lama tidak
melakukan belaian seperti dulu, mungkin 10 bulan
lamanya sejak Dedi kemenakan mang Sardi merengut
kegadisanku…dan tanpa saya sadari ternyata setelah
kepulangan Dedi ke kampungnya Subang, dia(Dedi)telah
menceritakan kisahnya sama mang Sardi pamannya itu
yang sampe saat ini kembali kerja sebagai sopir keluarga
Kami.
Hingga suatu saat Mang Sardi bertanya seperti ini
kepadaku “Neng Dita kenapa melakukannya sama
keponakan mamang??”
Kontan saja saat mang Sardi Tanya itu saya kaget
sekali, saya pikir Dedi akan diam seribu bahasa, tapi
kenyataannya Dedi malah cerita ke pamannya itu, dan
saya malu sekali mendengarnya langsung dari pertanyaan
Mang Sardi, padahal beberapa bulan lalu atau mungkin
satu tahun lalu Mang Sardi hanya membelai-belai daerah
sensitifku dan tidak berani untuk membobol
keperawananku yang ternyata keperawananku hancur oleh
keponakannya sendiri . saat itu saya hanya tertunduk
malu ketika Mang Sardi Tanya masalah itu ke saya yang
kira-kira pada awal bulan November 2003 menjelang
puasa , yang sudah hampir 10 bulan sejak Dedi
membobol keperawananku saya tidak pernah bermain
belaian seks sama siapapun termasuk Mang Sardi, karena
sejak saya berhubungan badan untuk pertama kalinya itu
saya anggap itu yang terakhir kali melakukannya (malah
saya sempat bersumpah untuk tidak melakukan kegiatan
seks sekecil apapun), tapi terus terang saja kalo saya
betul-betul tersiksa dengan gejolak seks yang sudah
saya tahan sejak 10 bulan lalu. Dan ternyata Mang
Sardi mengungkit lagi masalah itu sehingga terlintas
lagi bayangan seks di pikiranku ketika mang sardi
bertanya tentang hubungan seks ku dengan keponakannya.
Saat mang Sardi Tanya itu saya lagi nonton tivi di
ruangan bawah pagi jam 10 dan seperti biasa di rumah
sepi karena ortu pada kerja dan adikku sekolah . Saya
masih ingat betul saat itu tanggal 4 November 2003
atau 2 hari menjelang puasa. Saya jawab saat itu
begini “ah Mang Sardi ….udah ah jangan Tanya masalah
itu lagi, dita jadi malu dengernya…” begitu kira-kira
jawabku saat itu…lalu mang Sardi tersenyum sambil agak
mendekatkan wajahnya ke arahku yang saat itu sedang
tiduran di sofa depan tivi dan ngomong seperti ini
“dulu neng Dita suka diusap sama mamang….kalo mamang
ngajak Neng Dita lagi usap-usapan lagi kira-kira neng
Dita mau ga??” Saya tentu saja menggeleng sambil
menyuruh mang Sardi meninggalkan ruangan keluarga
“udah mang jangan ganggu Dita deh…mending Mamang ke
dapur aja gih!!!” kataku setengah menghardik saat itu.
karena jenuh nonton tivi saya kepengen mandi pagi saat
itu yang kebetulan ada kuliah jam 12 dan langsung
menuju kamar mandi dan setelah selesai keramas saya
langsung menuju ke atas kamarku sambil pake daster
dan di kamar saya langsung pasang hair dryer untuk
keringin rambut sambil terlihat pintu kamarku setengah
terbuka karena aku anggap ga ada siapa-siapa diatas
aku membuka daster yang kebetulan tidak memakai cd dan
bh jadi langsung aku buka saat itu dan ternyata mang
Sardi mengintip kegiatanku membuka daster yang sudah
pasti saat itu saya telanjang bulat. Saya lihat dari
cermin kamar bayangan Mang Sardi sedang menyapu tapi
tatapannya ke arah tubuhku saya memekik kaget dan
menutup kamar dan ternyata Mang Sardi malah lebih
nekat memasuki kamarku yang kebetulan ga ada kuncinya
itu saya menutup dadaku dengan tanganku saat itu dan
memohon ke mang Sardi untuk meninggalkan kamarku saat
itu eh dia malah tersenyum sambil bilang gini “neng
Dita kenapa jadi penakut begitu padahal beberapa waktu
lalu Neng Dita meminta mamang untuk mengusap-ngusap
neng Dita, mamang kepengen merasakan seperti yang Dedi
rasakan waktu itu boleh kan, dijamin mamang ga akan
melakukannya dengan kasar kok”begitulah katanya dengan
tetap melihat bagian tubuhku yang vital, saat itu saya
hanya menutup pake tangan kemaluanku dan dadaku dan
tentu saja bagian-bagian tubuhku yang lain terlihat
jelas putih dan mulus.
Saat itu Mang Sardi makin berani mendekatiku sambil
mendesakku ke arah dinding kamarku yang membuat saya
semakin ketakutan karena saat itu saya berjanji ga
akan melanggar sumpahku untuk tidak melakukan kegiatan
seks dengan siapapun walau beberapa bulan lalu saya
sempet minta di usap-usap sama mang Sardi.
O ya saat itu saya masih tetep single ga punya pacar
karena takut sama mama kalo punya pacar, dan setelah
mang Sardi semakin mendesak ke arah dinding semakin
dekat pula hembusan nafasnya di wajahku dan dia mulai
membelai rambutku sambil saya memohon ke dia untuk
tidak meneruskan aksinya sampai saya bilang begini”
mamang jangan teruskan, dita udah janji ga akan lagi
seperti dulu-dulu saat sama mamang karena dita takut
ketagihan mang, tolong mang hentikan…” sambil sedikit
demi sedikit berjongkok sambil tetap tanganku menutup
aurat yaitu dada dan kemaluanku dengan keadaan
telanjang saat itu , eh mang Sardi malah bilang
gini”tenang neng Dita mamang pasti akan lembut
melakukannya Neng….soalnya mamang lihat akhir-akhir
ini neng Dita sering melamun dan semakin hari neng
Dita semakin membuat mamang jatuh cinta dengan
kemulusan dan kecantikan neng Dita, apalagi disaat
neng Dita dibalut handuk , aduh mamang mah ga kuat
melihatnya juga neng…beda sekali dengan beberapa bulan
lalu neng….saat ini neng Dita semakin kelihatan
cantiknya”katanya dengan logat sunda merayu dan saat
saya berjongkok begitu saya memejamkan mata saat dia
mulai elus-elus rambut,pipi dan kelopak mata saya yang
saat itu agak sedikit air mata,dan tangannya terhenti
di telinga dan usap-usap di telinga sambil sesekali
melebar usapannya ke leher yang lambat laun merangsang
gairah seksku yang saat itu sudah tidak mens lagi
sejak 3 hari.
Saya pun terdiam disaat mamang ikut jongkok dan
membelai tangan yang menutup bagian dada, sambil tetep
memejamkan mata ini, dan mamang membukakan tangan ini
dari dada dan anehnya saya pun menurut saat itu
ketika dadaku mulai terbuka karena mamang menyibakkan
tangan yang menghalangi dada ini.
Lalu dia menaruh tangan kiri saya ke bawah sehingga di
posisi jongkok itu dia bisa secara jelas melihat
dadaku kiri dan kanan yang mancung, dan mamang pun
mulai membelai dada ini saat itu sambil tetep kami
berjongkok berdua dan sesekali dia melihat ke arah
kemaluanku yang masih ku tutup dengan tangan kananku
dan tangannya menyibakan tangan kanan ku yang saat itu
menghalangi kemaluanku dan sayapun seperti dihipnotis
menurut dengan lemah saya turunkan tangan kananku saat
itu sehingga posisiku waktu itu berjongkok bersandar
ke dinding kamar dan tanganku dua-duanya saya
turunkan ke bawah yang tentu saja dengan leluasa Mang
Sardi melihat pemandangan indah yang akhir-akhir ini
ngga pernah lagi dinikmatinya seperti dulu.
Dan setelah mang sardi mulai menyentuh kemaluanku
dengan posisi berjongkok itu sayapun ikut hanyut
menikmatinya karena sudah lama sekali saya tidak
melakukannya sejak 10 bulan lalu berhubungan badan
pertama kali dengan keponakannya Dedi.
Saya memejamkan mata dan mencoba menikmati suasana itu
sambil sesekali tak sadar mengeluarkan suara desahan
yang mungkin membuat mang Sardi tambah bernafsu saja
saat itu. Lalu dia mencoba memangku tubuhku saat itu
ke atas ranjangku dan anehnya saya mengulurkan tangan
saat itu seperti memberi akses kepadanya untuk lebih
jauh lagi melakukan kenikmatan.
Saat itu saya betul-betul hanyut dengan sentuhannya
dan melihat jam di dinding kamarku sudah jam 12
siang,artinya saya harus kuliah tapi ga kepikir untuk
bersiap-siap kuliah hanya perasaan nikmat yang ada
dipikiranku saat mang sardi mengangkat tubuhku ke atas
kasur…dan adegan berikutnya mang Sardi membuka
ghespernya yang usang itu lalu pelan-pelan sekali
membuka celananya sendiri yang ternyata dia ga pake
celana kolor lagi saat itu dan terlihatlah kemaluannya
yang menegang kalo dibandingkan dengan burung
keponakan nya lebih kecil diameternya tapi lebih putih
warnanya…sambil membuka celananya itu dia masih tetap
memakai kemeja lusuhnya dan meminta saya untuk
mengusap kemaluan yang tegang itu.
Saya pun dengan pelan-pelan meraih kemaluan mang Sardi
yang hangat dan berdenyut lalu perlahan mengocoknya
seperti yang pernah saya lakukan setahun lalu
di mobilku bersamanya.
Dia dengan posisi berlutut merem melek ketika saya
mengocoknya perlahan sementara saya hanya berbaring
saja di kasur dengan posisi tidur terlentang dan
sesekali dia melihat ke arahku dan tak lama dia meraih
buah dadaku yang putih mulus, memang dadaku ini sedang
untuk ukuran cewe hanya 34b nomor bh ku tapi mancung,
putih dan mulus tanpa cacat, mungkin itu yang membuat
mang Sardi tergila-gila. Lalu kemudian dia mendekatkan
wajahnya ke wajahku dan berusaha mencium bibirku tapi
aku menolaknya dengan menggelengkan kepala di bantal
saat itu dan dia hanya menciumi kening leher dan
dadaku lalu ciumannya ke perut dan berakhir di
kemaluanku yang sudah basah sekali …ah nikmat sekali
rasanya…saya menolak diciumnya karena mang Sardi
perokok jadi bau sekali nafasnya dengan bau rokok
cerutu kebiasaannya.
Tapi saat dia berlama-lama cium daerah kemaluanku saya
betul-betul di awang-awang dan mengejang seperti ingin
pipis tapi nikmat sekali.
Setelah saya orgasme dan tubuhku bersimbah keringat
dia menghentikan kegiatannya, lalu Tanya gini ke
saya”neng Dita….kalau burungnya mamang dimasukin ke
itu nya neng Dita…boleh ga??”katanya lembut
Saya hanya menganguk saat itu lalu dia bilang
lagi”tapi neng Dita istirahat saja dulu…mamang liat
neng Dita kepanasan”
Saya menganguk saat itu, memang cuaca di atas sini
panas sekali kalo siang-siang apalagi jam 12-an. Tak
lama 15 menit kemudian mang Sardi membawakan air putih
dingin dari bawah dengan hanya pake baju kemeja
lusuhnya saja dan terlihat burungnya mengecil
Lalu setelah saya meminumnya dia Tanya begini”neng
Dita saat itu pernah mengulum burung nya Dedi
ngga?”tanyanya polos,aku pikir saat itu “dasar dari
kampung,polos banget pertanyaannya” lalu menggeleng
jujur…dan dia tersenyum seakan dia ingin
dikulum burungnya.
Dan setelah saya menaruh gelas di meja dia naik lagi
ke kasur kamarku dan mulai membelai dadaku lagi….saya
kemudian berbaring lagi memejamkan mata dan mulai
menikmati sentuhannya lagi sambil agak mengangkat kaki
kiriku saat itu saya mengerang dan mendesah saking
nikmatnya dan burung mang Sardi terlihat berdiri lagi
dan mendekatkannya ke arah mulutku saya sempet
menggeleng tapi dia setengah memaksa mendekatkan
kemaluannya ke arah bibirku sekilas tercium bau
keringat di sekitar kemaluannya dan saya berusaha
untuk tidak menghirupnya dan mencoba membuka mulut ini
saat mamang menyodorkan kemaluan yang diameternya
lebar itu dan saat saya mulai menyentuhkan lidah ke
liang penisnya terasa asin dan aneh lalu lambat laun
saya memasukan agak lebih dalam ke mulutku…dan itu
adalah kemaluan laki-laki ke dua yang aku kulum
setelah kemaluan Dedi keponakannya beberapa waktu
lalu.
Agak lama saya memaju mundurkan kepalaku saat mengulum
kemaluan mang sardi di mulutku saat itu dan terasa
pegal mulutku saat itu dan akhirnya sekitar 15 menit
kemudian keluarlah air kental berasa aneh dari
kemaluannya yaitu sperma mang Sardi muncrat tepat di
mulutku yang mungkin setengahnya termakan olehku saat
itu , saya sempat tersedak dan mau muntah tapi
ditutupkan mulutku ini sama mang sardi waktu itu,
sehingga termakan hampir seluruhnya sperma nya itu.
Setelah itu dia mencoba menjilati kemaluanku yang
basah sambil sesekali tangannya aktif membelai dadaku
dua-duanya lama sekali sehingga saya merasakan orgasme
ke 2.
Setelah kami istirahat ½ jam sambil sesekali bercerita
dengannya, kami mulai melakukan kegiatan lagi yang ke
tiga kalinya saya liat jam 2 siang artinya saya ga
kuliah hari itu, sementara ortuku sama ade ku ada di
rumah tepat jam 6 sore.
Saat itu sempet terpikir olehku kalo mang Sardi ini
ingin mencicipi tubuhku seperti keponakannya membobol
keperawananku.
Tapi saya ga peduli saat itu yang ada hanyalah
kenikmatan demi kenikamatn saat itu yang kami lakukan
berdua, betul-betul hari yang melelahkan sekaligus
mengasikan.
Saat kegiatan yang ke 3 ini kami mulai belai satu sama
lain dia belai dada kemaluan paha dan
punggung,sementara saya belai penis dada dan sesekali
wajahnya dan saat itu kami sempet berciuman bibir
rasanya aneh sekali, mang sardi yang usianya 50
tahunan menciumi bibir mungilku yang merah ini tapi
saat bermain lidah itu enak rasanya dan saat itulah
mang Sardi mengarahkan penisnya ke kemaluanku
….mamang terlihat hati-hati dan pelan-pelan
memasukannya karena masih sempit dan terasa perih
beberapa kali ga berhasil masuk tapi setelah dengan
sabar dia mangarahkannya dan saya Bantu dengan
mengarahkan penisnya ke kemaluanku akhirnya masuk juga
walau agak sedikit nyeri(maklum saya hanya dua kali
melakukannya lagi pula rentang waktu 10 bulan cukup
lama) yang pada akhirnya saya merasakan nikmat tiada
tara yang lebih nikmat melakukannya dibanding dengan
keponakannya itu.
Setelah sekian lama kami bersenggama akhirnya saya
berteriak”ahhhhhhh……mmmmaaammaaaang Ddittttaaaa
kellluaaarrrrr”maka saya pun orgasme untuk ke 3
kalinya sementara mang sardi terl;ihat blum keluar dan
dia mencabut kemaluannya dan menyuruh saya mengulumnya
kali itu agak lama saya mengulumnya dan terasa pegal
mulut ini hampir ½ jam akhirnya keluar juga
spermanya….dan kami masing-masing berpakaian setelah
terlihat jam dinding sudah jam 4 sore……
Sejak saat itu sampe sekarang kami sering melakukan
hubungan badan ini yaitu dengan mencuri-curi
kesempatan di saat rumah sepi.
Kisah ini nyata saya ceritakan
Perawan Metropolitan
Setelah seminggu aku keluar dari rumah sakit, aku berangkat berlibur ke Bandung bersama temanku Kiki. Kami berangkat dengan pesawat mampir ke Jakarta dan bermalam 1 hari di sana, aku bermalam di rumah Sammy di daerah Pondok Indah, kebetulan rumah itu kosong dan aku dapat pinjaman, di sana hanya dijaga 2 orang pembantunya yang selalu siap membersihkan dan menjaga rumah tetap bersih dan siap dihuni setiap saat. Sebenarnya aku bisa saja nginep di rumah Kak Johnny yang di Jakarta di daerah Tebet atau di rumah orang tuaku di Jl. Sam Ratulangi Menteng demikian juga dengan Kiki, rumahnya sendiri hanya ibunya dan 1 adik perempuannya saja yang tinggal ditemani oleh seorang pembantu tua.Tapi kami sengaja mau sembunyi dari keluarga kami dan tidak ingin kedatangan kami diketahui oleh keluarga yang lain, lagian seharian kita cuman di rumah aja... kebetulan di rumah Sammy ada kolam renang di halaman belakang, jadi ya... kita asyik di sana. Temanku Kiki ini orangnya bertubuh tinggi sekitar 169 Cm, ukuran dada 36C dan berkulit putih, rambut sepunggung.
Sampe di rumah Sammy sekitar jam 5 sore, dan kami tiba dengan taxi dari Bandara... dalam rumah yang cukup besar itu kami diberi kamar tamu yang posisinya di sebelah kamar Sammy, kamar Sammy sendiri menghadap ke kolam renang...sedang kamar Donna adiknya ada di lantai 2. Semua kamar di sini memiliki kamar mandi dalam yang cukup luas... untuk kamar tamu yang kami gunakan kamar mandinya paling tidak ukuran 4 x 6 meter dengan semua perabotan dari granit dan dinding marmer Italy... di sudut kamar mandi ada bath cup corner. Di samping salah satu sisnya ada kaca besar menghadap ke taman samping... dan kamar itu sendiri berukuran sekitar 6 x 8 meter.
Setelah meletakkan barang bawaan kami, kamipun berganti pakaian renang, Kiki menggunakan bikini mini sekali berwarna kuning muda dan aku pake celana renang mini warna hitam. Kamipun menuju ke kolam renang... sementara Kiki membasahi tubuh di shower dekat kolam renang aku langsung loncat ke tengah dan melakukan renang gaya bebas beberapa kali panjang kolam sebelum akhirnya menepi dan menunggu Kiki masuk dalam kolam. Kami bermain dan berenang sambil becanda... sampe aku merasa cukup akupun istirahat di bibir kolam dengan tiduran terlentang, aku pejamkan mataku beberapa menit sampe tiba-tiba aku merasakan jari lentik Kiki mengelus pahaku dan dilanjutkan dengan menelusuri permukaan celana renangku... beberapa menit Kiki melakukannya dan aku diam saja... tapi aku juga merasakan meriamku mulai menegang mendapat elusan dari Kiki. Aku buka mata memandang langit yang mulai remang mo gelap... aku lihat balkon loteng yang tampak dari posisiku, aku lihat pembantu Sammy yang ada di balkon itu sedang melihat aku dielus Kiki, dan aku lihat dari bawah maka aku dapat melihat pahanya yang mulus... orangnya tidak terlalu tinggi, kulitnya putih ( maklum orang Sunda ), meriamku makin menegang memandang pemandangan paha tersebut dan sadar aku lihat diapun mengalihkan perhatian dan pura-pura terus mengelap pagar balkon yang terbuat dari stainless steel itu.
Kiki rupanya ngga' puas dengan cukup mengelus dari luar... dia mulai turunkan celana renangku dan mengeluarkan meriamku dan dikulumnya meriamku dengan hangat dan penuh nafsu. Kembali aku lihat pembantu yang tadi melihat lagi kearah kami dan kali ini cuman sebentar karena melihat aku sedang memandang ke atas. Lama juga Kiki ngisep meriamku... saat sudah meradang banget... tiba-tiba kakiku ditariknya dan akupun keceber ke kolam... kami berdiri sambil berciuman dan tangan Kikipun masih meremas-remas meriamku... aku coba membuka celananya dengan menarik tali kecil di pinggulnya... sret... terbuka sudah celana itupun langsung tenggelam.
Aku mulai memasukkan meriamku ke sela-sela paha Kiki... disambut dengan tuntunan oleh Kiki dan diarahkannya langsung ke dalam lobangnya yang menjanjikan kehangatan. Kamipun berpelukan sambil pinggulku bergoyang kanan dan kiri perlaha karena dalam air rada sulit menggerakkan badan... cukup lama kami bermain sambl berdiri... sampe Kiki bilang " Joss dari belakang aja " dan diapun mencabut meriamku dan bersandar dibibir kolam yang agak rendak sekitar sepinggang... dan akupun menyodoknya dari belakang dan Kikipun menunggingkan pantatnya. Aku sadar sesadar-sadarnya bahwa permainanku diintip dari atas oleh si pembantu tadi... pasti itu. Berlagak tidak sadar aku teruskan permainanku.... sampe pada saatnya aku sudah hampir mencapai klimak... aku ajak Kiki ke kolam yang agak rendah... aku duduk ditangga kolam... terendam sampe ke pinggulku dalam posisi duduk... dan Kiki menaikiku dari atas... dia menghadap ke arahku... dia maju mundurkan pinggulnya dan aku meremas dadanya yang menggiurkan itu... diapun mengerang tanpa berpikir lagi bahwa tidak hanya kita berdua saja yang ada di dalam rumah itu. Erangannya makin panjang dan akhirnya diapun mengejang hebat... aku juga ngga' mau ketinggalan aku percepat goyanganan pinggulku dan kamipun mengalami ejakulasi bersamaan... di antara orgasme itu aku sempatkan melemparkan pandanganku ke atas dan aku sempat melihat pembantu yang tadi masih mengintip dan tidak sempat lari sembunyi karena saking terpakunya.
Kami keluar dari kolam dengan apa adanya... aku telanjang bulat dan Kiki hanya menggunakan BH bikininya yang menggantung di lehernya... karena sudah terbuka saat permainan tadi... dan CDnya ditentengnya dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya menggandeng pundakku. Kami berjalan ke arah dalam rumah untuk selanjutnya mau mandi dan istirahat... tapi pas melewati ruang makan kami terkejut karena saat itu ada pembantu yang lainnya lagi sedang membereskan meja makan untuk makan malam kita. Pembantu itupun kaget karena melihat kami sedang telanjang... danm sudah dapat diduga apa yang terjadi sebelumnya pada kami. Diapun buang muka dengan acuh melintas ke dapur melanjutkan kerjanya seakan tidak melihat kami... dan kamipun langsung masuk kamar...
Abis mandi Kiki hanya mengenakan kimono handuk tanpa daleman... dan duduk di ranjang... " Ki... kamu tau ngga' waktu kita main di kolam tadi ada pembantu yang lihat kita ? " tanyaku. " Yang mana ? " tanya kiki ngga' tau. " Yang satunya Ki yang badannya tinggian " kataku. " Kok kamu ngga' bilang kalo kita lagi diintip... malu khan ? " kata Kiki lagi. " Tanggung Ki lagi enak main ntar ngrusak acara " jawabku asal. " Gimana kalo kita kasih pelajaran 'tuh pembantu ? tanyaku.
" Pelajaran gimana... ? " tanya Kiki bego. " Kita ajak dia main sama kita bertiga " usulku. " Boleh juga... tapi enak di kamu donk " sungut Kiki.
Selesai makan malem kita nonton TV di kamar sampe jam 9 malem dan pas berita... aku panggil pembantu tersebut ke kamar untuk memijit aku... dan saat dipijit aku hanya menggunakan CD minim banget... warna cream... tapi pijitnya mulai dengan kaki dan aku tengkurap... Kiki duduk di samping ranjang dan asyik baca majalah...
Pijitannya akhirnya sampe di pangkal pantatku dan aku minta agak lama di situ karena capek aku bilang... setelah dipijit-pijit daerah itu aku mulai konak dan aku balik badan... sehingga meriamku yang setengah berdiri tampak sekali " Sekarang depannya " kataku... diapun mulai memijit paha depanku... dia duduk di lantai samping ranjang dan aku tiduran di tepi ranjang... tangan kiriku dapat agak bebas dan dengan mata terpejam aku gerakkan sedikit-sedikit tanganku untuk mencari dadanya... akhirnya dapat... kesenggol dikit... dikit lagi... dan makin lama makin sering kesenggol... kaya'nya dia cuek aja... " Kaki kanannya sekarang " kataku untuk mulai pijit paha kananku... dengan demikian tangannya akan melalui atas meriamku... dia mijit sekitar pinggul kananku. Dan sesekali lengannya memang nyenggol meriamku yang setengah meradang... itu yang aku usahakan dari tadi... dan tangan kiriku beberapa kali telah menyenggol dan mengusap dikit-dikit ke dadanya. " Agak tengahan mijitnya " perintahku... dan tangannyapun pindah lebih ke tengah dan hampir mencapai meriamku... Sepuluh menit kira-kira telah berlalu dan aku perintahkan lagi " Agak ketengahan lagi ".
Dan kali ini telapak tangannya benar-benar menindih meriamku... dan diapun tetap memijit terus... tapi pijitannya sudah tidak terlalu keras... mungkin capek atau apa aku ngga' jelas... yang aku rasakan cuma nikmat... tanganku aku beranikan mulai mengelus... kalo tadi cuman pura-pura nyenggol sekarang sengaja ngelus dadanya...
Dia diam tidak bereaksi... sampe lama aku makin berani dan aku selusupkan tanganku dalam bajunya.... aku elus permukaan dadanya di atas BHnya dan dia masih diam saja... aku masukkan jari-jarikuku dalam BHnya dan mulai meremas dadanya... mencari putingnya... dan pijitannya mulai berubah menjadi remasan di meriamku... aku ikuti dengan menggoyang pinggulku sehingga pijitannya terasa naik turun di meriamku. Aku lorotkan CDku dengan tangan kanan dan " Coba bantu aku lepas celana ini " kataku. Diapun membantunya... sampe lolos CDku. Aku pegang tangannya dengan tangan kananku dan aku atur supaya dia mengocok meriamku... setelah tangannya menggenggam meriamku aku pegang tangannya dari luar dan aku kocokkan... " Nah gini " lalu aku lepas tangan kananku dan tangan kiriku masih memainkan dadanya... aku coba buka kancingnya dan meloloskan tali BHnya... sekarang BHnya sudah tersingkap dan aku lebih mudah untuk meremasnya... sampe aku sudah ngga' kuat lagi karena nafsuku makin tinggi dan meriamku makin membesar... aku minta dia untuk isep meriamku... " Ampun Den... " katanya menolak... tapi aku tetap maksa... " Ayo isep... tadi khan kamu sudah dapet pelajarannya... kamu khan sudah lihat caranya, sekarang kamu praktekkan " kataku. " Ampun Den... jangan saya takut " blep... selesai ngomong langsung aku benamkan kepalanya dan meriamkupun masuk dalam mulutnya... terus aku ayun kepalanya dengan tanganku supaya maju mundur... akupun duduk di sisi ranjang dan dia ngisep dari depanku sambil tetap duduk di lantai.
Tanganku kini bebas dan mulai melucuti pakaiannya... dia agak meronta ( malu kali... soalnya ada Kiki dalam kamar itu ). Baju dan BHnya sudah terlepas... dan kini dengan kedua tanganku aku mainkan dadanya... Kiki ngga' lama kemudian bangkit dan mulai duduk di sampingnya serta mulai mengelus tengkuknya... membantu memberi rangsangan... seperempat jam kira-kira aku diiesep kaya' gitu... sampe aku udah ngga' tahan lagi ingin melahap tubuhnya yang sekel banget.... akupun berdiri dan aku tuntun tangannya membantu dia untuk berdiri dan aku perintahkan dia untuk rebahan di ranjang... Setengah kita paksa akhirnya pembantu itupun tiduran di ranjang... aku rentangkan pahanya dan langsung aku tindih... tangannya mendorongku dan bilang " Ampun Den... jangan... saya belum pernah beginian... " katanya memelas. " Kamu tadi khan sudah lihat seekarang kamu rasakan... gimana enaknya " kataku setengah marah ( pura-pura galak ) dan kiki mambantu memegang kedua tangannya dari atas kepalanya... sehingga dia hanya bisa gerak kanan kiri... aku tindih abis dia dan aku langsung arahkan meriamku keliang senggamanya. Aku paksakan menekannya agak keras... gagal... aku coba lagi... aku bantu dengan tuntunan tanganku... aku gosokkan meriamku di bibir liangnya... liangnya sedikit basah... karena terangsang tadi saat ngisep dan diremas dadanya... aku paskan kepala meriamku dan aku genggam batangnya lalu dengan tenaga penuh aku dorong pinggulku... masuk sebagian saja kepalanya.... aku tahan dan kembali aku tekan lebih keras lagi... kini masuk sudah setengah batangnya.... aku putar sedikit kanan kiri pinggulku dan aku akhirnya berhasil membobol kegadisannya... diiringi dengan jeritan kesakitannya dan tangisnya... " Aduh..... Den... sakit... udah Den... jangan.... stop Den sakit... " gitu rengeknya... buat aku ibarat desahan rangsangan yang makin meninggikan semangat juangku dan aku tidak menggubrisnya malah aku makin menggila mengayun pinggulku... tanganku memeluk pundaknya dari belakang sehingga benar-benar tidak bisa bergerak dia...
pembantu itu tetap merintih dan minta aku berhenti... sekitar 20 menitan dan aku berhenti... aku cabut meriamku... " Sudah ya Den... " katanya sambil mau keluar... aku langsung menarik lagi lengannya dan aku suruh dia membungkuk di samping ranjang dan Kikipun ambil posisi tiduran di pinggir ranjang dengan mengangkangkan pahanya... aku suruh dia ( pembantu itu ) nungging sambil ngejilatin memek kiki... lalu dari belakang aku embat lagi... aku berpegangan pada pinggulnya dan gerakanku kali ini tidak kalau dasyatnya dengan sebelumnya... Kiki memengangi kepalanya dan mengajarinya ngejilat yang bener.
Aku ngerasa sekali kalo meriamku mentok di dasar liangnya dan sengaja aku kucek abis liangnya... lama juga aku main dengan gaya itu... sesekali tanganku berpindah dari pinggul ke dada... lalu balik pinggul lagi... sampe akirnya tidak ada lagi penolakan terasa... dan ngga' lama kemudian aku merasakan kalo tubuhnya mengejang... rupanya dia sudah mencapai orgasme dan berarti pula dia bisa menikmati...
Dia mulai lemas dan jilatannya pada Kiki kurang berasa... itu tampak dari Kiki yang menggoyang kepala si pembantu makin keras... aku sodok makin keras sehingga secara tidak langsung kepalanya ikut goyang maju mundur dan dia tinggi julurkan lidahnya sudah terasa oleh Kiki... Kiki mulai mengerang... tanda sebentra lagi mo selesai... akupun menggiatkan ayunanku sambil meremas dada si pembantu tadi... aku akhirnya keluar juga... aku semprotkan di dalam liangnya... dan Kiki juga mencapai puncaknya pada saat yang bersamaan denganku. Akupun rebah mendorong si pembantu itu menindih kiki... " He..eek " terdengar dari mulut Kiki.
Tak lama kemudian aku bangkit dan aku lihat si pembantu itu masih kelelahan dan tubuhnya masih menindih Kiki... aku kunci pintu kamar dan aku bawa ke kamar mandi... aku cuci badan dari keringat dan aku lihat darah perawan di antara meriamku. Aku sengaja mengambil kunci terseut takut kalo si pembantu lari keluar... karena aku masih mo nambah lagi malam ini.
Setelah aku selesai cuci aku suruh Kiki dan si pembantu tadi cuci juga... dan aku ajak sekalian tidur bertiga... dan akhirnya kesampaian kami tidur bertiga dan malam itu aku bersama Kiki menghajar habis dalam beberapa kali permainan... sampe si pembantu itu lemas... dan dia bilang " Udah Den... saya mau nglayani Aden main gini... tapi sekarang sudah ngga' kuat badan saya lemes banget Den... "
Pagi sekitar jam 5 dia bangun dan membangunkanku " Den bangun Den... saya mau keluar... nanti temen saya tau kalo saya tidur di sini nanti dibilangin sama neng Sammy... saya takut Den " katanya... lalu aku berikan kunci kamar itu dan diapun keluar kamar... sementara aku tidur lagi dengan memeluk Kiki... kami baru bangun setelah jam 9 pagi. Sebelum aku berangkat ke bandung aku panggil pembantu tadi dan memerintah dia supaya mencuci sprei yang kita pake tadi malem karena ada noda darah di sana... ngga' lupa aku kasih di uang 200 ribu sebagai imbalan atas perawannya. Dia menolak dan aku bilang " Ini buat kamu beli pakaian nanti ". " Ngga' usah Den... saya juga suka kok tadi malem... pertamanya sich takut... tapi enak kok " katanya sambil senyum.
" Nanti pulang dari Bandung ke sini lagi ya Den... sama neng Kiki... nanti kita gitu lagi kaya' semalem " katanya sambil senyum... senyumnya kali ini aku ngga' ngerti maksudnya. Tapi dalam hatiku... wah dia mulai ketagihan.
Jam sebelas kami baru meninggalkan Jakarta dengan sejuta kelelahan... tapi nikmat...
Kak Wenda
Selesai mandi aku keluar ke teras sebentar baca koran sore… Ahhh sambil ngopi ach… lalu aku masuk ke dalam untuk buat kopi, pas lewat kamar Kak Wenda, pintunya setengah terbuka aku lihat dia lagi ngerapiin baju2 abis disetrika. Mulai timbul iseng, aku masuk kamarnya dan aku sapa " Sore ini ada acara ?" sambil tetep nata baju, dia jawab " Ngga’ ada tuh… "Doi lagi pake daster yang lengannya lebar banget jadi dari samping aku bisa lihat toketnya sebegian… lumayan… iseng aku dekati dari belakang…. Sambil bilang "Saya bantuin ya?" dia kaga’ nyaut sambil terus merapikan beberapa pakaian di dekatku.
Saat itu dia memang lagi nunduk, benerin pakean di keranjang itu. Nah, saat sama-sama nunduk itulah.....ntah kenapa pikiran aku tiba- tiba ngeres....." Brengsek aku." bathinku ngeluh. Entah dari mana datangnya, tapi sepertinya aku makin berani... punya aku yang sudah keras itu aku selipin di belahan pantatnya dari belakang...Tapi dianya diam aja....Makin gila. Kontol aku gesekin pelan.
Ada reakasi. Pantatnya yang bulat itu digoyang pelan ke kiri dan ke kanan. Sedangkan aku makin asyik aku goyang ke depan dan kebelakang. Yang lebih asyik lagi, dia masih pake dasternya, bahannya tipis halus, jadi makin serrr…. Dari gesekan punyaku ke belahan pantatnya tepat di memeknya, dia gak pake CD. Oh.... Kenekatan aku makin jadi, aku coba meraih tumpukan daging yang menggantung di dadanya. Pertama aku hanya belai, sampe saat itupun belum ada reakasi dari dia. Aku remas perlahan. Dengan jemari aku permainkan putingnya yang sudah ngeras. ohhhh.....
Posisi kami kini sudah berubah, Kak Wenda berdiri tegak. Tapi aku masih peluk dia dari belakang. Posisi kakinya di kangkang ( posisi membuka ), sementara itu punya aku masih aku gesekin dan tangan aku terus meremas buah dadanya yang sungguh kenyal. Kami sama-sama terdiam.
Tiba-tiba hal yang tak terduga terjadi, reakasi dari dia. Bukan marah, tapi tangannya yang tadinya hanya diam saja, kini mulai meraba punya aku setelah badannya berbalik. Kami saling berhadapan. Meriamku mulai di kocokin sama dia.
"Ugh...."desahku lirih. Enak. dan...." Jos, kamu ko' berani dan kurang ajar seperti ini sama Kakak Iparmu, kalo ketahuan Kakakmu gimana ?!" tanyanya tiba- tiba.
Sementara dia masih menggenggam dan mengocok punyaku.
"Nnn....mmmm......" aku hanya berdehem. Aku sendiri gak tau mo jawab apa.
Meriamku yang dikocok sekarang sudah Kak Wenda alihkan ke selangkangannya. Daster yang Kak Wenda gunakan diangkat dan keliatanlah rambut hitam lebat di daerah sejengkal di bawah pusar. Hitam lebat dan menggoda itu. Kak Wenda menjinjitkan kakinya kemudian kakinya agak dibuka dengan maksud mempermudah mengarahkan punya aku ke memeknya yang ternyata sudah basah itu.
" Gimana ini nanti " pikirku… " Ah masa bodo, enak ini." Aku lalu lari sebentar ke pintu yang masih menganga takut ketauan yang lain… aku rapatkan pintu lalu kembali ke Kak wenda… Aku kira dia akan memasukkan punya aku ke dalam lobang vaginanya. Ternyata tidak, Kak Wenda hanya menempatkan batangan aku di selanya aja. Di sela bibir vaginanya. Berarti petting doang. Oh. Dengan lihainya Kak Wenda mempermainkan gerakan-gerakan yang luar biasa enaknya dengan goyangan pingulnya ke depan dan kebelakang yang sekali sekali digerakkan ke kiri dan ke kanan.
" Oghh...ughy,,,," sekali sekali erangan itu keluar dari desahnya yang kian memburu birahinya. Makin gila. Beberapa waktu kemudian, kira-kira 12 menit bergoyang dan bergesekan seperti itu, vagina Kak Wenda yang makin basah ternyata membuat aku makin larut dalam birahi.
" Ahhh Yos... aku mo keluar...mo keluar.... mo... mooo…aaahhhh " dan saat erangannya yang terakhir gitu aku rasakan punya aku seperti disedot-sedot. Ahhh..ternyata aku juga keluar. Cret Cret cret cret....beberapa kali. Tepat di bibir vaginanya di selangkangannya berceceran sperma.
Tidak berhenti sampe disitu, aku mulai lagi meraba dadanya, meremas. Kemudian wajah aku dekatin tepat ke putingnya. Aku emut, aku isap putingnya, aku gigit pelan...dan Kak Wenda pasrah menikmati nuansa-nuansa birahinya yang mulai bangkit lagi. Tangannya tidak mau kalah, dengan gerakan meremas sambil mengocok punya aku yang sudah lemas itu. Sementara napas aku semakin memburu menahan luapan birahi. Aku lihat Kak Wenda pun berpacu dengan napasnya. Kemudian dia menghetikan semua aktifitasnya.
" Kenapa ?" tanyaku tak kuasa dengan birahi yang menggantung ini. " Tenang saja." kemudian dia berlutut dan tangannya mengarahkan bantangan aku ke mulutnya. Oh....itu rupaya. Punya aku yang masih belepotan dengan sperma diisap dengan penuh napsu. Sekali lagi Gila. Ini untuk pertama kalinya aku melakukan hubungan sex dengan cewek dan dapat patner yang hebat.
"Gila...ugh.. enak..."pikirku. Ternyata kakak iparku ni doyang sex. Adegan ini tidak berlangsung lama. Tiba-tiba aku terhenyak… saat pintu diketok beberapa kali… buruan Kak Wenda teriak " Siapa ? "… " Saya Bu… " terdengar suara Santi sang Baby Sitter…
Kak Wenda selesai merapikan daster yang sempat acak-acakan terus ngloyor ke pintu… sementara aku tiduran aja di ranjangnya…
Saat pitu di buka tampak Santi sedang menggendong Deasy yang sudah mulai bangun dari tidur siangnya. " Sial… baru mo nambah… untung sudah dapet keluar sekali… " gerutuku dalam batin.
Selanjutnya sampe malem ngga’ ada yang menarik untuk diceritain…
During My Job
Anggie namaku, orang bilang aku cantik dengan tinggi 170 cm, berat 55 kg, dan Bra-ku size 36. Usiaku kini 32 tahun, tapi katanya seperti umur 20-an, bagiku itu karunia Tuhan. Kini aku sudah berkeluarga dengan seorang anak yang lucu & manis usianya sudah 3 tahun.Sebelum menikah aku pernah sekolah di Singapore selama 2 tahun, di sana aku punya teman dekat(mungkin pacaran kali, padahal aku sudah punya pacar di kota M) itupun hanya sebatas cium bibir saja. Dari dulu aku pacaran tidak pernah melakukan hal yang lebih selain cium bibir, yang lainnya selalu aku jaga hingga ke jenjang perkimpoian. Selesai sekolah aku kembali ke kota M, setahun kemudian aku menikah dengan teman kuliahku yang sudah 6 tahun bersama-sama, hingga aku lupa dengan teman dekatku di Singapore, tapi aku sempat mengundangnya ternyata ia tak datang. Aku bahagia dengan keluargaku yang kini usia perkimpoian kami meginjak tahun ke-5. Suamiku sangat bangga kepadaku.
"Bunda, kamu tidak hanya cantik tapi sosok istri yang sempurna, wanita karier, pintar masak, dan yang pasti sangat memuaskan di tempat tidur", kata suamiku suatu hari.
"Istri siapa dulu...", jawabku sambil tersenyum.
Memang aku sekarang bekerja di Perusahaan Asing sebagai Marketing Manager yang kadang tugas keluar negeri, tapi aku tidak pernah melupakan kewajibanku sebagai istri, aku selalu berusaha yang terbaik untuk keluargaku.
Pada bulan Februari tahun lalu aku ditugaskan ke Singapore selama 3 hari. Disana aku menginap disalah satu Hotel di Orchard Road. Selepas kerja aku jalan-jalan ingin membeli sesuatu di China Town, waktu aku hendak ke MRT (kereta bawah tanah) aku bertabrakan dengan seorang pria.
"Maaf", katanya. Ingin rasanya aku memarahinya tapi aku malah terkejut karena pria itu adalah teman dekatku dulu.
"Betulkah ini Anggie?", tanya. "Abang Hanif yach?", aku balik tanya. Kami bersalaman, selintas dimatanya kulihat ada kerinduan.
"Abang patah hati mendengar Anggie menikah, tapi apa mau kata, tak apalah, abangpun kini sudah menikah setahun yang lalu", katanya agak lirih.
"Istri abang tak dibawa?", tanyaku.
"Dia tinggal di KL (Kuala Lumpur) tak di sini", jawabnya.
Akhirnya Abang Hanif mengantarkanku jalan-jalan dan kita saling tukar cerita. Pukul 8 malam aku kembali ke hotel. Abang hanya mengantarkanku sampai depan pintu.
"Besok Abang boleh sini?".
"Bolehlah bang, jawabku.
Keesokan harinya selepas pulang kerja aku baru saja selesai mandi dan berpakaian, bunyi ketukan pintu terdengar, ternyata abang benar-benar datang. Kemudian kami ngobrol-ngobrol di sofa sambil nonton televisi. Abang mulai memegang tanganku, gemetar rasanya (seumurku sekarang aku baru berpacaran 2 kali, dengan suamiku dan yang kini kuhadapi).
Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu, seorang pelayan mengantar minuman yang telah aku pesan sebelumnya. Aku berdiri mengambil minumannya.
"Bang, ini minuman kesukaan Abang".
"Oh..., Sayangku (ia dulu selalu memanggilku sayang) kamu masih ingat yach?", tanpa setahuku ia memelukku dari belakang, jantungku berdetak cepat.
"Bang..., bang lepaskan nanti minumannya tumpah, ia mengambil gelas yang aku pegang dan meminumnya sampai habis.
"Haus apa suka", candaku.
"Eehh..., ia malah memelukku erat, mengangkat mukaku, dikecupnya keningku, mataku, kemudian bertemu dibibirku yang mulai bergetar, kami saling berpaut. Oh..., Tuhan apa yang terjadi bisih hatiku.
Selanjutnya ia menggendongku ke tempat tidur di baringkannya, diusap-usap rambutku sambil berkata "Abang sangat merindukanmu..., sayangku", sambil ia kecup keningku yang pada akhirnya kami saling melumat lagi, sebenarnya akupun merindukannya tapi tak bisa terucapkan. Deru nafas kami mulai tak terarah, tangannya mulai menyelusuri tubuhku.
"Bang..., bang..., jangan kita sudah menikah", kataku lirih, tapi ia malah melumat bibirku sehingga aku tak kuasa. Ia memasukkan tangannya kedalam bajuku dan bersinggah di dua bukitku, dibukanya braku, bajuku hanya CD yang tersisa kemudian ia buka sendiri bajunya.
"Yang.., indahnya dadamu", diremas lembut dadaku, dihisapnya putingku, aku bergelinjang kegelian. Ahh..., ahh..., ahh, itu saja yang terucap olehku. Sambil menciumi dadaku tangannya mulai mengusap-usap pahaku, kini CD-ku sudah ditanggalkannya, dan tangannya sudah bersarang di hutan yang lebat, ia mainkan clitku yang mulai basah.
"oohh..., ohh...' oohh aku makin mengerang. Ciumannya perlahan turun ke perutku, turun lagi ke pahaku dijilatnya bergantian sampai akhirnya hutan yang lebat itu ia selusuri, dimainkannya clitku dengan lidahnya, dihisap, dijilat.
"Ooh..., oohh..., ooh, bergetar seluruh tubuhku. Tanganku pun tak ambil diam aku usap-usap senjatanya yang begitu besar dan kokoh, kuurut-urut, "oohh..., ohh..., ia mulai mengerang.
Tanpa kami sadari posisi kami kini 69, kami saling isap, saling jilat, hanya erangan kenikmatan yang kami rasakan. Setelah kami merasa puas, ia baringkan aku, dimasukannya senjatanya itu perlahan-lahan, gerakannya naik-turun membuat kami tak menentu.
"Ohh..., oohh..., ohh bang terus..., bang, aku putar-putar pantatku seirama gerakkannya. oohh..., my girl I am coming.., Abang tak kuasa", katanya. Aku putar badannya sehingga posisiku di atas dan ia terduduk. Kini aku yang naik-turun sambil ia remas dan isap dadaku. "OOhh.., oohh.., oohh..., ayo, augh", gerakan kami kian lama kian mengencang dan akhirnya kami mencapai kenikmatan bersama-sama. "Terima kasih sayangku", sambil ia kecup keningku.
"Kamu adalah wanita yang paling sempurna di mataku", katanya lagi. Tak ada kata yang bisa kuucapkan, aku hanya terdiam lemas.
Keesokan harinya aku balik ke kota M. Abang antar aku ke changi airport, sebelum aku naik pesawat aku bisikkan, "Bang yang kemarin terjadi itu rahasia kita berdua, yach?", ia mengangguk sambil mengecup keningku.
Itulah kejadian setahun yang lalu, aku coba untuk melupakannya yang bagiku pertama dan terakhir, semoga abangpun di sana demikian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar