Kamis, 22 Mei 2008

STORY COLLECTIVE 007

Wawancara tragis

Kita semua mengetahui di daerah Papua sekarang sedang terjadi suatu kegitan yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itulah maka sebuah stasiun televisi swasta mengirim seorang presenternya untuk meliput dari dekat kegiatan dari organisasi Papua Merdeka yang dipimpin oleh seorang Papua yang bernama Weweko. Untuk itu sebagai reporter ditunjuk Ariana Herawati yang dikenal bagus dalam wawancara ditambah telah berpengalaman. Karena ditugaskan oleh Dewan Redakturnya maka Ariana yang saat itu sedang menikmati bulan madunya yang baru 1 bulan tidak dapat mengelak, sedang suaminya memang agak keberatan karena Arie harus bertugas di pedalaman Papua selama 1 minggu. Ia khawatir akan keselamatan istrinya yang baru 1 bulan dinikahinya, namun karena tidak ingin menghambat karir istrinya dengan terpaksa Dono mengijinkannya.

Kita semua mengetahui di daerah Papua sekarang sedang terjadi suatu kegitan yang ingin memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Untuk itulah maka sebuah stasiun televisi swasta mengirim seorang presenternya untuk meliput dari dekat kegiatan dari organisasi Papua Merdeka yang dipimpin oleh seorang Papua yang bernama Weweko. Untuk itu sebagai reporter ditunjuk Ariana Herawati yang dikenal bagus dalam wawancara ditambah telah berpengalaman. Karena ditugaskan oleh Dewan Redakturnya maka Ariana yang saat itu sedang menikmati bulan madunya yang baru 1 bulan tidak dapat mengelak, sedang suaminya memang agak keberatan karena Arie harus bertugas di pedalaman Papua selama 1 minggu. Ia khawatir akan keselamatan istrinya yang baru 1 bulan dinikahinya, namun karena tidak ingin menghambat karir istrinya dengan terpaksa Dono mengijinkannya.
Setibanya di bandara Timika Papua, Ari dijemput oleh rekan krunya. Dari bandara mereka langsung menuju hotel dan mempersiapkan peralatan yang akan mereka bawa. Dari hotel, keesokan harinya rekan Ariana dijemput dengan sebuah mobil dan langsung berangkat ke tempat yang telah mereka rencanakan. Rombongan tersebut terdiri dari 1 orang kru kantor, dan satu orang lagi penunjuk jalan ditambah dengan Ariana sendiri.
Setibanya di tempat tujuan, kru tersebut harus menyeberangi sungai yang amat deras dan dalam mempergunakan sebuah perahu. Ketika sampai di seberang sungai mereka harus berjalan kaki lagi selama 5 jam dari tempat itu, perjalanan itu melewati hutan pedalaman yang amat besar. Di tempat yang telah disepakati dengan OPM tersebut mereka menunggu dengan sangat khawatir sebab mereka telah terlebih dahulu tiba. Kurang lebih 1 jam menunggu, para OPM tersebut datang dengan pasukannya lengkap. Di dalam gubuk yang telah disediakan, Ariana diperkenalkan dengan Weweko yang memimpin pasukan pemberontak tersebut, namun mereka terlebih dahulu digeledah peralatannya tidak terkecuali pakaian Ariana mereka geledah. Ini adalah tahap pertama Ariana mengalami pelecehan sexual dengan nakal. Para tentara OPM menggerayangi pakaian dan anggota tubuhnya dengan kasar. Hal ini membuat Ariana agak sedikit takut dan menyalahkan dirinya sendiri yang ia akui hanya ia sendiri yang wanita dalam rombonggan itu. Ariana agak bergidik ketakutan jika melihat sorot mata Weweko, sebab saat bersalaman tadi mata Weweko tidak jauh dari memandang daerah sensitif tubuhnya, ditambah para pengawal yang sangat sadis kelihatannya.
setelah wawancara dilalukan selama 1 jam, teman-teman Ariana disuruh pulang ke tempat semula dengan mata ditutup tidak terkecuali Ariana. Sambil senjata ditodongkan ke arahnya para teman Ariana bergerak keluar daerah pertemuan. Ariana dibawa ke dalam hutan tanpa sepengetahuannya karena matanya ditutup. Di dalam hutan belantara itu Weweko menggiring Ariana sampai di tendanya yang dikawal ratusan pasukan OPM. Sebagai pimpinan ia amat berkuasa dan ditakuti anak buahnya. Setibanya di tenda, Weweko memerintahkan anak buahnya untuk membuka penutup mata Ariana. Dengan kaget bercampur takut Ariana bertanya mengenai teman-temannya namun dengan santai Weweko mengatakan bahwa Ariana akan mereka tawan sebagai sandera, Ariana sadar bahwa ia telah masuk ke dalam jebakan Weweko dengan terpisahnya ia dari temannya.
"Mau diapakan saya!" tanya Ariana galak. Ariana berteriak keras.Dengan senyum menakutkan, Weweko berkata, "Sebaiknya nona diam dan menuruti kemauan saya... sekarang kamu adalah milik saya dan saya berkuasa atas diri nona. Tidak seorangpun mampu membebaskan nona dari hutan papua ini.""Sudah lama saya tidak mencicipi tubuh wanita apalagi secantik nona... Apakah nona mau jadi istri saya?" kata Weweko kemudian.Ariana bergidik ngeri. Ia tidak bisa membayangkan kebuasan pria Papua ini dalam bercinta. Jika ia diperkosa sudah pasti ia tidak dapat melepaskan diri. Ia hanya diam dan memandang sosok Weweko yang tinggi, hitam, bau dan menjijikan nalurinya. Ia terbayang bagaimana buasnya Weweko menggagahinya jika itu terjadi. Ia masih ingat pesan suaminya, namun nasi telah menjadi bubur, ia telah jatuh ke tangan OPM. Ariana hanya diam duduk dalam keremangan malam yang dingin di dalam tenda yang hanya beralaskan bulu hariamau. Sementara di luar tenda ia melihat para pengawal Weweko dan Weweko sedang berpesta pora dengan menikmati daging babi panggang dan meminum arak. Mereka bernyanyi sepuasnya. Berbeda dengan Ariana, di dalam tenda ia hanya diam dan merasakan dinginnya malam di hutan Papua yang terkenal ganas dan dingin itu. Sesaat kemudian datanglah Weweko membawa makanan untuk Ariana juga minuman untuk menghangatkan badan, namun Ariana hanya memakan sedikit daging ikan. Ia tidak menyukai daging babi, ia tidak terbiasa makan babi, namun atas paksaan Weweko ia akhirnya memakannya juga. Ia juga meminum arak sedikit supaya badannya hangat. Sedang ia dari tadi merasakan dinginnya hutan Papua sampai ketulangnya dan membuat Ariana menggigil.
Dengan mata berbinar, Weweko mendekati Ariana dan berusaha memegang dagunya, namun dikibaskan oleh Ariana. Saat itu, Weweko hanya memakai Koteka dan muka dicat seperti pakaian tradisional Papua, sedang di bagian vitalnya yang panjang hanya ditutupi penutup seadanya, seakan ia akan mengadakan hubungan sexual."Jangan marah manis?" Weweko berujar."Alangkah asyiknya jika malam yang dingin ini kita berbagi kehangatan dan saling memberi kemesraan." katanya."Cis!" Ariana meludah."Tidak sudi aku bermesraan dengan kamu, biadap!" katanya.Dengan senyum simpul sambil menjilat ludah yang dibuang Ariana tadi, Weweko berusaha memeluk dan menaklukan Ariana. Bau tubuh Weweko membuat Ariana ingin muntah, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan.
Di dalam tenda itu hanya ada ia dan Weweko. Dengan paksa Weweko membuka baju kemeja Ariana dengan robekan di dadanya sehingga tersembul dada montok yang putih tertutup BH. Ini membuat Weweko semakin berusaha untuk menaklukan Ariana. Dengan tangannya Ariana memalangkan tangannya pada dada yang terbuka itu. Payudara yang montok itu tidak bisa ditutupi seluruhnya. Sambil memegang tangan dan memeluknya, Ariana akhirnya menyerah dalam pelukan Weweko. Tidak ada yang terucap dari bibirnya, ia hanya diam, pasrah menanti apa yang akan terjadi. Dengan sekali sentak Ariana ditelentangkan di atas bulu alas tenda itu. Kesempatan ini tidak disia-siakan Weweko ia terus menjelajahi dada dan bibir Ariana dengan buas. Inchi demi inchi tidak luput dari perhatian Weweko ia terus memburu setiap sudut di tubuh Ariana. Saat itu BH Ariana telah tanggal dari tempatnya. Dengan tangannya, Weweko berusaha memilin dan menggigit ujung dari susu Ariana, membuat Ariana hanya menutup matanya, ia tidak sanggup melihat apa yang dikerjakan Weweko atas tubuhnya. Secara naluri seks, birahinya mulai bangkit ditambah udara malam yang begitu dingin.
Sejurus kemudian, celana jeans Ariana dibuka Weweko dan terpampanglah batang paha mulus yang di tengahnya ditutupi segitiga pengaman berwarna merah. Langsung saja tangan Weweko menggusur CD Ariana itu dan dengan jari-jarinya yang besar dan kasar, ia masukkan ke dalam lubang kewanitaan Ariana. Sementara itu mulut Weweko tidak beranjak dari dada Ariana. Dengan naluri binatangnya Weweko melebarkan kaki Ariana dan terkuaklah belahan kewanitaan Ariana yang ditumbuhi bulu dengan daging kecil di belahan itu. Goa itu mulai basah oleh tingkah laku jari tangan Weweko, dan tidak lama kemudian dengan lidahnya Weweko mejilat daging kecil itu selama 15 menit. Secara tiba-tiba mulut Weweko disemprot oleh air mani Ariana dan tertelan oleh Weweko. Inilah saat bagi pria Papua yang ditunggu-tunggu. Apabila sampai menelan air mani wanita maka ia akan menambah keperkasaannya. Dengan merubah posisi, Weweko membuka penutup batang kemaluannya yang terbuat dari tumbuhan itu maka terlihatlah kelaminnya yang panjang dan besar tersebut. Ia bersiap-siap untuk memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulut Ariana, namun Ariana yang sudah orgasme harus ia ransang dulu dengan memilin payudara dan mengorek-ngorek isi lubang kemaluannya dulu.Tidak lama kemudian, Ariana telah teransang, barulah Weweko memasukan batang kemaluannya ke dalam lubang kemaluan sempit itu."Nona harus mencoba punya saya, jangan coba curang, ya?" kata Weweko dengan kasar.Ariana yang sudah tidak mengerti dengan keadaan dirinya hanya menurut dan seluruh batang kemaluan Weweko telah masuk kedalam mulutnya dan mencoca menjilatnya dengan gerakan maju mundur. Tidak kurang dari 14 menit, barulah Weweko menyemprotkan maninya ke mulut Ariana. Ariana diharuskan menelannya karena sesuai kepercayaan Papua, apabila seorang wanita telah menelan mani prianya, maka wanita itu akan sulit melepaskan diri dari pria Papua yang menyenggamainya. Beberapa saat setelah Weweko berusaha kembali merubah arah dan posisi mereka, yang saat itu telah berhadap-hadapan dengan tubuh penuh keringat, kedua insan dua ras tersebut berusaha menyudahi perjalanan kenikmatan ragawinya pada tahap akhir.
Dengan terlebih dahulu Weweko memegang kendali, Weweko memancing birahi Ariana. Ariana teransang dan penetrasi tahap akhir akan dilakukan. Dengan menelentangkan tubuh Ariana di atas bulu itu, kedua paha Ariana ia buka dan di pinggulnya Weweko meletakan buntalannya sehingga terlihat isi kemaluan Ariana. Kedua kaki Ariana diangkat ke bahu Weweko yang bidang. Saat itu batang kemaluan Weweko tegak menghadap ke lubang kemaluan Ariana yang dengan supernya ingin mengaduk-aduk isi lubang kemaluan Ariana. Beberapa saat kemudian, dengan sedikit paksa, batang kemaluan Weweko masuk sebagian ke dalam lubang kemaluan itu. Beberapa saat kemudian, ia tembakkan langsung dengan ganas, memaju-mundurkan batang kemaluannya di dalam lubang kemaluan itu. Ariana sempat kesakitan dan air matanya keluar, namun mulutnya telah ditutupi oleh bibir Weweko. Sementara itu tangan Weweko memegang pantat Ariana supaya selama ia bergerak tidak terlepas. Ia khawatir Ariana akan mengeluarkan batang kemaluannya dari lubang kemaluannya saat Ariana kesakitan. Ariana hanya dapat memegang tangan dan bahu Weweko hingga berdarah tercakar sebab Ariana amat kesakitan akibat gerakan dan gesekan batang kemaluan Weweko mengaduk-aduk lubang kemaluannya. Akhirnya Ariana pingsan beberapa saat dan pada saat ia mulai sadar kembali, Weweko melakukan aktifitasnya yang tertunda tadi, kurang lebih 20 menit, ia menggenjot batang kemaluannya keluar masuk lubang kemaluan sempit itu.
Akhirnya ia melepaskan air maninya di dalam lubang kemaluan Ariana sebanyak-banyaknya. Ia tidak memperdulikan kesakitan bagi Ariana. Yang ada pada dirinya adalah agar kepuasanya terpenuhi karena ia sudah berbulan bulan tidak merasakan tubuh wanita.
Sampai pada pagi harinya, Weweko terus berusaha memuaskan nafsunya kepada tubuh Ariana yang tidak berdaya itu beberapa kali. Sampai pada akhirnya, pada saat pelariannya, Weweko selalu mengikut-sertakan Ariana di dalam hutan Papua itu, ia menganggap Ariana adalah istrinya dan Ariana harus mau mengikuti kemauannya baik itu dalam hubungan seksual maupun dalam masalah pelariannya.













Vagina Guruku Nikmat Sekali

Ini pengalaman kencan seksku sebelum aku mengenal internet. Kejadian ini tepatnya ketika aku masih duduk du bangku SMA. Sedang teman kencanku adalah seorang guru seni lukis di SMA-ku yang masih terbilang baru dan masih lajang. Saat itu umurku masih mengijak 19-20 tahun. Sedang guru lukisku itu adalah guru wanita paling muda, baru 25 tahun. Semula aku memanggilnya Bu Guru, layaknya seorang murid kepada gurunya. Tapi semenjak kami akrab dan dia mengajariku making love, lama-lama aku memanggilnya dengan sebutan Mbak. Tepatnya, Mbak Yani. Mau tahu ceritanya?

Sore itu ada seorang anak kecil datang mencari ke rumah. Aku
diminta datang ke rumah Mbak Yani, tetangga kampungku, untuk memperbaiki jaringan listrik rumahnya yang rusak.
"Cepat ya, Mas. Sudah ditunggu Mbak Yani," ujar anak SD
tetangga Mbak Yani.


Dalam hati, aku sangat girang. Betapa tidak, guru seni lukis
itu rupanya makin lengket denganku. Aku sendiri tak tahu,
kenapa dia sering minta tolong untuk memperbaiki peralatan
rumah tangganya. Yang jelas, semenjak dia mengajaku melukis pergi ke lereng gunung dan making love di semak-semak hutan, Mbak Yani makin sering mengajakku pergi. Dan sore ini dia memintaku datang ke rumahnya lagi.

Tanpa banyak pikir aku langsung berangkat dengan mengendarai sepeda motor. Maklum, rumahnya terbilang cukup jauh, sekitar 5km dari rumahku. Setibanya di rumah Mbak Yani, suasana sepi.
Keluarganya tampaknya sedang pergi.Betul, ketika aku mengetuk pintu, hanya Mbak Yani yang tampak.
"Ayo, cepet masuk. Semua keluargaku sedang pergi menghadiri acara hajatan saudar di luar kota," sambut Mbak Yani sambil menggandeng tangganku.
Darahku mendesir ketika membuntuti langkah Mbak Yani. Betapa tidak, pakaian yang dikenakan luar biasa sexy, hanya sejenis daster pendek hingga tonjolan payudara dan pahanya terasa menggoda.

"Anu, Bud... Listrik rumahku mati melulu. Mungkin ada ada
kabel yang konslet. Tolong betulin, ya... Kau tak keberatan
kan?" pinta Mbak Yani kemudian.
Tanpa banyak basa-basi Mbak Yani menggandengku masuk ke ruang tengah, kemudian masuk ke sebuah kamar.
"Nah saya curiga jaringan di kamar ini yang rusak. Buruan kau
teliti ya. Nanti keburu mahrib."

Aku hanya menuruti segala permintaannya. Setelah merunutu
jaringan kabel, akhirnya aku memutusukan untuk memanjat atap kamar melalui ranjang. Tapi aku tidak tahu persis, kamar itu tempat tidur siapa. Yang jelas, aku sangat yakin itu bukan
kamarnya bapak-ibunya. Celakanya, ketika aku menelusuri
kabel-kabel, aku belum menemukan kabel yang lecet. Semuanya beres. Kemudian aku pindah ke kamar sebelah. aku juga tak bisa menemukan kabel yang lecet. Kemudian pindah ke kamar lain lagi, sampai akhirnya aku harus meneliti kamar tidur Mbak Yani sendiri, sebuah kamar yang dipenuhi dengan aneka lukisan sensual. Celakanya lagi, ketika hari telah gelap, aku belum bisa menemukan kabel yang rusak. Akibatnya, rumah Mbak Yani tetap gelap total. Dan aku hanya mengandalkan bantuan sebuah senter serta lilin kecil yang dinyalakan Mbak Yani.

Lebih celaka lagi, tiba-tiba hujan deras mengguyur seantero
kota. Tidak-bisa tidak, aku harus berhenti. Maunya aku ingin
melanjutkan pekerjaan itu besok pagi.
"Wah, maaf Mbak aku tak bisa menemukan kabel yang rusak. Ku pikir, kabel bagian puncak atap rumah yang kurang beres. Jadi besok aku harus bawa tangga khusus," jelasku sambil melangkah keluar kamar.
"Yah, tak apa-apa. Tapi sorry yah. Aku.... merepotkanmu,"
balas Mbak Yanti.
"Itu es tehnya diminum dulu."

Sementara menunggu hujan reda, kami berdua berakap-cakap
berdua di ruang tengah. Cukup banyak cerita-cerita masalah
pribadi yang kami tukar, termasuk hubunganku dengan Mbak Yani selama ini. Mbak Yani juga tidak ketinggalan menanyakan soal puisi indah tulisannya yang dia kirimkan padaku lewat kado ulang tahunku beberapa bulan lalu.

Entah bagiamana awalnya, tahu-tahu nada percakapan kami
berubah mesra dan menjurus ke arah yang menggairahkan jiwa. Bahkan, Mbak Yani tak segan-segan membelai wajahku, mengelu telingkau dan sebagianya. Tak sadar, tubuh kami berdua jadi berhimpitan hingga menimbulkan rangsangan yang cukup berarti untukku. Apalagi setelah dadaku menempel erat pada payudaranya yang berukuran tidak begitu besar namun bentuknya indah dan kencang. Dan tak ayal lagi, penisku pun mulai berdiri mengencang. Aku tak sadar, bahwa aku sudah terangsang oleh guru sekolahku sendiri! Namun hawa nafsu birahi yang mulai melandaku sepertinya mengalahkan akal sehatku. Mbak Yani sendiri juga tampaknya memiliki pikiran yang sama saja. Ia tidak henti-hentinya mengulumi bibirku dengan nafsunya.

Akhirnya, nafsuku sudah tak tertahankan lagi. Sementara
bibirku dan Mbak Yani masih tetap saling memagut, tanganku
mulai menggerayangi tubuh guru sekolahku itu. Kujamah gundukan daging kembar yang menghiasi dengan indahnya dada Mbak Yani yang masih berpakaian lengkap. Dengan segera kuremas-remas bagian tubuh yang sensitif tersebut.

"Aaah... Budi... aah..." Mbak Yani mulai melenguh kenikmatan.
Bibirnya masih tetap melahap bibirku.

Mengetahui Mbak Yani tidak menghalangiku, aku semakin berani. Remasan-remasan tanganku pada payudaranya semakin menjadi-jadi. Sungguh suatu kenikmatan yang baru pertama kali kualami meremas-remas benda kembar indah nan kenyal milik guru sekolahku itu. Melalui kain blus yang dikenakan Mbak Yani kuusap-usap ujung payudaranya yang begitu menggiurkan itu. Tubuh Mbak Yani mulai bergerak menggelinjang.

"Uuuuhhh... Mbak....." Aku mendesah saat merasakan ada jamahan yang mendarat di selangkanganku. Penisku pun bertambah menegang akibat sentuhan tangan Mbak Yani ini, membuatku bagian selangkangan celana panjangku tampak begitu menonjol.
Mbak Yani juga merasakannya, membuatnya semakin bernafsu
meremas-remas penisku itu dari balik celana panjangku. Nafsu
birahi yang menggelora nampaknya semakin menenggelamkan kami berdua, sehingga membuat kami melupakan hubungan kami sebagai guru-murid.

"Aaauuhh... Bud... uuuh....." Mbak Yani mendesis-desis dengan
desahannya karena remasan-remasan tanganku di payudaranya bukannya berhenti, malah semakin merajalela. Matanya terpejam merasa kenikmatan yang begitu menghebat.

Tanganku mulai membuka satu persatu kancing blus Mbak Yani dari yang paling atas hingga kancing terakhir. Lalu Mbak Yani sendiri yang menanggalkan blus yang dikenakannya itu. Aku terpana sesaat melihat tubuh guru sekolahku itu yang putih dan mulus dengan payudaranya yang membulat dan bertengger dengan begitu indahnya di dadanya yang masih tertutup beha katun berwarna krem kekuningan. Tetapi aku segera tersadar, bahwa pemandangan amboi di hadapannya itu memang tersedia untukku, terlepas itu milik guru sekolahku sendiri.

Tidak ingin membuang-buang waktu, bibirku berhenti menciumi
bibir Mbak Yani dan mulai bergerak ke bawah. Kucium dan
kujilati leher jenjang Mbak Yani, membuatnya
menggelinjal-gelinjal sambil merintih kecil. Sementara itu,
tanganku kuselipkan ke balik beha Mbak Yani sehingga
menungkupi seluruh permukaan payudara sebelah kanannya. Puting susunya yang tinggi dan mulai mengeras begitu menggelitik telapak tanganku. Segera kuelus-elus puting susu yang indah itu dengan telapak tanganku. Kepala Mbak Yani tersentak menghadap ke atas sambil memejamkan matanya. Tidak puas dengan itu, ibu jari dan telunjukku memilin-milin puting susu Mbak Yani yang langsung saja menjadi sangat keras. Memang baru kali ini aku menggeluti tubuh indah seorang wanita. Namun memang insting kelelakianku membuatku seakan-akan sudah mahir melakukannya.

"Iiiihh..... auuuhhh..... aaahhh....." Mbak Yani tidak dapat
menahan desahan-desahan nafsunya. Segala gelitikan
jari-jemariku yang dirasakan oleh payudara dan puting susunya
dengan bertubi-tubi, membuat nafsu birahinya semakin
membulak-bulak.

Kupegang tali pengikat beha Mbak Yani lalu kuturunkan ke
bawah. Kemudian beha itu kupelorotkan ke bawah sampai ke perut Mbak Yani. Puting susu Mbak Yani yang sudah begitu mengeras itu langsung mencelat dan mencuat dengan indahnya di depanku. Aku langsung saja melahap puting susu yang sangat menggiurkan itu. Kusedot-sedot puting susu Mbak Yani. Kuingat masa kecilku dulu saat masih menyusu pada payudara ibuku. Bedanya, tentu saja payudara guru sekolahku ini belum dapat mengeluarkan air susu. Mbak Yani menggeliat-geliat akibat rasa nikmat yang begitu melanda kalbunya. Lidahku dengan mahirnya tak ayal menggelitiki puting susunya sehingga pentil yang sensitif itu melenting ke kiri dan ke kanan terkena hajaran lidahku.

"Oooh.... Buuuuuuuud" desahan Mbak Yani semakin lama bertambah keras. Untung saja rumahnya sedang sepi dan letaknya memang agak berjauhan dari rumah yang paling dekat, sehingga tidak mungkin ada orang yang mendengarnya.

Belum puas dengan payudara dan puting susu Mbak Yani yang
sebelah kiri, yang sudah basah berlumuran air liurku, mulutku
kini pindah merambah bukit membusung sebelah kanan. Apa yang kuperbuat pada belahan indah sebelah kiri tadi, uperbuat pula pada yang sebelah kanan ini. Payudara sebelah kanan milik guru sekolahku yang membulat indah itu tak luput menerima jelajahan mulutku dengan lidahnya yang bergerak-gerak dengan mahirnya. Kukulum ujung payudara Mbak Yani. Lalu kujilati dan kugelitiki puting susunya yang tinggi. Puting susu itu juga sama melenting ke kiri dan ke kanan, seperti halnya puting susu payudaranya yang sebelah kiri tadi. Mbak Yani pun semakin merintih-rintih karena merasakan geli dan nikmat yang menjadi-jadi berbaur menjadi satu padu. Seperti tengah minum soft drink dengan memakai sedotan plastik, kuseruput puting susu guru sekolahku itu.

"Buuuddd..... Aaaahhhhh....." Mbak Yani menjerit panjang.

Lidahku tetap tak henti-hentinya menjilati puting susu Mbak
Yani yang sudah demikian kerasnya. Sementara itu tanganku
mulai bergerak ke arah bawah. Kubuka retsleting celana jeans
yang Mbak Yani kenakan. Kemudian dengan sedikit dibantunya
sambil tetap merem-melek, kutanggalkan celana jeans itu ke
bawah hingga ke mata kaki. Tubuh bagian bawah Mbak Yani
sekarang hanya dilindungi oleh selembar celana dalam dengan
bahan dan warna yang seragam dengan behanya. Meskipun begitu, tetap dapat kulihat warna kehitaman samar-samar di bagian selangkangannya.

Ditunjang oleh nafsu birahi yang semakin menjulang tinggi,
tanpa berpikir panjang lagi, kulepas pula kain satu-satunya
yang masih menutupi tubuh Mbak Yani yang memang sintal itu.
Dan akhirnya tubuh mulus guru sekolahku itu pun terhampar
bugil di depanku, siap untuk kunikmati.

Tak ayal, jari tengahku mulai menjamah bibir vagina Mbak Yani
di selangkangannya yang sudah mulai ditumbuhi bulu-bulu tipis
kehitaman walaupun belum begitu banyak. Kutelusuri sekujur
permukaan bibir vagina itu secara melingkar berulang-ulang
dengan lembutnya. Tubuh Mbak Yani yang masih terduduk di sofa melengkung ke atas dibuatnya, sehingga payudaranya semakin membusung menjulang tinggi, yang masih tetap dilahap oleh mulut dan bibirku dengan tanpa henti.

"Oooohhh..... Budddyyyy..... Iiiihhh..... Buuud.....!"

Jari tengahku itu berhenti pada gundukan daging kecil berwarna
kemerahan yang terletak di bibir vagina Mbak Yani yang mulai
dibasahi cairan-cairan bening. Mula-mula kuusap-usap daging
kecil yang bernama klitoris ini dengan perlahan-lahan.
Lama-kelamaan kunaikkan temponya, sehingga usapan-usapan tersebut sekarang sudah menjadi gelitikan, bahkan tak lama kemudian bertambah lagi intensitasnya menjadi sentilan. Klitoris Mbak Yani yang bertambah merah akibat sentuhan jariku yang bagaikan sudah profesional, membuat tubuh pemiliknya itu semakin menggelinjal-gelinjal tak tentu arahnya.

Melihat Mbak Yani yang tampak semakin merangsang, aku menambah kecepatan gelitikanku pada klitorisnya. Dan akibatnya, klitoris Mbak Yani mulai membengkak. Sementara vaginanya pun semakin dibanjiri oleh cairan-cairan kenikmatan yang terus mengalir dari dalam lubang keramat yang masih sempit itu.

Puas menjelajahi klitoris Mbak Yani, jari tengahku mulai
merangsek masuk perlahan-lahan ke dalam vagina guru sekolahku itu. Setahap demi setahap kumasukkan jariku ke dalam vaginanya. Mula-mula sebatas ruas jari yang pertama. Dengan susah payah memang, sebab vagina Mbak Yani memang masih teramat sempit. Kemudian perlahan-lahan jariku kutusukkan lebih dalam lagi. Pada saat setengah jariku sudah amblas ke dalam vagina Mbak Yani, terasa ada hambatan. Seperti adanya selaput yang cukup lentur.

"Aiiihh... Bud..." Mbak Yani merintih kecil seraya meringis
seperti menahan rasa sakit. Saat itu juga, aku langsung sadar,
bahwa yang menghambat penetrasi jari tengahku ke dalam vagina Mbak Yani adalah selaput daranya yang masih utuh. Ternyata guru sekolahku satu-satunya itu masih perawan. Baru aku tahu, ternyata sebandel-bandelnya Mbak Yani, ternyata guru sekolahku itu masih sanggup memelihara kehormatannya. Aku sedikit salut padanya. Dan untuk menghargainya, aku memutuskan tidak akan
melanjutkan perbuatanku itu.

"Bud..... Kok distop....." tanya Mbak Yani dengan nafas
terengah-engah.

"Mbak, Mbak kan masih perawan. Nanti kalo aku terusin kan Mbak
bisa....."

Mbak Yani malah menjulurkan tangannya menggapai
selangkanganku. Begitu tangannya menyentuh ujung penisku yang masih ada di dalam celana pendek yang kupakai, penisku yang tadinya sudah mengecil, sontak langsung bergerak mengeras kembali. Ternyata sentuhan lembut tangannya itu berhasil membuatku terangsang kembali, membuatku tidak dapat membantah apapun lagi, bahkan aku seperti melupakan apa-apa yang kukatakan barusan.

Dengan secepat kilat, Mbak Yani memegang kolor celana pendekku itu, lalu dengan sigap pula celanaku itu dilucutinya sebatas lutut. Yang tersisa hanya celana dalamku. Mata Mbak Yani tampak berbinar-binar menyaksikan onggokan yang cukup besar di selangkanganku. Diremas-remasnya penisku dengan tangannya, membuat penisku itu semakin bertambah keras dan bertambah panjang. Kutaksir panjangnya sekarang sudah bertambah dua kali lipat semula. Bukan main! Semua ini akibat rangsangan yang kuterima dari guru sekolahku itu sedemikian hebatnya.

"Mbak..... aku buka dulu ya," tanyaku sambil menanggalkan
celana dalamku.

Penisku yang sudah begitu tegangnya seperti meloncat keluar
begitu penutupnya terlepas.

"Aw!" Mbak Yani menjerit kaget melihat penisku yang begitu
menjulang dan siap tempur. Namun kemudian ia meraih penisku itu dan perlahan-lahan ia menggosok-gosok batang 'meriam'-ku itu, sehingga membuat otot-otot yang mengitarinya bertambah jelas kelihatan dan batang penisku itu pun menjadi laksana tonggak yang kokoh dan siap menghujam siapa saja yang menghalanginya. Kemudian Mbak Yani menarik penisku dan membimbingnya menuju selangkangannya sendiri. Diarahkannya penisku itu tepat ke arah lubang vaginanya.

Sekilas, aku seperti sadar. Astaga! Mbak Yani kan guru
sekolahku sendiri! Apa jadinya nanti jika aku sampai
menyetubuhinya? Apa kata orang-orang nanti mengetahui aku
berhubungan seks dengan guru sekolahku sendiri?

Akhirnya aku memutuskan tidak akan melakukan penetrasi lebih jauh ke dalam vagina Mbak Yani. Kutempelkan ujung penisku ke bibir vagina Mbak Yani, lalu kuputar-putar mengelilingi bibir gua tersebut. Mbak Yani menggerinjal-gerinjal merasakan sensasi yang demikian hebatnya serta tidak ada duanya di dunia ini.

"Aaahhh..... uuuhhhh....." Mbak Yani mendesah-desah dengan
Yanirnya sewaktu aku sengaja menyentuhkan penisku pada
klitorisnya yang kemerahan dan kini kembali membengkak.
Sementara bibirku masih belum puas-puasnya berpetualang di
payudara Mbak Yani itu dengan puting susunya yang
menggairahkan. Terlihat payudara guru sekolahku itu dan daerah sekitarnya basah kuyup terkena jilatan dan lumatanku yang begitu menggila, sehingga tampak mengkilap.

Aku perlahan-lahan mulai memasukkan batang penisku ke dalam lubang vagina Mbak Yani. Sengaja aku tidak mau langsung menusukkannya. Sebab jika sampai kebablasan, bukan tidak mungkin dapat mengoyak selaput daranya. Aku tidak mau melakukan perbuatan itu, sebab bagaimanapun juga Mbak Yani adalah guru sekolahku, darah dagingku sendiri!

Mbak Yani mengejan ketika kusodokkan penisku lebih dalam lagi ke dalam vaginanya. Sewaktu kira-kira penisku amblas hampir setengahnya, ujung "tonggak"-ku itu ternyata telah tertahan oleh selaput dara Mbak Yani, sehingga membuatku menghentikan hujaman penisku itu. Segera saja kutarik penisku perlahan-lahan dari Yaning surgawi milik guru sekolahku itu. Gesekan-gesekan yang terjadi antara batang penisku dengan dinding lorong vagina Mbak Yani membuatku meringis-ringis menahan rasa nikmat yang yang tak terhingga. Baru kali ini aku merasakan sensasi seperti ini. Lalu, kembali kutusukkan penisku ke dalam vagina Mbak Yani sampai sebatas selaput daranya lagi dan kutarik lagi sampai hampir keluar seluruhnya.


Begitu terus kulakukan berulang-ulang memasukkan dan
mengeluarkan setengah batang penisku ke dalam vagina Mbak
Yani. Dan temponya pun semakin lama semakin kupercepat.
Gesekan-gesekan batang penisku dengan Yaning vagina Mbak Yani semakin menggila. Rasanya tidak ada lagi di dunia ini yang dapat menandingi kenikmatan yang sedang kurasakan dalam permainan cintaku dengan guru sekolahku sendiri ini.
Kenikmatan yang pertama dengan kenikmatan berikutnya,
disambung dengan kenikmatan selanjutnya lagi, saling
susul-menyusul tanpa henti.

Tampaknya setan mulai merajalela di otakku seiring dengan
intensitas gesekan-gesekan yang terjadi di dalam vagina Mbak
Yani yang semakin tinggi. Kenikmatan tiada taranya yang serasa tidak kesudahan, bahkan semakin menjadi-jadi membuat aku dan Mbak Yani menjadi lupa segala-galanya. Aku pun melupakan semua komitmenku tadi.

Dalam suatu kali saat penisku tengah menyodok vagina Mbak
Yani, aku tidak menghentikan hujamanku itu sebatas selaput
daranya seperti biasa, namun malah meneruskannya dengan cukup keras dan cepat, sehingga batang penisku amblas seluruhnya dalam vagina Mbak Yani. Vaginanya yang amat sempit itu berdenyut-denyut menjepit batang penisku yang tenggelam sepenuhnya.

"Aaaauuuuwwww....." Mbak Yani menjerit cukup keras kesakitan.
Tetapi aku tidak menghiraukannya. Sebaliknya aku semakin
bernafsu untuk memompa penisku itu semakin dalam dan semakin cepat lagi penetrasi di dalam vagina Mbak Yani. Tampaknya rasa sakit yang dialami guru sekolahku itu tidak membuat aku mengurungkan perbuatan setanku. Bahkan genjotan penisku ke dalam lubang vaginanya semakin menggila. Kurasakan, semakin cepat aku memompa penisku, semakin hebat pula gesekan-gesekan yang terjadi antara batang penisku itu dengan dinding vagina Mbak Yani, dan semakin tiada tandingannya kenikmatan yang
kurasakan.

Hujaman-hujaman penisku ke dalam vagina Mbak Yani
terus-menerus terjadi sambung-menyambung. Bahkan tambah lama bertambah tinggi temponya. Mbak Yani tidak sanggup berbuat apa-apa lagi kecuali hanya menjerit-jerit tidak karuan.
Rupa-rupanya setan telah menguasai jiwa kami berdua, sehingga kami terhanyut dalam perbuatan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh dua guru dan murid.

"Aaaah..... Budi..... aaahhh....." Mbak Yani menjerit panjang.
Tampaknya ia sudah seakan-akan terbang melayang sampai langit ketujuh. Matanya terpejam sementara tubuhnya bergetar dan menggelinjang keras. Peluh mulai membasahi tubuh kami berdua. Kutahu, guru sekolahku itu sudah hampir mencapai orgasme. Namun aku tidak mempedulikannya. Aku sendiri belum merasakan apa-apa. Dan lenguhan serta jeritan Mbak Yani semakin membuat tusukan-tusukan penisku ke dalam vaginanya bertambah menggila lagi. Mbak Yani pun bertambah keras jeritan-jeritannya. Pokoknya suasana saat itu sudah gaduh sekali. Segala macam lenguhan, desahan, ditambah dengan jeritan berpadu menjadi satu.

Akhirnya kurasakan sesuatu hampir meluap keluar dari dalam
penisku. Tetapi ini tidak membuatku menghentikan penetrasiku pada vagina Mbak Yani. Tempo genjotan-genjotan penisku juga tidak kukurangi. Dan akhirnya setelah rasanya aku tidak sanggup menahan orgasmeku, kutarik penisku dari dalam vagina Mbak Yani secepat kilat. Kemudian dengan tempo yang tinggi, kugosok-gosok batang penisku itu dengan tanganku. Tak lama kemudian, cairan-cairan kental berwarna putih bagaikan layaknya senapan mesin bermuncratan dari ujung penisku. Sebagian mengenai muka Mbak Yani. Ada pula yang mengenai payudara dan bagian tubuhnya yang lain. Bahkan celaka! Ada pula yang belepotan di jok sofa yang diduduki Mbak Yani. Ditambah dengan darah yang mengalir dari dalam vaginanya, menandakan keperawanan guru sekolahku itu berhasil direnggut olehku, adik kandungnya sendiri!

Dan akhirnya karena kehabisan tenaga, aku terhempas begitu
saja ke atas sofa di samping Mbak Yani. Tubuh kami berdua
sudah bermandikan keringat dari ujung rambut ke ujung kaki.
Aku hanya mengenakan kaus oblong saja, sedangkan Mbak Yani telanjang bulat tanpa selembar benangpun yang menutupi
tubuhnya.











Bonus rapat kerja

Pada akhir tahun 2002, saya mengikuti Rapat Kerja (Raker) yang diselenggarakan
oleh Group Perusahaan saya. Kegiatan Raker seperti itu sebenarnya hampir setiap
tahun di adakan, namun baru kali ini saya diajak sekaligus menjadi panitia dalam
kegiatan tersebut. Saya berharap dapat mengulang kejadian sebagaimana ketika
mengikuti Kursus Kearsipan (baca: Bonus Mengikuti Kursus). Pucuk dicnita ulam
tiba, begitulah peribahasa yang pas diucapkan, karena dari daftar peserta yang
masuk terdapat nama Wiwik, cewek yang pernah saya ajak kencan kira-kira 3 bulan
yang lalu sebelum Raker ini.

*****

Sebenarnya Rapat Kerja hanya diadakan selama 2 hari, namun atas usul para
peserta minta untuk diperpanjang 1 hari lagi guna memberi waktu bagi peserta
berwisata menikmati pemandangan alam Tawangmangu, suatu tempat rekreasi yang
sejuk di kaki Gunung Lawu.

Rapat Kerja ini diikuti para manajer yang ada di Kantor Pusat maupun kantor
perwakilan. Selain para manajer dan pimpinan, masing-masing kantor perwakilan
boleh menyertakan seorang staf administrasi sebagai penghubung peserta dengan
panitia dan juga sekaligus membantu panitia menyiapkan berbagai peralatan yang
diperlukan peserta Raker.

Untuk berangkat menuju ke Tawangmangu, perusahaan menyediakan sarana tranportasi
berupa bus full AC, full musik, namun banyak diantara para peserta yang membawa
kendaraan pribadi, termasuk saya. Tujuan adalah dengan membawa mobil pribadi
maka mobilitasnya lebih tinggi.

Sebagai panitia, saya datang lebih awal untuk menyiapkan segala keperluan Raker
serta mengurus akomodasi bagi para peserta. Sengaja saya memilih kamar yang agak
mojok, dan hanya single bed. Karena hari Jum'at para peserta diharapkan sudah
check in sebelum Jum'atan, sedang Raker-nya sendiri baru akan dimulai setelah
Jum'atan.

Rombongan bus telah datang, nampak Wiwik dengan pakaian kantor yang cukup serasi
kelihatan lebih seksi dan cantik daripada waktu dulu pertama ketemu. Payudaranya
nampak lebih montok dan menantang. Hatiku jadi berdebar juga, dag dig dug
rasanya. Membayangkan seandainya punya kesempatan untul ML dengan Wiwik. "Siang
Wuk" sapaku sambil mengulurkan tangan ketika Wiwik memasuki lobby. "Oh.., siang
Om" jawabnya agak terkejut. "Om disini, sudah lama ya" lanjutnya. "Ya.., cukup
lama juga, kan aku ikut panitia, jadinya datang lebih awal" jawabku agak
sombong.

Setelah mendaftar ulang, kuberi tahu nomor kamar Wiwik ada beseberangan dengan
kamarku. Kebetulan pula bahwa peserta wanitanya ganjil, sehingga satu kamar yang
mestinya untuk 2 orang, maka kamar untuk Wiwik hanya satu orang saja. Ini memang
sudah kuatur agar aku dapat mengulang berkencan dengan Wiwik lagi. "Dasar buaya
darat" aku bergumam sendiri.

Waktu menunjukkan pukul 11.45. Semua peserta yang akan ber-Jum'atan sudah
meninggalkan penginapan menuju tempat ibadah. Hanya beberapa peserta yang tidak
Jum'atan, termasuk aku dan Wiwik. "Tok, tok, tok", kuketuk pintu kamar Wiwik.
"Masuk, nggak dikunci kok" terdengar jawaban dari dalam. Aku perlahan-lahan
membuka pintu dan ternyata Wiwik sedang santai saja menata barang bawaannya.
Wiwik sudah melepas blazernya dan hanya memakai atasan you can see serta nampak
kalau tak memakai bra. "Wuk, aku kangen padamu lho" kataku. "Ngrayu nih ye,
siang saja sudah merayu, gimana entar malam ya?" Wiwik menggodaku. "Kalau malam
ya nggak perlu ngerayu, kamu kan udah tanggap sendiri, iya kan?" "Idiih.., Om
kok semakin nakal kelihatannya" lanjutnya. "Habis.., susu kamu itu lho, yang
bikin aku.." kataku lagi. "Udahlah Om, kalau hanya itu ambil sendiri aja, tapi
jangan lama-lama lho" katanya lagi.

Jam di dinding kamar menunjukkan puul 12.00, berarti ada waktu kurang lebih 45
menit untuk berkencan dengan Wiwik siang itu. Ini waktu yang lumayan lama untuk
satu permaninan panas. Tanpa banyak cakap lagi mulai kukecup keningnya, lalu
kucium matanya, hidungnya, pipinya, dan mulutnya. Wiwik membalas dengan semangat
pula. Makin lama makin intensif aku meraba-raba seluruh tubuhnya, meremas-remas
susunya, dan Wiwik kelihatan semakin menikmati permainan ini.

Akhirnya mulai kulepas pakaian atasnya sehingga tampak dua bukit kembar yang
montok menantang. Segera kuemut-emut kedua bukit itu, kupermainkan lidahku di
putingnya, kugigit-gigit, dan kutarik-tarik dengan gigiku, nampak Wiwik
merintih-rintih menahan rasa antara sakit dan enak. "Oh.. Om.. oh.. " desahnya
pelan. "Oh.. Wuk, kau semakin cantik dan menggairahkan" rayuku pula. "Oh.. Om,
terus-terusin Om.., Om.. teruus" Wiwik terus merengek.

Kami berdua saling berpelukan, saling berciuman, melumat bibir,saling meremas,
entah berapa lama. Permainan terus berlanjut, Wiwik pun segera mengarahkan
tangannya ke daerah selangkanganku, mengelus dari luar celanaku. Tahu bahwa
"Adik"Ku telah bangun, Wiwik pun segera melepaskan sabuk dan selanjutnya
memelorotkan celanaku. Segera dikeluarkannya batang kemaluanku yang telah tegak
dan selanjutnya Wiwik mengemot-emot, memainkan lidahnya dikepala kemaluanku
dengan semangat. Hal ini untuk sementara membuatku lupa dengan istri dirumah
yang setia menungguku. "Oh.. Wuk, terus Wuk, teruuss.. enak Wuk, teruuss.. aku
akan keluar Wuk!" Dan crot, crot, crot.., muncratlah spermaku dalam mulutnya dan
sebagian lagi mengenai wajahnya yang cantik. Aku hanya memejamkan mata keenakan.
"Enak Om?" tanyanya. Aku hanya mengangguk, mulutku rasanya sulit berkata. "Aku
bersihkan ya Om" dan tanpa berkata lagi Wiwik mengulum-ulum batang kemaluanku,
menjilat-jilat membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel sampai bersih,
sih. "Ouch.. ouch.., Wuk" aku mendesah keenakan. Setelah merapikan pakaian aku
segera meninggalkan kamar Wiwik dan menuju kamarku. Kami telah dua kali
melakukan oral seks namun tidak berlanjut dengan ML. Dan keinginan untuk
meniduri cewek itu tetap terpatri dalam benakku.

Dua hari sudah (lebih tepat hanya satu setengah hari) para peserta Raker
berdiskusi, membahas berbagai macam persoalan yang ada serta menyusun strategi
untuk tahun mendatang. Untuk melepas lelah pada hari Minggunya para peserta
diberi kesempatan untuk rekrasi atau belanja oleh-oleh khas tawangmangu. Aku dan
Wiwik pun juga turut jalan bersama teman-teman lain. Sampai di pasar para
peserta Raker pun menyebar mencari apa yang dibutuhkan. Aku dan Wiwik pun
berjalan berdua untuk belanja. "Wuk, belanjanya nanti saja, ya!" kataku. "Kenapa
Om?" Wiwik pun bertanya. "Kita naik ke Hutan Wisata dulu yuk!" aku mengajaknya.
"Dimana Om lokasinya?" Wiwik bertanya lagi. "Kesana itu lho, dari sini menjuju
Grojogan Sewu, selanjutnya terus kita naik, disana ada pemandangan yang sangat
indah, kita bisa naik ke menara pengawas" lanjutku lagi. "Tapi ada syaratnya lho
Om" Wiwik pun berkata lagi. "Apa syaratnya?" aku balik bertanya. "Nanti kalau
aku kedinginan, Om tanggungjawab lho!" pintanya. "Oke, kalau itu syaratnya, saya
akan cari korek api dulu" sahutku. "Untuk apa Om? Wiwik pun bertanya lagi. "Ya
untuk menghangatkan, kalau kamu kedinginan" jawabku. "Om mulai nakal ya!" Wiwik
pun berkata sambil mencubit lenganku. Belum sampai lepas cubitannya, tangannya
kupegang, dan kugandeng melanjutkan perjalanan.

Kami berdua kadang bergandeng tangan dan tidak berjalan menyelusuri jalan
setapak menuju hutan wisata di atas grojogan sewu. Setelah sampai di menara
pengawas, aku mengajak Wiwik naik ke puncak menara melalui tangga yang cukup
tinggi. "Hati-hati lho Wuk, tangganya licin, karena kena embun" perintahku
kepadanya.

Walaupun hari itu Hari Minggu, namun kelihatannya tidak banyak pengunjung yang
sampai ke hutan wisata, sehingga suasana cukup sepi. Hanya terlihat beberapa
pasang muda-mudi yang agak jauh dari lokasi kami berada. Terlebih lagi pada saat
itu mulai turun hujan rintik-rintik. Untuk waktu itu kami sudah ada di puncak
menara, sehingga tidak kehujanan. Dari puncak menara ini kami bisa menikmati
pemandangan sekitar hutan. Disamping tidak kehujanan, juga kecil kemungkinannya
bertemu dengan binatang buas maupun yang lain. Yang kami sangat senang pada
waktu itu belum ada yang naik ke menara, sehingga kami hanya bedua saja di
menara pengawas itu.

"Gimana Wuk, indah kan?" aku mulai membuka pembicaraan. "Iya, sungguh indah,
menakjubkan sekali pemandangan alam dari sini ya Om" sahutnya. "Iya, sungguh
indah terlebih ada kamu disini, hal Ini mengingatkan aku waktu pacaran dulu, di
sini di tempat ini juga aku melakukan kissing, necking, dan etting untuk pertama
kali" sambungku pula. "Hayo Om mulai nakal ya, kalu sekarang ada aku apa Om mau
melakukan hal yang sama?" Wiwik bertanya. "Siapa takut!" sahutku. Aku segera
memegang kedua tangan Wiwik, lalu mendekapnya, selanjutnya kesentuh dengan jari
bibirnya yang mungil. "Aku ingin mengulangnya, Wuk? Mau kan kamu?" bisikku di
telinganya. Wiwik pun menganggukkan kepalanya. Aku segera mengecup keningnya,
kemudian mencium bibirnya, serta sekitar leher. Cukup lama kami berciuman.
Kuremas-remas kedua payudaranya yang mulai menegang. Selanjutnya kutanggalkan
jaketnya, terlihatlah pemandangan yang indah karena Wiwik ternyata hanya memakai
kaos singlet, sehingga kedua bukitnya sedikit mulai, kuning langsat, bersih,
sangat menggairahkan.

"Dingin Wuk?" tanyaku. "Ya dingin, mana ada tempat yang panas di Tawangmangu"
katanya ketus. "Oke, tempat ini akan segera kubuat menjadi lebih panas" kataku
lagi. Wiwik pun tak berkata lagi. Mulutku segera kuarahkan ke belahan dadanya.
Kucium, kukecup, dan kucupang hingga nampak merah dibeberapa tempat sekitar
payudaranya. "Berapa umurmu, Wuk?" aku coba bertanya. "Ngapain tanya umur
segala?" Wiwik balik bertanya. "Ketika pacaran dulu, cupangku di sekitar
payudara dan pusar sebanyak umurnya" sahutku. "Tebak, ayo berapa, kalau benar
nanti selain boleh menyupang sejumlah umurku juga akan kuberi bonus!"
perintahnya. "Bonusnya apa?" "Tebak dulu dong!"

Aku sebenarnya tahu umurnya, karena waktu mendaftar kulihat biodatanya. Umurnya
25 tahun, belum kawin. Mungkin Wiwik sengaja bertanya atau memang tidak
memperhatikan ketika pendaftaran ulang kulihat biodatanya. Aku justru bertanya
-tanya dalam hati. Ah, persetan dengan itu. "Dua puluh lima!" jawabku mantap.
"Kok Om tahu, hayo dari mana? Kalau ketahuan curang, nanti akan kutuntut!" "Lho
katanya suruh menebak, ya aku tebak saja, betulkan jawabanku, mana bonusnya?"
"Bonusnya terserah Om, pilih mana bagian tubuhku!" "Oke, aku minta ini, tapi
nanti malam" jawabku sambil memegang selangkangannya. "Nanti malam Om?" tanya
Wiwik bengong. "Terus gimana, nanti sore kan sudah selesai acaranya dan
rombongan bus akan pulang?" "Begini aja, kamu telpon do'i, malam ini tidak
pulang, karena menyelesaikan tugas merangkum hasil-hasil Raker, dan jangan
kuatir aku bawa mobil sendiri kok, besuk saya antar, oke!" kataku. "Oke deh,
sudah terlanjur kalah taruhan sama Om" lanjutnya.

Perlahan-lahan kupelorotkan kaos singletnya, kucopot kait BH-nya. Kini Wiwik
sudah tidak memakai pakaian atas. Pemandangan yang lebih indah kini terlihat
nyata. Dua bukit kembar, kuning langsat, sangat menarik untuk segera kukecup dan
kucupang sebagai tanda kemenanganku. Tak berlama-lama aku memandangi kedua bukit
itu, segera kuemut-emut, kugigit-gigit, kutarik-tarik putingnya dengan gigiku.

"Oh.. Om.. jangan kuat-kuat gigitnya, sakit, Ouh.. trus Om.. teruuss Om" Wiwik
mulai merengek-rengek. Kuremas, kukecup, kuemut dan terus kuemut bagai bayi yang
kehausan dan menetek ibunya. Untuk beberapa lama kegiatan ini kulakukan.
Selanjutnya aku berdiri, bersandar pada salah satu tiang penyangga dan Wiwik pun
jongkok di depanku terus melepas sabukku, melepas kancing celanaku, serta
menarik ritsluitingnya, segera memelorotkan celanaku. Batang kemaluanku sudah
berdiri menantang bagai tongkat komando. Wiwik pun tanpa banyak bicara segera
mengocok-ngocok dan mengemut-emut batang kontolku. Menjilat-jilat mulai dari
kedua buah pelir sampai pucuk kontol. Mengemut-emut lagi dan lagi.

"Oh.. Wuk, terus Wuk, teruuss.." aku meronta-ronta geli keenakan. Segera
kujambak rambutnya dan kumaju-mundurkan kepalanya. "Oh.. Wuk, terus Wuk,
teruuss.. aku akan keluar Wuk" Dan crot, crot, crot.., muncratlah spermaku dalam
mulutnya lagi. "Enak Om?" tanyanya. Aku hanya mengangguk. Kali ini aku bercumbu
di tengah hutan, di atas menara, didiringi rintik hujan yang sudah mulai mereda.
Dari arah tenggara sesekali terdengar deru mobil. Hari semakin siang, hujan suah
reda, beberapa pasang muda-mudi mulai berdatangan di hutan wisata dan sekitar
menara. Aku dan Wiwik segera membetulkan dan merapikan pakaian masing-masing dan
segera turun kembali ke penginapan. Sepanjang perjalanan menuju penginapan Wiwik
kugandeng, kadang kupeluk dengan mesra. Sampai di penginapan hampir semua
peserta telah berkemas-kemas bahkan ada yang sudah meninggalkan penginapan
menuju rumah masing-masing.

Kulihat Wiwik berjalan menuju Wartel dekat penginapan. Aku boleh merasa gembira,
karena akan dapat bonus dari Wiwik. Aku segera bergegas menuju kantor
penginapan, menginformasikan kepada penjaga bahwa aku dan seorang peserta lagi
pulangnya besok siang. Pemilik penginapan pun mengijinkan aku tetap bermalam di
penginapannya sampai esok hari. Bahkan masih disediakan makan malam dan sarapan
pagi.

Kulihat Wiwik telah selesai telpon di Wartel, namun tidak segera menuju
penginapan, tetapi mampir ke toko di seberang jalan. Kiranya Wiwik membeli
beberapa makanan kecil dan beberapa botol minuman suplemen. Wiwik pun berjalan
menuju tempat di lobby penginapan, setelah dekat kuminta dia untuk memindah
barang-barangnya ke kamarku.

Udara sore itu cukup dingin, aku tidak berani mandi, karena pemanas air di
penginapan rusak. Aku hanya membasuh muka, tangan dan kaki saja. Wiwik pun
demikian juga. Jam ditanganku menunjukkan pukul 19.00. Jatah makan malam yang
biasanya di restoran kali ini kuminta pada petugas untuk diantar ke kamar saja,
karena akan kumakan setelah berita TV jam 21.00, sebab sore ini aku telah makan
bakso di seberang jalan.

Kini di kamarku hanya aku dan Wiwik. "Wuk, mana bonusnya?" tanyaku membuka
percakapan. "Nih, ambil sendiri!" perintahnya. Aku segera memeluknya,
menciumnya, dan mulai melepaskan pakaiannya satu bersatu. Kini Wiwik telah
telanjang bulat. memeknya kelihatan kayak apem, bulat, empuk. Payudaranya yang
cukup besar, kenyal segera kuemut-emut, kesedot-sedot. Wiwik pun mulai
mengerang-erang. Kuhitung cupang yang ada disekitar payudaranya, ternyata baru
24. "Wuk, cupangannya baru 24, belum genap 25 lho" kataku. "Mau genepin atau
tidak terserah Om" katanya pula. "Nih. tak tambahi satu tempat lagi, biar genap
25" kataku. Segera kecupannya kuarahan ke memeknya. Kukecup-kecup memeknya,
kusedot-sedot lubang kewanitaanya. Wiwik pun menjerit-kerit dan tak lama
kemudian mengalir lendir dari vaginanya. Wiwik telah orgasme. Selanjutnya
kupermainkan lidahku dibibir vaginanya, menjilat-jilat klitorisnya dan lidahku
terus mengobok-obok vaginanya.

Aku mengambil napas sebentar. Kutinggalkan dia yang telanjang bulat ditempat
tidurku. "Mau kemana Om?" tanyanya. "Mau minum dulu, kulihat tadi kamu beli
minuman suplemen?" aku balik bertanya. "Oh, iya, tuh ambil di tas kresek hitam!"
perintahnya"jangan lama-lama lho Om, dingin nih" katanya lagi. Aku segera
mengambil sebotol dan meminum habis. Aku mulai menanggalkan pakaianku. Kini aku
dan Wiwik telah sama-sama telanjang bulat. Segera kudekati Dia dari arah kepala
kucium mulai keningnya, matanya, bibirnya, susunya, terus turun ke pusar dan
akhirnya tepat di vaginanya kuobok-obok lagi dengan lidahku. Wiwik pun segera
menangkap kontolku yang sudah tegang di atas mulutnya. Lidahku kumainkan di
lubang kewanitaanya, wiwik pun mengerang-erang namun kurang jelas katanya karena
kini sudah tersumbat oleh batang kontolku. Aku terus menjilat-jilat bibir
vaginanya, dan kontolku pun dikemot-kemot, disedot-sedot. "Ouh Wuk.. Oh.. Wuk,
terus Wuk, teruuss.. aku akan keluar Wuk" Dan tumpahlah spermaku dalam mulutnya
untuk kesekian kalinya dan semua cairannya ditelan habis.

Setelah istirahat dan minum suplemen, tak berapa lama aku segera berbalik dan
melanjutkan mengambil bonus. Perlahan-lahan kubuka pahanya yang putih mulus
dengan selangkangan yang sangat menantang. Perlahan-lahan kumasukkan batang
kontolku ke liang senggamanya. Sedikit demi sedikit masuklah kumasukkan batang
kontolku dan akhir semua batang kontolku masuk ke dalam memeknya. Kuangkat
sedikit lalu kusodokkan lagi, terus dan terus. Kuremas-remas susunya, kuremas
semakin lama semakin cepat. "Om, perih om, berhenti dulu Om" rintihnya. Namun
aku tak mempedulikannya. Kuremas-remas susunya, kuremas semakin lama semakin
cepat. Segera kugenjot lagi kontolku dalam vaginanya, terus dan terus.. "Ouh..
Ouh.. Omm.. Omm.. terus, teruss Om.. aku akan keluar lagi Om.." "Ouh Wuk.. Oh..
Wuk, aku juga akan keluar Wuk, kita bareng-bareng Wuk". Akhirnya aku dan Wiwik
mncapai puncak bersama-sama.

Malam itu kami bermain sepuas-puasnya, dengan berbagai gaya dan posisi. Kemudian
kami tidur dengan satu selimut tebal masih dalam keadaan telanjang bulat sampai
pagi, lupa makan malamnya. Setelah kami berdua mandi dan sarapan pagi, segera
berkemas meninggalkan penginapan. Tak lupa kuberi tips pada petugas jaga pagi
itu. Kemudian kami menuju mobil dan segera melesat kembali ke kota. Aku antar
dulu Wiwik ke terminal bus. Sesampai di terminal bus, kami segera berpisah.
Kujabattangannya dengan erat. "Terimakasih ya Wuk atas bonusnya" kataku.
"Terimakasih kembali, Om, sampai jumpa di lain kesempatan" katanya sambil
melambaikan tangannya.












Dicicipi Pak Dhe

Cerita ku ini bermula ketika aku sedang memenuhi panggilan interview pekerjaan di pusat kota Surabaya, meski lulusan sebuah perguruan tinggi yang cukup ternama di Malang namun berpuluh kali aku mengikuti interview namun tak satu pun mengangkatku menjadi salah satu pegawainya.

Aku menginap di rumah tetangga kampung yang pindah ke Surabaya namun sudah ku anggap saudara sendiri karena mereka cukup baik pada keluargaku dan sudah kuanggap sebagai keluarga dan aku memanggil mereka PakDhe dan BuDhe, hari itu kebetulan aku sedang mengikuti interview di hotel Tunjungan Plasa Surabaya.

Oh ya.. namaku Rinelda. 24 tahun. Aku pernah menjadi Finalis Putri sebuah kontes kecantikan di malang, Aku pernah menikah tapi belum mempunyai anak karena usia perkimpoianku baru berjalan 4 bulan dan sudah 3 bulan ini menjanda karena suamiku sangat pencemburu akhirnya ia menceraikan aku dengan alasan aku terlalu mudah bergaul dan gampang di ajak teman laki-lakiku.

Dari teman dan suami aku mendapat pujian bahwa aku cantik, tubuh yang cukup sintal dengan tinggi 173 cm mulus dan 2 bongkahan Susu yang tak terlalu gede tapi untuk ukuran seorang janda tak mengecewakanlah, cocok dengan body ku yang cukup atletis. Soal sexs, dulu setiap ber "ah-uh" dengan suamiku aku merasa kurang, mungkin karena gairah sex yang kumiliki sangat kuat sehingga kadang-kadang suamiku yang merasa tak mampu memuaskan tempikku, meski aku bisa orgasme tetapi masih kurang puas!

Kulihat jam di tangan ku sudah menunjukan pukul 16.15 menit, aku sedikit dongkol karena seharusnya aku sudah dipanggil sejak pukul 15.00 tadi, padahal aku sudah datang sejak pukul 14.30 tadi. "He..eh" aku pun Cuma bisa menggerutu sambil mencoba untuk memahami bahwa aku butuh kerja untuk saat ini.

"Hallo!" suara perempuan mengagetkan ku dari lamunan.
"Ya !" jawabku sambil berdiri. Sejurus aku memandang kearah perempuan itu, Cantik!
"Nona Rinelda ?" dia bertanya sambilmengulurkan tangan mempersilahkan aku kembali duduk.

Beberapa saat kami berbicara dan ku tahu namanya adalah Rifda, dia memakai jam gede di tangan kanannya, dengan nama dan pakaian yang lumayan seksi mengingatkan ku pada teman SMP ku di Malang, ternyata dia mengaku seorang pengusaha yang memiliki banyak perusahaan dan sedang mencari model, setelah berbicara tentang diriku panjang lebar akhirnya dia berkata bahwa aku cocok untuk menjadi salah satu Modelnya. Akhirnya aku mendapatkan kepastian esok hari aku akan bekerja, aku pun berjalan pulang dengan langkah seolah lebih ringan dari biasanya.

Sesampainya di jalan sebelum rumahku , sekedar anda tahu bahwa sejak aku mencari kerja aku tinggal di rumah BuDhe Tatik saudara dari Ibu ku. Ada beberapa anak muda bergerombol, ketika aku lewat di depannya, mereka menatapku dengan mata yang seolah-olah mengikuti gerakan pantatku yang kata teman-teman ku memng mengundang mata lelaki untuk meremas dan mendekapnya.
"Wuih, kalau aku jadi suaminya ga tak bolehin dia pake celana dalam !" Ucap salah satu dari mereka namun terdengar jelas di telingaku.
"Rai mu ngacengan!" timpal temannya, disambut tawa teman-teman lainya.

Sampai di rumah pukul 18.30. aku langsung mandi untuk mengusir kepenatan dan panas yang hari itu kurasa sangat menyengat.
"Gimana hasil kamu hari ini Rin?" ku dengar suara BuDhe Tatik dari dalam kamarnya.
"Besok aku sudah mulai kerja BuDhe” jawabku." kerja yang benar jangan melawan sama atasan terima saja perintah atasan karena mencari pekerjaan itu sulit dan yang penting kamu suka dan menikmati apa yang kamu kerjakan” kata-kata dan wejangan dari orang tua pada umumnya namun ada poin tertentu yang terasa ganjil menurutku. Sosok BuDhe Tatik adalah Wanita yang dalam berbicara cukup seronok apalagi jika berbicara dengan pemuda di kampungnya sekitar 38 tahun an, cukup seksi dalam penampilannya, suaminya adalah seorang PNS di KMS, dia pun juga tak kalah ngawur kalau berbicara yang berbau saru dengan BuDhe atau teman-temannya. Tak berapa lama setelah ngobrol aku pun beranjak ke kamar,

Kamarku sendiri adalah bekas ruang tamu yang dipasang sekat dari triplek. Sekitar pukul 22.30 an aku mendengar suara aneh bercampur derit kursi seperti didongong atau ditarik berulang-ulang dari ruang tamu depan kamarku persis, sejenak kuperhatikan secara seksama suara tersebut dan aku penasaran dengan suara tersebut.

Sedikit kubuka pintu kamarku, betapa kaget setelah mengetahui BuDhe sedang duduk di kursi sambil mengakangkan kakinya sementara PakDhe di depannya sambil memegang kedua kaki BuDhe pada pundak sedangkan pantat nya bergerak maju mundur..

"Och…u..o.." suara yang keluar dari mulut BuDhe. Seolah menikmati apa yang dilakukan oleh suaminya, badanku terasa panas dan pikiran yang tak tahu harus bagaimana karena baru kali ini aku benar-benar melihat hal ini live di depan mataku. Selama kurang lebih 10 menit kedua orang itu melakukan sambil duduk akhirnya PakDhe menarik kontolnya dari dalam Tempik BuDhe, Yak ampun ternyata kontol nya lumayan gede lebih gede dari pada milik mantan suamiku yang biasa mengocok isi tempikku, akhir-akhir ini aku sering nonton BF saat PakDhe dan Budhe sedang kerja, pernah sekali aku hampir kepergok oleh PakDhe saat aku sedang nonton BF sambil mempermainkan liang nikmatku, namun ternyata PakDhe tidak peduli dan mungkin mengetahui bahwa aku seorang wanita yang butuh kesenangan pada salah satu bagian tubuhku, namun saat itu PakDhe hanya tersenyum sambil mengambil sesuatu dari dalam kamarnya yang mungkin tertinggal dan segera pergi lagi.

Kusaksikan BuDhe mengambil posisi menungging dengan kedua tangan nya memegang kursi di hadapannya "ayo mas cepet keburu tempiknya kering" pinta BuDhe dengan suara yang pelan mungkin agar orang luar tidak mendengar dan mengetahui tapi kenyataanya aku malah menyaksikan dan memperhatikan secara detil apa yang mereka perbuat. Kulihat kali ini PakDhe mengeloco kontolnya sebelum dimasukkan ke tempik yang sudah minta di jejeli tersebut.

"Ach…ack…sh" suara yang keluar dari mulut laki-laki tersebut. akhirnya kulihat lagi adegan itu dari belakang karena mereka menmbelakangi kamarku. Ada yang berdenyut pada tempikku tanpa terasa tangan ku masuk ke dalam celana dalam yang kupakai, ku tekan pada itilnya "ahk" terasa geli dan benar terangsang tempikku kali ini. Aku tersenyum mendapatkan pengalaman ini.
"Tempikmu... ue.nak .Tik pe... res... kontol ku" kata kata terputus dari Pakdhe seolah tak kuasa menahan nikmat yang dirasakannya.
"Lebih cepat... mas... cep... at!" BuDhe pun seakan mengharapkan serangan dari suaminya lebih hebat lagi.
"A... ach... aku keluar ma... s!" suara BuDhe terdengar setengah berteriak.Wanita itu terlihat melemas tapi PakDhe tetap menggenjot dengan lebih giat kali ini tangan nya memegang pantat BuDhe yang bulat mulus itu dan akhirnya laki-laki itupun menekan kontolnya lebih dalam kearah tempik didepannya tersebut. Sambil menahan sesuatu. Ketika konsentrasiku tertuju pada kontol dan tempik yang sedang beradu tersebut tanpa kusadari sambil digenjot BuDhe menoleh ke arah pintu kamarku dan tersenyum, “hek” aku kaget setengah mati segera ku tutup pelan-pelan pintu kamar dan kembali ke tempat tidurku, beribu pikiran menyeruak dalam benakku antara bingung dan takut karena mungkin kepergok saat mengintip tadi. Aku kecewa karena tidak melihat bagaimana raut muka PakDhe ketika mencapai puncak kepuasan.

Terasa ada yang basah di selangkanganku saat aku menyaksikan adegan tadi, “yah aku terangsang” terakhir kali aku merasakan nikmatnya berburu nafsu dengan suamiku adalah hampir 4 bulan yang lalu.

Memang aku mudah terangsang jika melihat hal-hal yang berbau porno. Sering kali aku melakukan masturbasi dengan membayangkan laki-laki yang kekar dan memiliki batang kontol yang kokoh tegak berdiri dan akhirnya aku memasukkan sesuatu ke dalam tempikku yang seolah lapar akan terjangan kontol laki-laki, tapi terkadang aku merasa ada yang kurang dan memang aku butuh kontol yang sebenarnya, Tanpa kupungkiri aku butuh yang satu itu. Kulihat jam didinding kamarku menunjukan pukul 11.35, ya ampun besiok aku kan mulai kerja! Sialan gara-gara kontol dan tempik perang diruang tamu akhirnya aku tidur kemalaman! Emang dikamar kurang luas apa? "ah sialan!" umpatku dalam hati.

Pukul 04.30 aku terbangun, ketika akan membuka pintu kamar aku teringat akan kejadian yang baru aku saksikan semalam, pelan-pelan kubuka ternyata tak kulihat orang diluar, aku langsung menuju dapur untuk memulai aktivitas pagi, terkadang aku harus membantu memasakkan sarapan pagi dan menyapu lantai sebelum menjalankan altivitasku sendiri, aku merasa adalah suatu vyang lumrah karena aku menumpang disini.

Aku berjalan melewati depan pintu kamar BuDhe yang terbuka lebar, sekali lagi aku terhenyak kali ini aku menyaksikan dua orang sedang tidur tanpa memakai baju sama sekali, kulihat senyum di bibir Budhe Tatik, tanda kepuasan atas perlakuan suaminya tadi malam mungkin.

Di kamar mandi aku kembali memikirkan kejadian semalam yang membuatku "terus terang cukup terangsang" apalagi jika mengingat kontol yang gede milik PakDhe. "ahh" rupanya tangan ku sudah berada di sela-sela pahaku yang mulus dan bulu hitam yang tampak olehku cukup lebat meski tak terlalu banyak diantara garis melintang ditengahnya, tiba-tiba nafasku berburu kala kuteruskan untuk menggosok bagian atasnya, "sialan!" pikirku dalam hati. Kusiram tubuhku untuk mengusir nafsu yang mulai mengusik alam pikiran ku.

Sebelum berangkat kerja di hari pertamaku, kusempatkan untuk sarapan pagi siapa tahu nanti aku harus kerja keras di kantor.
"Jaga diri baik-baik Rin" kata BuDhe sambil menepuk pundakku,
"Eh.. iya.. BuDhe Rinel tahu kok" kataku sambil ngangguk. Kulihat BuDhe baru keluar kamar dengan mengenakan handuk pada bagian susu sampai atas lulutnya wajahnya tampak masih berseri meskipun tampak kecapean.
"Edan udah jam 7!" pekikku dalam hati.
"BuDhe aku berangkat dulu" pamit ku.
"Yo ati-ati Nduk ingat ikuti dengan baik perintah atasan lakukan dengan baik tanpa banyak kesalahan” katanya sambil tersenyum padaku, senyum itu penuh makna sama seperti tadi malam.
"Enggeh BuDhe... " aku pun keluar rumah menuju tempat kerjaku yang baru.

Dari depan kantor itu aku berjalan menuju pos sekuriti,
"Permisi" aku mendekati seorang sekuriti,
"Ada yang bias saya Bantu mbak?" Tanya nya dengan sopan. Tubuh yang lumayan atletis tangan yang kekar serta tonjolan di bawah perutnya cukup menantang dibalut celana yang agak ketat di bagian pahanya.
"Ruangan Ibu Rifda dimana ya?" tanyaku.
"Bu Rifda Miranti? pasti sampeyan mbak Rinelda!" terlihat senyum dibibirnya masih dengan ramah dan sopan. Aku cuma mengangguk.
"Tunggu sebentar mbak" sambil mengangkat intercom di depannya, ketika dia berbicara dengan seseorang aku melihat suasana sekeliling "Kok sepi ya?" tanyaku dalam hati.
"Sebentar lagi karyawan Ibu Rifda akan menemui mbak, silahkan menunggu" katanya sambil menunjuk kursi sofa di tengah ruangan yang cukup besar. Ketika aku baru akan meletakkan pantatku aku melihat sesuatu yang ganjil di lingkungan perkantoran ini, tak terlalu banyak orang yang biasa ada pada sebuah perkantoran, kuperhatikan sekuriti tadi kulihat dia berbicara dengan temannya tersenyum-senyum sambil memandang kearahku, tak berapa lama kudengar namaku dipanggil seorang wanita
"Rinelda?"
"Saya" jawabku sambil memalingkan muka kea rah datangnya suara tadi,
"Hai, kamu mau kerja disini?" tanyanya lagi.
"Lho Agatha, kamu kerja disini ya?" kataku sambil kenbali bertanya
"Tadi aku disuruh sama bu Rifda untuk menemui kamu, ayo ikut aku!" sambil ngobrol kami pun berjalan menaiki tangga menuju ruangan Bu Rifda.
"Tunggu sebentar ya" kata Agatha. Pintu di ruangan itu sedikit terbuka ketika dia masuk kulihat didalamnya ada 3 wanita yang menurutku cantik, berbusana mahal dan seksi. Itu mungkin beberapa model yang dimilikinya.
"Masuk Rin" Agatha membuka pintu lebih lebar. Ternyata didalam ada 2 laki-laki yang sedang melihat 3 wanita didepannya “ nah ini dia cewek baru yang aku dapatkan kemarin di Tunjungan, namanya Rinelda” kata bu Rifda sambil menunjuk ke arahku pada ke dua laki-laki itu.

"Rin, mas-mas ini dari Jakarta mereka akan menguji kemampuan kamu dalam memakai barang mereka" aku segera mengambil kesimpulan bahwa mereka adalah desainer atau rekan kerja bu Rifda. Aku mendekat dan berjabat tangan dengan keduanya,
"Rif, kami perlu kerja di dalam studio" kata laki-laki yang sedari tadi melotot melihat 3 wanita dihadapannya sambil menenteng kamera. Lelaki itu berjalan diikuti oleh ketiga gadis.
"Tunggu sebentar ya Rin" kata bu Rifda sambil mengajak lelaki yang satunya serta Agatha. Aku terdiam sebentar sambil melihat ruangan yang cukup besar tersebut, ketika melewati ruangan yang baru di masuki oleh tiga gadis dan seorang lelaki tadi aku mendengar suara tertawa wanita kegelian dari dalamnya, ku coba untuk mendekat pada ruangan itu, aku semakin penasaran lerja macam apa kok suaranya seperti... Yah aku ingat suara itu mirip desahan BuDhe Tatik semalam! Kucoba lebih dekat untuk mengetahuinya tapi... "Rin?" tiba-tiba Bu Rifda sudah berada di sampingku.

"Ada yang mau aku tunjukan padamu" katanya sambil berjalan ke ruangan pribadinya, tertulis didepan pintu ruangan tersebut.
"Mana Agatha? Sama lelaki yang tadi?” tanyaku dalam hati. Didalam ruangan itu terdapat banyak Foto diatas meja.
"Duduk Rin” katanya mengetahui aku sedang menunggu dipersilahkan.
"Bu, maaf kamar kecil dimana? Saya kebelet pipis” tanyaku sambil nyengir menahan sesuatu dibawah selakangku. “ah..ya..” dia menunjuk kearah belakangnya. Aku langsung bergerak ke sana, masuk kamar kecil itu aku langsung melorotkan celana dalam yang kupakai dan Chessh….” Suara khas air
yang keluar dari tempikku, saat ku jongkok aku mendengar samara-samar suara laki-laki.
"Aah….uh…ya …ayo..terus …sedot…ah nah gitu dong…" setelah itu terdengar suara wanita tertawa, segera lu ceboki tempikku, kuangkat kembali CD, sebentar aku terdiam sambil mencari asal suara tadi, setelah yakin tak kudengar lagi akupun keluar dan menuju ke meja bu rifda sambil bertanya-tanya dalam hati apa yang sebenarnya pekerjaan disini, saat ku berjalan mendekati meja bu Rifda kulihat wanita itu sedang berganti pakaian, kulihat tubuh yang sangat seksi dan mulus, pahanya yang putih dan pantatnya bulat putih cukup memberi bagiku untuk berkesimpulan bahwa dia adalah wanita yang sempurna.

"Maaf bu" kataku,
"Oh tidak apa-apa kok Rin, bisa tolong ambilkan itu" katanya sambil menunjuk kearah kursi kerjanya, "ini bu?" kulihat sebentar ini adalah baju yang sering dipakai oleh bintang film luar negri "ah" aku teringat saat aku melihatnya di sebuah film BF. Aku berikan padanya dan dia memakainya dengan cekatan terlihat bahwa ia sudah terbiasa mengenakan pakaian model itu.
"Kita bekerja dengan scenario dan harus tampil cantik serta se-seksi mungkin karena target penjualan kita adalah kaum Pria" kata nya sambil membenahi pakaianya,

"Hari ini adalah saat dimana kamu akan menjadi seorang entertainer seperti gadis-gadis diluar tadi" , aku mendengarkannya sambil mengira-ira apa kerjaku sebenarnya;
"Maaf sebelumnya Agatha di sini sebagai apa bu?" tanyaku,
"Kenapa?" dia balik bertanya,
"Kamu mau tahu tugas dia?" katanya sambil mengambil sebuah remote control di laci mejanya,
"Tugas dia adalah menjamu para tamu dan melayani mereka sebelum mereka memulai kerja yang sebenarnya" katanya sambil menunjuk sebuah televise berukuran raksasa di belakangku, betapa kaget aku melihat apa yang terpampang dihadapanku, ternyata Agatha sedang bergumul dengan laki-laki di
sebuah ruangan kosong yang hanya di lapisi karpet tebal diseluruh ruangan itu, setengah tak percaya kembali kulihat kea rah bu Rifda, dia hanya tersenyum sambil matanya berbinar-binar seolah bernafsu karena melihat kejadian di layer tersebut, aku segera mengetahui apa yang sedang dan akan kualami maka aku berjalan menuju pintu keluar, tapi apa yang ku dapat pintu itu terkunci! Aku menoleh kearah wanita itu tapi wanita itu hanya tersenyum sambil matanya tetap menyaksikan adegan Agatha dan laki-laki itu dihadapanya.

"Kamu bisa berteriak kalau kamu mau tapi itu tak akan berguna karena seluruh ruangan disini telah kedap jadi tak akan ada yang mendengar" katanya.
"Duduklah maka tidak akan terjadi sesuatu padamu atau jika tidak aku panggilkan satpam didepan agar membuatmu diam” kali ini nadanya terdengar sedikit mengancam. Aku pun telah paham bahwa aku tak bias berbuat apa-apa, saat terduduk aku dihampiri oleh wanita itu dan tanpa kusadari dia telah menarik tangan ku kebelakang dan mengikatnya dengan tangkas, aku berontak tapi tak bisa karena kursi yang ku duduki besar dan berat, akhirnya aku terdiam.

"Sudah kita nikmati saja tontonan yang disuguhkan teman SMP kamu itu" katanya, sialan rupanya Agatha telah bercerita banyak tentang aku, Agatha adalah temanku saat duduk di bangku SMP di Malang, dia adalah type cewek yang cukup berani tampil seksi dan punya teman cowok yang cukup banyak, dan dia pun telah kehilangan keperawanannya saat perayaan kelulusan di suatu acara yang diadakan oleh teman-temannya,
"Kurang ajar, kenapa aku harus melewati hari yang seperti ini?" kataku dalam hati.

Dari layer raksasa dhadapanku kulihat Agatha sedang duduk di atas pria itu sambil menaik-turunkan pantatnya yang bahenol.
'Oh... oh... ouh... ha... enak maass?” tiba-tiba suara Agatha terdengar sangat keras, rupanya Bu Rifda menikan volume pada remote controlnya.
"Ga seru kalau tidak ada suaranya ya Rin?" kata wanita itu namun aku tak mempedulikan kata-katanya. Aku menunduk tak mau melihat apa yang ada dilayar TV besar itu, tapi suara yang menggoda nafsu itu tetap terdengar.
"Setiap aku kesini... kurasa... tempik kamu masih... ouckh... tetap... keset... Th..ah" suara laki itu tersendat-sendat.
"Tapi kontol mas….kok rasanya.. tam.. baa.. ah... aha..." suara Agatha tak terselesaikan.
“Jangan munafik Rin kamu past terangsang kan?" lagi suara Rifda terdengar tak kupercaya wanita yang kemarin kutemui ini terlihat anggun dan sopan kini...
"Perempuan macam apa kamu Rif?" kataku tapi tak kudengar jawaban darinya yang kudengar hanya suara dia sedikit tertawa.

Tak berapa lama kembali kudengar Agatha berteriak
"Ack... a... yah... terus... tete... rus... sentak lagi... mas!" kali ini aku mengangkat kepalaku untuk melihat apa yang saat ini dilakukan laki-laki itu pada Agatha, kulihat Agatha sudah nungging dengan bertumpu pada lututnya sementara laki-laki itu menekan-nekan kontolnya yang besar itu maju-mundur ke arah tempik Agatha yang tampak menganga dan berdenyut-denyut itu, cukup lama mereka saling mengimbangi gerakan maju mundur itu satu sama lainnya, akhirnya...
"Aku... ke... luar... mas... aih... ya... ah!" nampak Agatha telah mencapai puncak orgasme tubuhnya terlihat sedikit melemah namun si lelaki itu terus mengocok kontolnya yang masih menegang itu sambil tangannya memegang bongkahan pantat Agatha, aku sendiri terangsang melihat semua ini dan merasa ada yang mulai membasah di tempikku, seandainya tanganku tidak di ikat pasti aku sudah memegang itil kecil ku.

"Ackh... sh... oh... sh... " nampaknya laki itu sudah memuntahkan pejunya di dalam tempik Agatha. Tiba-tiba Rifda mematikan layer tersebut dan berkata
"Gimana Rin, apa yang kamu rasakan pada Tempikmu?" seolah mengetahui apa yang aku rasakan.
"Lepaskan! Aku mau keluar dari tempat ini!" teriakku menutupi rangsangan yang aku rasakan.
"Keluar? sebentar, ada yang mau aku perlihatkan sama kamu!" lalu dia menekan kembali remote di tangannya kea rah layer raksasa di dan... "ya ampun!" ternyata BuDhe Tatik!
Mengenakan baju berwarna merah menantang seperti yang dipakai oleh Rifda, dia sedang sibuk mengulum kontol seorang laki-laki disebuah ruangan yang hanya terdapat sebuah ranjang yang cukup bagus, ku lihat Pria itu memegang kepala BuDhe agar lebih cepat emutannya, sementara tangan kiri
BuDhe mempermain kan tempiknya sendiri.
"Eh... eh... e... gm... emph... !" suara wanita dilayar itu seperti menikmati kontol yang panjang dan besar di dalam mulutnya.
"Itu di rekam 2 hari yang lalu" kata Rifda seperti sedang menerangkan sesuatu padaku.
"Maksudmu?" tanyaku,
"Lihat dulu baru komentar sayang!" aku pun kembali menyaksikan adegan di depanku itu, belum pernah aku menyaksikan orang yang aku kenal berbuat dengan orang lain seperti yang dilakukan oleh BuDhe dan Agatha.

"Kontol mu hot banget mas... besar pa... njang... aku... akua... suka... !" kali ini BuDhe nampak gemas memegang kontol besar itu dengan kedua tangannya, kontol Pria itu memang sangat besar dibanding dengan milik PakDhe yang kulihat semalam kelihatan kokoh berdiri dan lebih berotot apalagi kepala kontol Pria ini nampak besar dan mengkilap karena sinar dari kamera, nampak sekali bahwa pria itu sangat menikmati emutan mulut BuDhe, mendengar suara Budhe dan laki-laki itu saling ah..uh.. membuat aku jadi terangsang, aku jadi salah tingkah karenanya, ku toleh ke arah Rifda ternyata wanita itu sedang sibuk memasukan sesuatu kebawah tubuhnya kutahu dia sedang mencari kenikmatan di tempiknya mengetahui aku melihatnya wanita itu mendekati aku dang menunjukan sebuah tongkat kecil yang mirip... kontol!

"Kamu akan suka dengan yang seperti ini sayang" katanya sambil menarik kedua kakiku hingga aku terlentang di atas kursi besar itu.
"Tenang Rin, cari nikmatnya dulu ya" aku diam dan tak terlalu banyak bergerak aku tak tahu mengapa aku diam dengan perlakuan Rifda di hadapanku kali ini, Rifda mengosok-gosokkan kontol mainan itu ke arah selakanganku, aku menggelinjang geli karenanya, aku tahu apa yang akan dilakukannya, dan benar! Dia membuka resleting celanaku, sekali lagi aku diam aku terangsang terasa tempikku berdenyut-denyut menginginkan sesuatu. Dengan tangkas Rifda sudah menarik ke bawah celana yang kupakai, diringi suara desahan nikmat yang disuarakan BuDhe Tatik dari layer didepanku
"Oh... yaa... ya... be... nar... yang situ enak... mas... sh... ah!" kali ini kulihat laki-laki itu sedang menciumi tempik BuDhe yang mengakang memberi ruang yang bebas pada laki-laki itu, terdengar pula suara mulut laki-laki itu berkecipak. Nampak bokong BuDhe yang bulat itu diangkat agar mulut laki-laki itu dapat masuk lebih jauh mempermainkan lidahnya. Tanpa kusadari paha dan selakangan ku terasa dingin ternyata Rifda telah sukses melepaskan CD ku.
"Wah ternyata Jembut kamu tebal juga Rin" kata Rifda kemudian tangannya menyentuh mulut tempikku, terasa hangat tangannya, kutatap matanya seolah ingin kubiarkan apa yang dilakukannya, sudah kepalang basah kubiarkan apapun yang dikerjakannya,

Saat Rifda sedang sibuk meng emek-emek tempikku dari depan, tiba-tiba lampu ruangan mennjadi sangat terang, dan kulihat ada dua orang laki-laki masing memegang kamera dan mengabadikan suasana di ruangan ini. Tak kusadari ada sentuhan tangan pada pundakku.
"Rin, rupanya kamu sudah merasakan kenyamanan di ruangan ini" ternyata aku kenal suara laki-laki dari belakangku yah itu suara PakDhe! tanganku berusaha menutupi bagian bawahku yang menganga karena ulah Rifda.
"Sudah nikmati saja, toh aku tahu kamu butuh yang seperti ini" kata Pakdhe sambil menempelkan sesuatu yang hangat lunak dan membesar ditanganku yang masih terikat kebelakang. Kupegang dan tahu apa yang aku pegang namun terasa makin hangat dan memanjang.

Aku diam memikirkan semua rentetan dan semua orang yang ada disekitar ku saat ini, saat kuterdiam ternyata Rifda berdiri di depanku dengan menggerakan lidah ke bibir sambil memainkan celah tempiknya dan matanya menatap ke arah PakDhe, laki-laki itu tahu apa yang dinginkan Rifda dan segera berdiri mendekat dengan tangan memegang pantat Rifda.
"Ayoh, kita bikin janda muda ini tersiksa dan memohon agar tempiknya di isi sesuatu yang hangat! Ha... ha... ha... !" kata Rifda sambil melihatku, tangannya yang cekatan dan terampil mulai mengurut-urut kontol PakDhe yang sudah mulai kembali menegang, sementara tangan PakDhe meremas-remas susu Rifda yang Cuma terbuka pada putingnya sementara aku tetap menatap mereka berdua seolah tak percaya.

"U... uh" kata Rifda gemas mengocok kontol di tangannya.
"Sudah, langsung aja masukin kontolmu pak!"
"Lho Rin, tempik Rifda sudah basah! Kamu ga pengin niih?" Kata PakDhe yang mempermainkan tangannya di sekitar tempik Rifda. Kusaksikan gerakan Rifda membalikkan badannya memnbelakangi tubuh PakDhe, dengan cukup sigap pakDhe segera menggiring batang kontol yang dipegangnya kearah tempik Rifda yang berada ditengah bongkahan pantat mulus Rifda yang sudah menganga karena bibir tempiknya di kuak sendiri oleh tangan kanannya sementara tangan kirinya menggosok itil yang sedikit menonjol di bagian atasnya.
"Hrm ouch... masukin... te... rus... ah sampai men... tock pak!" kata Rifda sambil menarik pantat PakDhe agar segera menekankan kontolnya lebih dalam.

Kali ini mereka merubah posisinya menyampingiku sehingga tampak susu Rifda bergerak-gerak karena gerakan tubuhnya sementara kontol PakDhe yang sedang berusaha memasuki liang sempit itu semakin didorong kedepan.
"Ah…." kontol itu sudah tenggelam kedalam tempik rifda PakDhe kemudian menarik kontolnya pelan-pelan tampak olehku buah pelir kontol itu menggelantung.
"Sabar ya Rif, sebentar... " kata pakDhe sambil menoleh kea rah ku sambil mengedipkan mata kirinya seolah berkata."Tunggu giliranmu".
"Betapa nikmat kalau kontol itu bersarang pada tempikku" kembali aku sudah dirasuki hawa nafsu yang sedari tadi menghinggapi pikiranku yang mulai tak terkontrol. Aku mulai menggepit paha agar tempikku yang terasa gatal dan membasah tak diketahui oleh mereka, andai tangan ku tak terikat mungkin aku sudah melakukan sesuatu yang nikmat!

"Eh... ah... mpffh... yang cepat dong... genjot... terus... pak!" teriakan nikmat Rifda sambil menggerakan bongkahan pantatnya kekiri –kanan mengimbangi sentakan PakDhe.
"Plak... plak... " suara benturan paha kedua orang didepanku serta kecipak tempik Rifda yang diterjang kontol gede itu seolah bersorak senang. Saat ku sedang memperhatikan mereka ikatan pada pergelangan tanganku terasa melonggar sedikit kutari tangan kananku dan terlepas! Sebentar aku bingung apa yang harus kulakukan, namun diluar kesadaran ku saat itu ternyata aku tidak mengambil kesempatan itu untuk melarikan diri lagi pula disitu ada 2 pria berkamera yang pasti akan mennghentikan ku, yah otakku mungkin sudah dirasuki nafsu. Aku butuh keprluan biologis itu! Aku butuh kontol yang hangat dengan terjangan yang sesungguhnya bukan seperti yang selama ini kudapatkan dengan masturbasi! Semakin kuperhatikan secara seksama apa yang dikerjakan PakDhe dab Rifda didepanku, Rifda nampak sangat menikmati genjotan PakDhe dari arah belakang.

'Ay... o.. pak... ayo... terus... kerasin... sentakanmu pak... !”
"Tempik nakal... nakal... nakal... " kata PakDhe setiap kali si kontol menerobos tempik Rifda.
Kulihat tongkat mainan persis kontol yang diletakkan dimeja oleh Rifda, tak kuhiraukan 2 orang berkamera yang sedang mengabadikan setiap gerakan dan erangan nikmat PakDhe dan Rifda, kuambil mainan wanita itu dan mulai kugesekkan pada tempikku, tak kuhiraukan segalanya!
Aku tersenyum karena aku merasa tak tersiksa sama sekali dengan keadaanku saat ini, kali ini aku bermaksud memasukkan kontol mainan lembut ini pada liang tempikku dan...
"Eh... auch... " bersamaan dengan sodokan PakDhe pada tempik Rifda setiap PakDhe menarik kontolnya kutarik pula mainan ini dari tempikku.Saat aku sedang menikmati tontonan didepanku tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan masuk seorang laki-laki yang tadi bergumul dengan Agatha menghampiriku sambil tersenyum, sambil berjalan dia melepas satu persatu kancing baju dan membuka resleting celananya. Kukeluarkan pelan-pelan kontol mainan dari dalam tempikku.

Aku membayangkan isi didalam celana itu adalah kontol besar seperti yang dirasakan oleh Agatha tadi, yang pasti akan memberi kenikmatan pada tempikku yang sangat merindukan kontol, kutatap matanya seolah aku memberinya ijin untuk segera menyerang tubuhku, aku sadar bahwa semua perbuatanku saat ini akan direkam dan disebar luaskan, aku tak pedulikan itu aku Cuma butuh laki-laki saat ini yang bisa membuatku menggelepar penuh kenikmatan! Ketika Rifda mengetahui laki-laki itu lewat didepannya tangan kanannya memegang kontol laki-laki itu.
"Tempikku... masih... cukup... ah..ah... untuk... kontolmu... auh... Rudi... say... ang... eh... " Rifda berkata sambil menikmati sodokan PakDhe. Sebentar laki-laki itu berhenti dan memasukan kontolnya kemulut Rifda.
"Ech... mpfh... Rud... empfh... di..kont... tol... " tampak mulut Rifda seperti kewalahan menelan sebuah Pisang yang besar, aku segera bangkit dan menghampiri mereka, yaah aku tak rela jika kontol dihadapanku ini akan di telan juga oleh tempik Rifda dan aku lagi-lagi jadi penonton, Rifda dan PakDhe tidak terlalu kaget melihatku.
"Oh... rupanya kamu baru bisa lepas dari tali tadi ha... ha... ha!" Rifda tertawa setelah kontol dimulutnya terlepas setelah laki-laki bernama Rudi itu membalikkan diri padaku tampak kontol besar setengah mengacum itu mengarah padaku.
"Wao... " Tanpa kuhiraukan si Rudi aku langsung jongkok didepannya dan bersiap mengulum Kontol idamanku itu.
"Lihat pak... ah... si... ja... ech... janda... tak tahan... juga... a yes... !" kata Rifda
seolah senang dengan apa yang kuperbuat, kumasukan kedalam mulutku dan kepalaku mulai bergerak maju mundur, kurasa sesuatu yang besar sedang berdenyut-benyut di dalam mulutku,
"Ach... ternyata pandai juga kamu mempermain kan kontol dengan mulut.
"Oh... !" tangan Rudi mulai meremas pentil susuku yang mulai mengeras.
Aku memang pandai melakukan oral sex hal itu pun diakui oleh mantan suamiku dulu bahwa mulutku sangat hebat dal;am hal ciuman bibir dan mengulum kontolnya bahkan sering kali saat oral sex suamiku mengeluarkan spermanya di mulutku.
"Ehm... ehm... ehm... " Aku sangat senang dan sangat merindukan batang hangat dan kenyal ini! "Oh... oh... ya... ouh... " Rudi tampak sangat menyukai kulumanku kupermainkan lidahku pada kepala kontolnya, sambil memberikan Rudi kenikmatan kulihat PakDhe semakin mempercepat genjotannya, tak lama kemudian.
"Arch... a... ah... aku... sudah... kel... luar... pa... ak... a... " kata Rifda, matanya
merem-melek menahan sesuatu yang keluar dari dalam tempiknya. Saat Rifda mulai sedikit lemas ternyata PakDhe mengeluarkan kontolnya dan melihat kearah Rudi seolah mengetahui maksud PakDhe Rudi pelan-pelan menarik kontolnya dari mulutku, yah PakDhe menuju kearahku sedang Rudi menuju tubuh Rifda, aku ragu apakaha aku akan melakukannya dengan orang yang sudah aku anggap sebagai orang tuaku ini, namun PakDhe ternyata langsung menarik pantatku hingga tuibuhku telentang pada kursi besar di belakangku dan kontolnya berada tepat didepan tempikku, mengetahui aku sudah terangsang dengan sekali tekan kontol PakDhe segera menerobos lobang tempikku sesaat terasa sakit

"Adu... h... pelan-pelan... dong PakDhe... !" Teriakku.
"Ah sorry Rin, lupa aku, tempik kamu sudah lama tak terisi ya! Tahan sebentar ya... kamu tahu ini ..enak.." kata PakDhe sambil menarik kontolnya dari dalam tempikku, aku merasa seluiruh isi tempikku tertarik.
"Pelan-pelan... " kataku lagi, tapi ternyata Pakdhe langsung menggenjot kontolnya itu keluar masuk. Tiba-tiba rasa sakit yang kurasakan menjadi rasa geli dan nikmat
"Ah... a... ayou... lagi PakDhe... terus... sh... haa... " yang kurasakan tempikku jebol
luar dalam namun ennaak sekali, sudah cukup lama bagiku waktu 4 bulan menanti yang seperti ini, aku tak peduli meski ini kudapat dari seorang yang selama ini menampungku. Saat sibuk menikmati sodokan kontol di tempikku sempat kulihat Rudi memompa pantatnya sementara Rifda mulutnya terbuka menahan nikmat yang akan dia dapat untuk kedua kalinya dengan posisi miring dan kaki kirinya terangkat sehingga memudahkan kontol gede milik Rudi mengobrak abrik isi tempiknya, tak berapa lama Rifda sudah memekik...

"Sudah Rud... aku... ah... !" tampak Rifda sudah mengalami orgasme yang keduanya. sementara kulihat muka PakDhe memerah menahan sesuatu
"Rin... torok... kamu... serr... et... aku tak... tahan... ah" PakDhe rupanya sudah mendapatkan ganjaran karena berani memasukan kontolnya ke milikku yang memang masih peret, dia menarik kontolnya dan mengeluarkan pejunya pada Susuku dan wajahku
"Ah... ah... " teriak PakDhe setiap kali cairan itu keluar dari kepala kontolnya.
"Ya... PakDhe... !" kataku kecewa, aku belum merasa orgasme! Tak kuhiraukan PakDhe sibuk dengan kontolnya yang mulai mengecil, saat kumandang Rudi yang mengocok kontolnya sendiri dia tersenyum padaku dan akhirnya kontol yang cukup gede itu datang padaku, tangan Rudi memegang pantatku, aku tahu dia ingin posisi anjing nungging, kubalik tubuhku menghadap sandaran kursi sedang kedua lututku tersangga pinggiran kursi, tak nerapa lama kontol Rudi sudah digesekgesekkan pada pantatku yang putih mulus,
"Ayoh Rud kamu mau merasakan seperti yang di rasakan PakDhe?" kataku nakal, aku tak tahu dan tak mau tahu apa yang kulakukan yang pasti aku mendapatkannya saat ini, akhirnya Rudi pun memasukan kontolnya ke dalam tempikku.
"A... euh... ah... em... ya... " kontol yang menerobos di bawahku memang terasa sangat gede seolah menyentuh rongga-rongga di dalam tempikku. Pantas Rifda mulut Rifda tak bersuara apa-apa ternyata ini yang dirasakannya.
"Eh... eh... eh... " Rudi menekan maju mundur kontolnya sementara tangannya meremas susuku dan bibirnya mencium punggungku, cukup lama Rudi menggenjot tubuhku dari belakang, kini dia memintaku untuk berdiri menghadap tubuhnya dengan mengangkat kaki kiriku dia memasukan kontolnya dari depan
"Ya... h... he... he..lagi... lagi... " nafasku terengah-engah menahan serangan Rudi yang belum pernah ku lakukan dengan mantan suamiku dulu. Sensansi yang luar biasa aku dapatkan dari laki-laki ini, sentakannya sangat mantab dan sodokkan kontolnya sangat luar biasa
"Rud... puaskan... puaskan... a.. ku... kontol... Ter... us... sh... " kata-kataku tak terkontrol lagi karena tempikku merasakan hal yang sangat luar biasa dan belum pernah aku merasakan yang seperti ini. Akhirnya aku merasa kebelet pipis dan geli bercampur menjadi satu...
"Aku... ae... kelu... ar Rud... ah.." Puas, aku puas! Jeritku dalam hati ini kontol yang aku harapkan setiap masturbasi, sementara Rudi tetap mengocok kontolnya sambil menahan tubuhku yang terasa lemas agar tak terjatuh,
"Pepek kamu... mem... mang... enak... ach" akhirnya Rudi menarik kontolnya dari tempikku dan menyemprotkan Spermanya ke mukaku.
"Ah... hangat... enakkan... Rud?" tampaknya tempikku memuaskan Rudi.

Cahaya terang dari kamera yang merekam semua tadi tampak meng-close up muka ku yang tampak ceria!

Akhirnya, aku menikmati semua ini, semua kulakukan dengan senang hati. Karena BuDhe adalah ketua dari semua pekerjaan ini dan Rifda dan Agatha adalah Teman SMPku, sehingga aku bekerja menjadi pemain film blue seperti yang dulu sering kulihat di keping VCD.













Anak Tetanggga Yang Mengairahkan

Aku seorang pegawai di salah satu perusahaan swasta di kota
DKI, nama aku Iwan. Aku berumur 30 tahun dengan tinggi badan
170 cm serta berat badan 65 kg dan kata cewek-cewek sih, aku
memiliki wajah dan tubuh yang sangat ideal untuk seorang
laki-laki bujangan. Perusahaan tempat aku kerja memberlakukan
lima hari kerja yaitu setiap hari senin sampai Jumat, sehingga
setiap hari sabtu aku selalu berada di rumah yang merupakan
salah satu kompleks elit di kota aku itu. Setiap hari sabtu
aku selalu mengisi waktu dengan melihat situs porno, majalah
porno, dan menonton film pornoh yang aku sewa di salah satu
rental yang berada di kompleks tersebut, dan hal itu
berlangsung selama berbulan-bulan.

Suatu saat hal tersebut tidak aku lakukan lagi karena setelah
aku melihat Riska anak tetangga aku yang masih duduk di kelas
1 SMP yang kira-kira berumur 12 tahun

dan aku sangat terpesona
dengan kemolekan tubuh anak tersebut. Riska memiliki tubuh
yang indah untuk ukuran anak seumur dia dengan tinggi badan
sekitar 155 cm dan berat badan sekitar 45kg serta memiliki dua
bukit kembar yang berukuran sedang yang tercermin dari
tonjolan padat dibalik seragam sekolah yang ketat dan tank top
yang biasa dikenakannya dan yang tidak kalah menariknya lagi
ia memiliki pantat yang sangat padat dan berisi yang terlihat
dari rok sekolah setinggi lutut dan rok mini yang ia kenakan
dan anehnya lagi aku tidak pernah melihat adanya garis CD yang
ia kenakan, dan yang pasti memeknya belum ditumbuhi bulu-bulu
halus.

Aku sering melihat riska kesekolah setiap hari dengan sengaja
berdiri didepan rumah sebelum aku berangkat kerja atau pada
sore hari sepulang kerja di saat ia sedang jalan-jalan sore di
sekitar kompleks dan pada saat itu aku selalu memandangi riska
dengan sangat tajam dan penuh nafsu namun ia tak menyadarinnya
dan sampai suatu hari riska mulai menyadarinya dan mulai
membalas tatapan aku dengan mata yang sangat menggoda.

Sejak kejadian itu aku selalu terbayang-bayang dengan
kemolekan riska setiap usai bekerja namun bukannya aku jatuh
cinta padanya tapi aku suka akan kemolekan tubuhnya dan sangat
bernafsu untuk mencicipinnya, tetapi nafsu birahi tersebut aku
tahan dan aku lampiaskan dengan hanya memandangi tubuhnya dari
balik pagar pada sore hari disaat ia sedang berjalan-jalan
dikompleks. Riska selalu menggunakan tank top dan rok mini
setiap akan berjalan-jalan disekitar kompleks bersama kakak
dan sepupunya (Yani yang sedang kuliah smst 2 dan Neni yang
duduk di sma kls 3) dan ini dia lakukan setiap sore.

Seperti biasanya pada sore hari setiap pulang kerja aku selalu
menunggu riska untuk memandangi tubuhnya, tetapi pada saat itu
aku heran karena riska hanya sendiri saja berjalan dengan
sangat santai dan seperti biasa pula ia hanya memakai tank top
yang pada saat itu berwarna kuning dan rok mini berwarna putih
tembus pandang dan yang tidak terlalu ketat. Dengan sangat
nernafsu aku tatap dia dari balik pagar dan dia pun
membalasnya dan tanpa aku sangka-sangka riska menuju ke pintu
pagar rumah aku, dan dalam hati aku bertanya mungkin dia akan
marah karena aku selalu menatapnya, tetapi hal tersebut tidak
terjadi, dia malah tersenyum manis sambil duduk dideker
didepan pagar rumah aku yang membuat nafsu aku semakin tinggi
karena dengan leluasa aku dapat memandangi tubuh riska dan
yang lebih mengasikan lagi ia duduk dengan menyilangkan
pahannya yang membuat sebagian roknya tersingkap disaat angin
meniup dengan lembutnya namun ia diam dan membiarkan saja.

Dengan penuh nafsu dan penasaran ingin melihat tubuh riska
dari dekat maka aku dekati dia dan bertannya "Duduk sendirian
nih boleh aku temanin," dengan terkejut riska mambalikan
wajahnya dan berkata "eh...... boooboleh." Aku langsung duduk
tepat di sampingnya dikarenakan deker tersebut hanya pas untuk
dua orang. Dan untuk mengurangi kebisuan aku bertannya pada
riska "Biasanya bertiga, temennya mana..?", dengan
terbata-bata riska berkata "Gi.. gini om, mereka i.. itu bukan
temen aku tetapi kakak dan sepupu aku." aku langsung malu
sekali dan kerkata "Sorry." kemudia riska menjelaskan bahwa
kakak dan sepupunnya lagi ke salah satu mal namannya MM.

Riska mulai terlihat santai tetapi aku semakin tegang
jantungku semakin berdetak dengan kerasnya dikarenakan dengan
dekatnya aku dapat memandangi paha mulus riska ditambah lagi
dua bukit kembarnya tersembul dari balik tank topnya apabila
dia salah posisi. Diam-diam aku mencuri pandang untuk
melihatnya namun dia mulai menyadarinya tetapi malah kedua
bukit kembarnya tersebut tambah diperlihatkannya keaku yang
membuat aku semakin salah tingkah dan tampa sengaja aku
menyentuh pahanya yang putih tanpa ditutupi oleh rok mininya
karena tertiup angin yang membuat riska terkejut dan riskapun
tidak marah sama sekali sehingga tangan aku semakin penasaran
dan aku dekapkan tangan aku ke pahanya dan dia pun tidak marah
pula dan kebetulan pada saat itu langitpun semakin gelap
sehingga aku gunakan dengan baik dengan perlahan-lahan tangan
kiri aku yang berada di atas pahanya aku pindahkan ke
pinggannya dan meraba-raba perutnya sambil hidungku aku
dekatkan ketelingannya yang membuat riska kegelian karena
semburan nafasku yang sangat bernafsu dan mata ku tak berkedip
melihat kedua bukit kembarnya yang berukuran sedang dibalik
tank topnya. Tanpa aku sadari tangan kiri aku telah menyusup
kedalam tank top yang ia gunakan menuju kepunggunya dan disana
aku menemukan sebuah kain yang sangat ketat yang merupakan
tali BH nya dan dengan sigapnya tangan aku membuka ikatan BH
yang dikenakan riska yang membuat tangan aku semakin leluasa
ber gerilya dipunggunya dan perlahan-lahan menyusup kebukit
kembarnya serta tangan kanan aku membuka ikatan tali BH riska
yang berada di lehernya dan dengan leluasa aku menarik BH
riska tersebut keluar dari tank topnya karena pada saat itu
riska mengggunakan BH yang biasa digunakan bule pada saat
berjemur. Setelah aku membuka BHnya kini dengan leluasa tangan
aku meraba, memijit dan memelintir bukit kembarnya yang
membuat riska kegelian dan terlihat pentil bukit kembarnya
telah membesar dan berwarna merah dan tanpa ia sadari ia
berkata "Terusss.. nikmattttt.. Ommmm........... ahh..
ahhhh...." Dan itu membuat aku semakin bernafsu, kemudian
tangan aku pindahkan ke pinggannya kembali dan mulai
memasukannnya ke dalam rok mini yang ia kenakan dengan
terlebih dahulu menurunkan res yang berada dibelakang roknya,
kemudian tangan aku masukan kedalam rok dan CDnya dan
meremas-remas bokongnya yang padat dan berisi dan ternyata
riska memakai CD model G string sehingga membuat aku berpikir
anak SMP kayak dia kok sudah menggunakan G string tetapi itu
membuat pikiranku selama ini terjawab bahwa riska selama ini
menggunakan G string sehingga tidak terlihat adanya garis CD.

Lima menit berlalu terdengar suara riska "Ahh.. terusss Om...
terusss.. nikmattttt.. ahh.. ahhhh..." hanya kalimat itu yang
keluar dari mulut riska pada saat aku menyentuh dan memasukan
jari tengan aku ke dalam memeknya yang belum ditumbuhi
bulu-bulu tersebut dari belakang dan aku pun makin
menggencagkan seranganku dengan mengocok memeknya dengan
cepat. Tiba-tiba pecahlah rintihan nafsu keluar dari mulut
Riska.
"Ouuhhh.. Ommmm.. terus.. ahhh.. ahhhhhhhhh..
ahhhhhhhhhhhhhh.." riska mengalami orgasme untuk yang pertama
kali.

Setelah riska mengalami orgasme aku langsung tersentak
mendengar suara beduk magrib dan aku menghentikan seranganku
dan membisikan kata-kata ketelinga riska "Udah dulu ya.."
dengan sangat kecewa riska membuka matanya dan terlihat adanya
kekecewaan akibat birahinya telah sampai dikepala dan aku
menyuruhnya pulang sambil berkata "Kapan-kapan kita lanjutkan
lagi," ia langsut menyahut "Ya om sekarang aja tanggung nih,
lihat memek aku udah basah.." sambil ia memegang memeknya yang
membuat aku berpikir anak ini tinggi juga nafsunya dan aku
memberinya pengertian dan kemudian ia pulang dengan penuh
kekecewan tanpa merapikan tank top dan roknya yang resnya
masih belum dinaikan namun tidak membuat rok mininya turun
karena ukuran pingganya yang besar, tetapi ada yang lebih
parah ia lupa mengambil BH nya yang aku lepas tadi sehingga
terlihat bukit kembarnya bergoyang-goyang dan secara
samar-samar terlihat putting gunung kembarnya yang telah
membesar dan berwarna merah dari balik tank topnya yang
pastinya akan membuat setiap orang yang berpapasan dengannya
akan menatapnya dengan tajam penuh tanda tanya. Setelah aku
sampai di rumah aku langsug mencium BH riska yang ia lupa,
yang membuat aku semakin teropsesi dengan bentuk gunung
kembarnya dan dapat aku bayangkan dari bentuk BH tersebut.

Sejak kejadian sore itu, lamunanku semakin berani dengan
menghayalkan nikmatnya bersetubuh dengan riska namun
kesempatan itu tak kunjung datang dan yang mengherankan lagi
riska tidak pernah berjalan-jalan sore lagi dan hal tersebut
telah berlangsung selama 1 minggu sejak kejadian itu, yang
membuat aku bertanya apakah dia malu atau marah atas kejadian
itu, sampai suatu hari tepatnya pada hari sabtu pagi dan pada
saat itu aku libur, cuaca sangat gelap sekali dan akan turun
hujan, aku semakin BT maka kebiasaan aku yang dulu mulai aku
lakukan dengan menonton film porno, tapi aku sangat bosan
dengan kaset tersebut. Hujanpun turun dengan derasnya dan
untuk menghilangkan rasa malas dan bosan aku melangkah menuju
keteras rumah aku untuk mengambil koran pagi, tapi setibanya
didepan kaca jendela aku tersentak melihat seorang anak SMP
sedang berteduh, ia sangat kedinginan dikarenakan bajunya
basah semuannya yang membuat seluruh punggunya terlihat
termasuk tali BH yang ia kenakan. Perlahan-lahan nafsuku mulai
naik dan aku perhatikan anak tersebut yang kayaknya aku kenal
dan ternyata benar anak tersebut adalah Riska, dan aku
berpikir mungkin dia kehujanan saat berangkat sekolah sehingga
bajunya basah semua. Kemudian aku mengatur siasat dengan
kembali ke ruang tengah dan aku melihat film porno masih On,
maka aku pun punya ide dengan megulang dari awal film tersebut
dan akupun kembali ke ruang tamu dan membuka pintu yang
membuat riska terkejut.

Pada saat riska terkejut kemudia aku bertannya pada dia "Lo
riska ngak kesekolah nih?" dengan malu-malu riska menjawab
"Ujan om.." aku langsung bertannya lagi "Ngak apa-apa
terlambat."
"Ngak apa-apa om karena hari ini ngak ada ulangan umum lagi."
riska menjawab dan aku langsung bertannya "Jadi ngak apa-apa
ya ngak kesekolah?". "Ia om", riska menjawab dan dalam hati
aku langsung berpikir bahwa selama ini riska tidak pernah
kelihatan karena ia belajar untuk ulangan umum, dan inilah
kesempatan yang aku tunggu-tunggu dan aku langsung menawarinya
untuk masuk kedalam dan tanpa malu-malu karena udah kedingin
dia langsung masuk kedalam ruang tamu dan langsung duduk dan
pada saat itu aku memperhatikan gunung kembarnya yang
samar-samat tertutupi BH yang terlihat dari balik seragam
sekolahnya yang telah basah sehingga terlihat agak transparan.

Melihat riska yang kedinginan, maka aku menawari dia untuk
mengeringkan badannya di dalam dan dia pun setuju dan aku
menunjukan sebuah kamar di ruang tengah dan aku memberi tahu
dia bahwa di sana ada handuk dan baju seadannya. Dengan cepat
riska menuju ke ruang tengah yang disana terdapat TV dan
sedang aku putar film porno, hal tersebut membuat aku senang,
karena riska telah masuk kedalam jebakanku dan berdasarkan
perkiraan aku bahwa riska tidak akan mengganti baju tetapi
akan berhenti untuk menonton film tersebut. Setelah beberapa
lama aku menunggu ternyata riska tidak kembali juga dan akupun
menuju keruang tengah dan seperti dugaanku riska menonton film
tersebut dengan tangan kanan di dalam roknya sambil mengocok
memeknya dan tangan kiri memegang bukit kembarnya. Aku
memperhatikan dengan seksama seluruh tingkah lakunya dan
perlahan-lahan aku mengambil handy cam dan merekam seluruh
aktivits memegang dan mengocok memek dan bukit kembarnya yang
ia lakukan sendiri dan rekaman ini akan aku gunakan untuk
mengancamnya jika ia bertingkah. Setelah merasa puas aku
merekamnya. Aku menyimpan alat tersebut kemudian aku dekati
riska dari belakang.

Aku berbisik ketelinga riska, enak ya, riska langsung kaget
dan buru-buru melepaskan tangannya dari memek dan bukit
kembarnya, aku langsung menangkap tangannya dan berbisik lagi
"Teruskan saja, aku akan membantumu." kemudian aku duduk
dibelakang riska dan menyuruh riska untuk duduk di pangkuanku
yang saat itu penisku telah menegang dan aku rasa riska
menyadari adanya benda tumpul dari balik celana yang aku
kenakan. Dengan perlahan-lahan, tanganku aku lingkarkan keatas
bukit kembarnya dan ciumanku yang menggelora mencium leher
putih riska, tangan kananku membuka kancing baju riska satu
demi satu sampai terlihat bukit kembarnya yang masih ditutupi
BH yang bentuknya sama pada saat kejadian yang sore lalu.
Riska sesekali menggelinjat pada saat aku menyentuh dan
meremas bukit kembarnya namun hal tersebut belum cukup, maka
aku buka sebagian kancing baju seragam yang basah yang
digunakan riska kemudian tagan kiri aku masuk ke dalam rok
riska dan memainkan bukit kecilnya yang telah basah dan pada
saat itu rok yang ia gunakan aku naikan ke perutnya dengan
paksa sehingga terlihat dengan jelas G string yang ia gunakan.
Aku langsung merebahkan badannya diatas karpet sambil mencium
bibir dan telinganya dengan penuh nafsu dan secara
perlahan-lahan ciuman tersebut aku alihkan ke leher mulusnya
dan menyusup ke kedua gunung kembarnya yang masih tertutup BH
yang membuat riska makin terangsang dan tanpa dia sadari dari
mulutnya mengeluarkan desahan yang sangat keras.

"Ahhhhh terussssssss Omm........ terusssssss....
nikmattttttt..... ahh.... ahhhhhhhhhhh....... isap terus Om..
Ahhhh........ mhhhhhhhh. Omm..."
Setelah lama mengisap bukit kembarnya yang membuat pentil
bukit kembarnya membesar dan berwarna merah muda,
perlahan-lahan ciuman aku alihkan ke perutnya yang masih rata
dan sangat mulus membuat riska tambah kenikmatan.
"Ahh ugggh.... uuhh.... agh.... uhh.... aahh", Mendengar
desahan riska aku makin tambah bernafsu untuk mencium
memeknya, namun kegiatanku di perut riska belum selesai dan
aku hanya menggunakan tangan kiri aku untuk memainkan memeknya
terutama klitorisnya yang kemudian dengan menggunakan ketiga
jari tangan kiri aku, aku berusaha untuk memasukan kedalam
memek riska, namun ketiga jari aku tersebut tidak pas dengan
ukuran memeknya sehingga aku mencoba menggunakan dua jari
tetapi itupun sia-sia yang membuat aku berpikir sempit juga
memek anak ini, tetapi setelah aku menggunakan satu jari
barulah dapat masuk kedalam memeknya, itupun dengan susah
payah karena sempitnya memek riska. Dengan perlahan-lahan
kumaju mundurkan jari ku tersebut yang membuat riska mendesah.
"Auuuuuggggkkkk..." jerit Riska.
"Ah... tekan Omm.. enaaaakkkkk...terusssss Ommm..." Sampai
beberapa menit kemudia riska mendesah dengan panjang.
"Ahh ugggh..., uuhh..., agh..., uhh..., aahh", yang membuat
riska terkulai lemah dan aku rasa ada cairan kental yang
menyempor ke jari aku dan aku menyadari bahwa riska baru saja
merasakan Orgasme yang sangat nikmat. Aku tarik tangan aku
dari memeknya dan aku meletakan tangan aku tersebut
dihidungnya agar riska dapat mencium bau cairan cintannya.

Setelah beberapa saat aku melihat riska mulai merasa segar
kembali dan kemudian aku menyuruh dia untuk mengikuti gerakan
seperti yang ada di film porno yang aku putar yaitu menari
striptis, namun riska tampak malu tetapi dia kemudian bersedia
dan mulai menari layaknya penari striptis sungguhan.
Perlahan-lahan riska menanggalkan baju yang ia kenakan dan
tersisa hanyalah BH seksinya, kemudian disusul rok sekolahnya
yang melingkar diperutnya sehingga hanya terlihat G string
yang ia kenakan dan aku menyuruhnya menuju ke sofa dan meminta
dia untuk melakukan posisi doggy, riska pun menurutinya dan
dia pun bertumpuh dengan kedua lutut dan telapak tangannya.
Dengan melihat riska pada posisi demikian aku langsug menarik
G string yang ia kenakan ke arah perutnya yang membuat belahan
memeknya yang telah basah terbentuk dari balik G string nya,
dan akupun mengisap memeknya dari balik G string nya dan
perlahan-lahan aku turunkan G string nya dengan cepat sehingga
G string yang riska kenakan berada di ke dua paha mulusnya,
sehingga dengan leluasa dan penuh semangat aku menjilat,
meniup, memelintir klitorisnya dengan mulut aku.
"Aduh, Ommm...! Pelan-pelan dong..!" katanya sambil mendesis
kesakitan Riska menjatuhkan tubuhnya kesofa dan hanya
bertumpuh dengan menggunakan kedua lututnya. Aku terus
menjilati bibir memeknya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan
untuk membuka lubang sanggamanya dan kujilati dinding memeknya
dengan cepat yang membuat riska mendesah dengan panjang.

"Uhh..., aahh..., ugghh..., ooohh".
"Hmm..., aumm..., aah..., uhh..., ooohh..., ehh".
"Oooom..., uuhh..." Riska menggeliat-geliat liar sambil
memegangi pinggir sofa.
"Ahhh... mhhh... Omm..." demikian desahannya. Aku terus
beroperasi dimemeknya. Lidahku semakin intensif menjilati
liang kemaluan Riska. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam
memeknya, membuat Riska tersentak dan memekik kecil.
Kugesek-gesekkan sekali lagi jariku dengan memeknya sambil
memasukkan lidahku ke dalam lubangnya. Kugerakkan lidahku di
dalam sana dengan liar, sehingga riska semakin tidak karuan
menggeliat.

Setelah cukup puas memainkan vaginanya dengan lidahku dan aku
dapat merasakan vaginanya yang teramat basah oleh lendirnya
aku pun membuka BH yang dikenakan riska begitupun dengan G
string yang masih melingkar dipahanya dan aku menyuruh di
untuk duduk disofa sambil menyuruh dia membuka celana yang aku
gunakan, tetapi riska masih malu untuk melakukannya, sehingga
aku mengambil keputusan yaitu dengan menuntun tanggannya masuk
ke balik celana aku dan menyuruh dia memegang penis aku yang
telah menegang dari tadi. Setelah memegang penis aku, dengan
sigapnya seluruh celana aku (termasuk celana dalam aku) di
turunkannya tanpa malu-malu lagi oleh riska yang membuat penis
aku yang agak besar untuk ukuran indonesia yaitu berukuran 20
cm dengan diameter 9 cm tersembul keluar yang membuat mata
riska melotot memandang sambil memegangnya, dan aku meminta
riska mengisap penis aku dan dengan malu-malu pula ia mengisap
dan mengulum penis aku, namun penisku hanya dapat masuk
sedalam 8 cm dimulut riska dan akupun memaksakan untuk masik
lebih dalam lagi sampai menyentuh tenggorokannya dan itu
membuat riska hampir muntah, kemudian ia mulai menjilatinya
dengan pelan-pelan lalu mengulum-ngulumnya sambil
mengocok-ngocoknya, dihisap-hisapnya sembari matanya menatap
ke wajahku, aku sampai merem melek merasakan kenikmatan yang
tiada tara itu. Cepat-cepat tangan kananku meremas bukit
kembarnya, kuremas-remas sambil ia terus mengisap-isap penisku
yang telah menegang semakin menegang lagi. Kemudian aku
menyuruh riska mengurut penisku dengan menggunakan bukit
kembarnya yang masih berukuran sedang itu yang membuat bukit
kembar riska semakin kencang dan membesar. Dan menunjukan
warna yang semakin merah.

Setelah puas, aku rebahkan tubuh riska disofa dan aku
mengambil bantal sofa dan meletakan dibawan bokong riska (gaya
konvensional) dan aku buka kedua selangkangan riska yang
membuat memeknya yang telah membesar dan belum ditumbuhi
bulu-bulu halus itu merekah sehingga terlihat klitorisnya yang
telah membesar. Batang penisku yang telah tegang dan keras,
siap menyodok lubang sanggamanya. Dalam hati aku membatin,
"Ini dia saatnya... lo bakal habis,riska..!" mulai pelan-pelan
aku memasukkan penisku ke liang surganya yang mulai basah,
namun sangat sulit sekali, beberapa kali meleset, hingga
dengan hati-hati aku angkat kedua kaki riska yang panjang itu
kebahu aku, dan barulah aku bisa memasukan kepala penisn aku,
dan hanya ujung penisku saja yang dapat masuk pada bagian
permukaan memek riska.

"Aduhhhhhh Omm.. aughhhhghhhhh... ghhh... sakit Omm..." jerit
Riska dan terlihat riska menggigit bibir bawahnya dan matanya
terlihat berkaca-kaca karena kesakitan. Aku lalu menarik
penisku kembali dan dengan hati2 aku dorong untuk mencoba
memasukannya kembali namun itupun sia-sia karena masih
rapatnya memek riska walaupun telah basah oleh lendirnya. Dan
setelah beberapa kali aku coba akhirnya sekali hentak maka
sebagian penis aku masuk juga. Sesaat kemudian aku benar-benar
telah menembus "gawang" keperawanan riska sambil teriring
suara jeritan kecil.
"Oooooohhhhgfg..... sa... kiiiit.... Sekkkallliii....
Ommmmm....", dan aku maju mundurkan penis aku kedalam memek
riska "Bless, jeb..!"
jeb! jeb! "Uuh..., uh..., uh..., uuuh...", ia mengerang.
"Auuuuuggggkkkk..." jerit Riska.
"Ommm Ahh..., matt.., maatt.., .ii... aku..."
Mendengar erangan tersebut aku lalu berhenti dan membiarkan
memek riska terbiasa dengan benda asing yang baru saja masuk
dan aku merasa penis aku di urut dan di isap oleh memek
riska,namun aku tetap diam saja sambil mengisap bibir
mungilnya dan membisikan "Tenang sayang nanti juga hilang
sakitnya, dan kamu akan terbiasa dan merasa enakan."

Sebelum riska sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan
kembali penisku ke dalam memek riska dengan cepat namun karena
masih sempit dan dangkalnya nya memek riska maka penisku hanya
dapat masuk sejauh 10 cm saja, sehingga dia berteriak
kesakitan ketiga aku paksa lebih dalam lagi.
"Uhh..., aahh..., ugghh..., ooohh".
"Hmm..., aumm..., aah..., uhh..., ooohh..., ehh".
"Ooommm...,sakkkitt...... uuhh..., Ommm...,sakitttt...........
ahh".
"Sakit sekali............ Ommm..., auhh..., ohh..."
"Riska tahan ya sayang". Untuk menambah daya nikmat aku
meminta riska menurunkan kedua kakinya ke atas pinggulku
sehingga jepitan memeknya terhadap penisku semakin kuat..
Nyaman dan hangat sekali memeknya..! Kukocok keluar masuk
penisku tanpa ampun, sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan
keluar penisku membuat riska merasakan sakit pada memeknya.
Rintihan kesakitannya semakin menambah nafsuku. Setiap kali
penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya membuatku
merasa nikmat tidak terkatakan. Kemudian aku meraih kedua
gunung kembar yang berguncang-guncang di dadanya dan
meremas-remas daging kenyal padat tersebut dengan kuat dan
kencang, sehingga riska menjerit setinggi langit. Akupun
langsung melumat bibir riska membut tubuh riska semakin
menegang.

"Oooom...., ooohh..., aahh..., ugghh..., aku..., au...,
mau..., ah..., ahh..., ah..., ah..., uh..., uhh", tubuh riska
menggelinjang hebat, seluruh anggota badannya bergetar dan
mengencang, mulutnya mengerang, pinggulnya naik turun dengan
cepat dan tangannya menjambak rambutku dan mencakar tanganku,
namun tidak kuperdulikan. Untunglah dia tidak memiliki kuku
yang panjang..!
Kemudian riska memeluk tubuhku dengan erat. Riska telah
mengalami orgasme untuk yang kesekian kalinya.
"Aaww..., ooww..., sshh..., aahh", desahnya lagi.
"Aawwuuww..., aahh..., sshh..., terus Ommm, terruuss..., oohh"
"Oohh..., ooww..., ooww..., uuhh..., aahh... ", rintihnya
lemas menahan nikmat ketiga hampir 18 cm penisku masuk kedalam
memeknya dan menyentuh rahimmnya.
"Ahh..., ahh..., Oohh..." dan, "Crrtt..., crtr.., crt...,
crtt", air maninya keluar.
"Uuhh... uuh... aduh.. aduh... aduhh.. uhh... terus.. terus..
cepat... cepat aduhhh..!"
Sementara nafas saya seolah memburunya, "Ehh... ehhh... ehh.."
"Uhhh... uhhh.... aduh... aduh... cepat.. cepat Ommm...
aduh..!"
"Hehh.. eh... eh... ehhh.."
"Aachh... aku mau keluar... oohh... yes," dan... "Creeet...
creeet... creeet..."
"Aaaoooww... sakit... ooohhh... yeeaah... terus... aaahhh...
masukkin yang dalam Ommm ooohhh... aku mau keluar... terus...
aahhh... enak benar, aku... nggak tahaaan... aaakkhhh..."

Setelah riska orgasme aku semakin bernafsu memompa penisku
kedalam memeknya, aku tidak menyadari lagi bahwa cewek yang
aku nikmati ini masih ABG berumur 12 tahun. Riska pun semakin
lemas dan hanya pasrah memeknya aku sodok. Sementara itu ...
aku dengarkan lirih ... suara riska menahan sakit karena
tekanan penisku kedalam liang memeknya yang semakin dalam
menembus rahimnya. Aku pun semakin cepat untuk mengayunkan
pinggulku maju mundur demi tercapainya kepuasan. Kira-kira 10
menit aku melakukan gerakan itu. Tiba-tiba aku merasakan
denyutan yang semakin keras untuk menarik penisku lebih dalam
lagi, dan..
"Terus.., Omm.., terus.. kan..! Ayo.., teruskan... sedikit
lagi.., ayo..!" kudengar pintanya dengan suara yang kecil
sambil mengikuti gerakan pinggulku yang semakin menjadi. Dan
tidak lama kemudian badan kami berdua menegang sesaat, lalu..,
"Seerr..!" terasa spermaku mencair dan keluar memenuhi memek
riska, kami pun lemas dengan keringat yang semakin membasah di
badan.

Aku langsung memeluk riska dan membisikan "Kamu hebat sayang,
apa kamu puas..?" diapun tersenyum puas, kemudian aku menarik
penis aku dari memeknya sehingga sebagian cairan sperma yang
aku tumpahkan di dalam memeknya keluar bersama darah
keperawanannya, yang membuat nafsuku naik kembali, dan akupun
memompa memek riska kembali dan ini aku lakukan sampai sore
hari dan memek riska mulai terbiasa dan telah dapat mengimbagi
seluruh gerakanku dan akupun mengajarinya beberapa gaya dalam
bercinta. Sambil menanyakan beberapa hal kepadanya "Kok anak
SMP kaya kamu udah mengenakan G string dan BH seksi" riska pun
menjelaskannya "bahwa ia diajar oleh kakak dan sepupunya"
bahkan katanya ia memiliki daster tembus pandang (transparan).
Mendengar cerita riska aku langsung berfikir adiknya saja udah
hebat gimana kakak dan sepupunya, pasti hebat juga.
Kapan-kapan aku akan menikmatinya juga.

Setelah kejadian itu saya dan riska sering melakukan seks di
rumah saya dan di rumahnya ketika ortu dan kakanya pergi, yang
biasanya kami lakukan di ruang tamu, kamar tidur, kamar mandi,
meja kerja, meja makan, dapur., halaman belakang rumah dengan
berbagai macam gaya dan sampai sekarang, apabila saya udah
horny tinggal telepon sama dia dan begitupun dengan dia. Riska
sekarang telah berumur 14 tahun dan masih suka dateng
mengunjungi rumah saya, bahkan riska tidak keberatan bila aku
suruh melayani temen-temen aku dan pernah sekali ia melayani
empat sekaligus temen-temen aku yang membuat riska tidak
sadarkan diri selama 12 jam, namun setelah sadar ia meminta
agar dapat melayani lebih banyak lagi katanya. Yang membuat
aku berpikir bahwa anak ini maniak sex, dan itu membuat aku
senang karena telah ada ABG yang memuaskan aku dan temen-temen
aku, dan aku akan menggunakan dia untuk dapat mendekati kakak
dan sepupunya.

Untuk ABG yang mau ngesex dengan aku, aku tunggu emailnya. Dan
untuk pembaca, sabar aja, aku akan menulis beberapa
pengalamanku dengan para ABG di sekitar kompleks tempat
tinggal aku diantaranya bersama Yani, Neni (kakak dan sepupu
riska, Dini, Butet, Rhina, Mela, Nurul, dll.., dan adapula
pengalaman ngesex dengan adik ipar kakaku.













Istri Jiranku

Sebagai seorang bujang aku menyewa sebuah rumah di pekan T
bersendirian. Rumahku dikelilingi oleh jiran-jiran yang tak
berapa mesra. Masa mula-mula masuk rumah ni (kira-kira 7 bulan
lalu) aku rasa macam dalam kandang lembu aje. Semuanya serba
tak terurus sehingga menyebabkan aku bercadang nak pindah ke
tempat lain. Tapi ada sesuatu yang telah menahan aku daripada
meninggalkan tempat itu.

Semasa mengemas bilik pada hari pertama, dari tingkap bilikku
aku terlihat satu pemandangan yang sungguh indah. Oh...
seorang wanita sedang membasuh pakaian di luar rumah,
bersebelahan dengan rumahku. Aku boleh melihatnya dengan
jelas. Sambil membasuh dia menunduk dan dari celah-celah
bajunya yang ternganga aku melihat buah dadanya yang tengah
ranum dan mungkin berukuran 34-B atau lebih. Aku tak mahu
melepaskan peluang lalu memerhatikan pemandangan indah
tersebut. Tapi alamak dia terperasan aku memerhatikannya lalu
dengan tersipu-sipu menarik bajunya ke belakang.

Sejak peristiwa itu aku sering mendapat peluang mengintainya
bila ada waktu terluang. Dari dapurku aku boleh melihatnya
menukar pakaiannya di biliknya. Aku hampir melancap sendirian
bila berhadapan dengan situasi seperti ini. Lalu aku memasang
angan-angan untuk menyetubuhinya. Dan... angan-anganku itu
semakin menjadi kenyataan.

Satu hari aku melihat dia bermati-matian menahan air paip yang
melimpah dari kepala paipnya yang rosak. Aku memberanikan diri
untuk menolongnya. Aku tak punya pengetahuan tentang paip.
Lalu aku ambil jalan mudah cari kepala paip yang tak guna dan
ganti dengan kepala paipnya yang rosak. Hampir sejam
membetulkan kerosakan paipnya barulah air tak mengalir lagi.
Lepas tu dia ajak aku masuk ke dalam rumahnya. Dia sediakan
minuman sejuk buatku. Lalu perkenalkan namanya Jee. Sedap nama
tu macam orangnya juga bisikku.

Dalam rumahnya aku lihat gambar perkahwinannya tergantung di
dinding. Melihat aku merenung gambar tersebut dia mencelah
dengan mengatakan suaminya bekerja di luar daerah dan pulang 3
bulan sekali. Dia duduk agak jauh dariku. Sekali sekala dia
menyilangkan kakinya menyebabkan aku terlihat seluar dalamnya
yang berwarna kelabu itu. Aku sendiri tak tahu sama ada dia
sengaja atau tidak. Tapi keputihan pehanya dan alat sulitnya
yang menonjol menyebabkan aku mula merasakan senjataku
membesar. Jadi aku cepat-cepat minta diri. Tapi sebelum
beredar dia sempat bertanya, aku makan di rumah atau di kedai.
Lalu aku jawab kadang rumah kadang kedai. Dia ajak aku makan
malam di rumahnya. Aku tak menolak

Jam 8.00 aku bersiap untuk ke rumahnya. Tapi harus
berhati-hati agar tidak dilihat jiran. Aku menyusup melalui
pintu depan dan mengetuk perlahan-lahan. Jee membuka pintu
sambil tersenyum. Aduh... senyuman yang sungguh manis. Di meja
makan sudah terhidang makanan. Jee mempelawa aku makan. Sambil
makan kami berbual-bual. Tiba-tiba tangannya menjalar di
pehaku. Aku terperanjat tapi berlagak macho. Dia kuis kaki aku
dengan ibu jari kakinya. Kemudian terus menjalar ke bahagian
atas sehingga ke buah zakarku. Di situ ia berhenti dan
merenungku dengan manja. Lepas tu dia senyum. "Tak pernah?"
soalnya dengan nada yang agak kemanja-manjaan. Aku senyum.
Lepas makan kami duduk di ruang tamu. Dia minta diri untuk ke
biliknya.

Tiba-tiba dari biliknya dia memanggilku. Aku menoleh tetapi
Jee tidak kelihatan. Aku bergegas ke biliknya untuk melihat
apa yang terjadi. Tetapi gelap. Aku tak dapat melihat apa-apa.
Aku meraba-raba mencari suis lampu. Bila lampu terpasang aku
dapat melihat Jee seperti seorang bidadari. Dia hanya memakai
baju tidur tanpa pakaian dalam. Aku tergamam. Pandanganku
tertumpu pada buah dadanya yang besar itu. Putingnya menonjol.
Aku melihat pula pukinya. Hanya kelihatan bayang-bayang
kehitaman.
Tubuhku menjadi panas tiba-tiba. Jee rapat kepadaku dan mula
mencumbuiku. Aku tak dapat menahan perasaanku lalu memeluknya.
Dia menghisap mulutku. Aku tak tahu bagaimana untuk
melakukannya. Jee mengajar aku satu persatu. Kami berlabuh di
atas katilnya yang empuk. Jee menindihku. batang zakarku
menongkah perutnya. Macam botol Cola usik Jee. lalu Jee
menarik seluar trek suit ku ke bawah. Dengan rakus dia
melondehkan seluar dalamku. Kemudian pakaianku habis terlucut
daripada tubuhku. Oh aku telah berbogel. Buat pertama kali
tubuhku ditatapi oleh seorang wanita. Jee memegang batangku
dan mengusap-usapnya manja. Aku kegelisahan tak tentu arah.
Jee bangun dan mendapatkan sesuatu di dalam laci. Rupa-rupanya
alat pengukur. Jee mengukur butuh aku. Wow.. bisiknya 6.5
inci. dan tiba-tiba Jee mengulum batangku aku menjadi tak
tentu arah. Tubuhku seolah-olah kejang diperlakukan demikian.
Jee kemudian menghisap tetek aku. Jee menjlat-jilat seluruh
tubuhku.

Kemudian Jee bangun. Perlahan-lahan Jee membuka pakaiannya.
Mula-mula aku melihat buah dadanya yang besar itu. Lepas tu
barulah kelihatan pukinya yang dilitupi oleh bulu hitam yang
agak lebat. Jee berbaring disisiku. Dia menarik tanganku ke
puting susunya. Tanganku mengeletar. Jee arahkan aku hisap
putingnya. Aku buat seperti Jee lakukan padaku. Kemudian Jee
kangkangkan kakinya Jee suruh aku lihat pukinya. Aku jadi
bertambah gamam. Aku melihat satu lurah yang kelihatan berair
dan lembab. Baunya semerbak. dan aku menyukainya. Pada celah
lurah itu ada semacam daging yang tersembul dan berwarna
kemerah-merahan. Aku menyentuhnya dan Jee mengerang perlahan.
matanya kelihatan kuyu sambil merenungku dengan penuh makna.

Dia membisikkan sesuatu ke telinga ku. Itu permintaannya dan
aku rela melakukannya. Lalu aku menjilat pukinya mengikut
arahan Jee. Jee seolah-olah terdampar kelemasan seperti karam
di lautan. Dia menarik kedua-dua tanganku sehingga aku
tertiarap di atas tubuhnya. Butuhku menekan perutnya. Aku
mengangkat punggungku. Jee meraba butuhku dan memegangnya
sambil memandunya ke lubang pukinya. Dan tiba-tiba aku seperti
orang yang tergelincir ke dalam kolam. Aku telahpun
menyetubuhinya Butuhku terbenam ke dalam lubang pukinya. Dia
menekan-nekan punggungku sehingga seluruh batangku memenuhi
lubang pukinya. Jee mengarahkan aku menggoyang-goyangkan
punggungku. Aku menuruti kehendaknya. Aku merasa sungguh
nikmat dan dengan sendiri aku mengayuh dengan laju. nafasku
tercungap-cungap. Jee mengerang kesedapan. aah... aah.. ah..
ah.. owww! emmmmm!!!. Teruskan... laju oww.. laju lagi.
Suaranya yang manja itu membuatkan aku tambah bernafsu. Peluh
membasahi tubuhku dan mula menitik ke atas tubuh Jee. Mel...
lakukan lagi..rayunya. aku meneruskan tugasku. sambil itu
teteknya aku hisap dan gentel. Katil Jee berbunyi mengeriut
bertalu-talu. I suka bunyi tu, laju lagi pinta Jee. Aku
menghayunkan punggungku dan Jee mengeserkan punggungnya. Dari
lubang pukinya terbit bunyi yang sungguh mengasyikkan bila
batangku berlaga dengan bibir pukinya. Jee benar-benar
menyerah. Aku menawan Jee seperti tawanan perang. Dan aku
dapat merasakan dia bertambah agresif. Aku juga mengalami
perubahan yang mendadak. Kayuhanku semakin laju, terasa dunia
jadi hitam Jee berteriak sepuasnya tubuhnya mengelijang dan
tersentak-sentak. Pelukannya longgar dan matanya terpejam
sebentar. Bila dia merasakan aku semakin ganas Jee memelukku
erat-erat. lakukan bisiknya sambil tersenyum. Aku memejamkan
mataku dan tubuhku mengayuh deras. Aku benar-benar hilang
pertimbangan lalu meyebut nama Jee berulang kali. You boleh
lakukannya bisik Jee memberi semangat dan tiba-tiba tubuhku
terasa kejang dan mula tersentak-sentak. Serentak dengan itu
juga terasa pancutan-pancutan yang deras memasuki lubang puki
Jee. Jee menerimanya dengan gembira. Dia mengerang. Kami
berdua terlentang dalam keadaan yang tidak bermaya. Mel you
hebatlah.. puji Jee padaku. Aku memeluknya sambil menghisap
lidahnya.

Sejak kejadian itu kami semakin rapat dan susah untuk
dipisahkan. Kami sering melakukan persetubuhan tanpa mengira
siang atau malam. Asalkan ada peluang aku akan membantai tubuh
Jee yang gebu itu. Jee banyak berjasa padaku. Dia yang
mengajar aku segala-gala tentang seks. Aku amat mencintai Jee.
Suami Jee tak tahu hubungan kami dan kalau dia tahupun aku tak
kisah kerana Jee dah bagi persetujuan untuk berpisah dengan
suaminya yang lemah tenaga batin itu. Sehingga kini aktiviti
persetubuhan kami berjalan seperti biasa. Aku semakin
berpengalaman hasil tunjuk ajar Jee.











Nikmatnya Ngeseks Dengan Pembantu

Namaku sebut saja Ryan, seorang mahasiswa sebuah PTS di kota S yang bertampang lumayan tampan dan suka dengan petualangan cinta dan seks. Aku punya pengalaman seks menarik yg ingin aku ceritakan. Waktu itu bulan juni-juli 2002 adalah saat liburan kuliah akupun yg selama kuliah indekost di kota S akhirnya pulang liburan di kota kelahiranku sekaligus kota kediaman kedua orang tuaku yaitu kota J. Oh ya aku adalah anak tunggal sebuah keluarga berada Ayahku seorang pengusaha sibuk sedangkan ibuku juga seorang wanita karier yg sibuk.

Waktu pulang itu ternyata di rumahku ada seorang pembantu baru, namanya Lastri usianya 18 th ia rupanya mengantikan posisi pembantu sebelumnya yaitu mbok ijah 40 th yang diberhentikan oleh ibuku gara-gara kerjanya yg tidak benar. Lastri adalah gadis dari kampung, Ia hanya lulusan SD dan kerja menjadi pembantu di Kota untuk mencari nafkah dan membantu ekonomi keluarganya di kampung. Awalnya aku tidak terlalu memperdulikannya namun lama-lama aku perhatikan kalau Lastri lumayan cantik dan manis, kulitnya cukup bersih meski tidak semulus gadis-gadis cantik mahasiswi di kampusku.

Tinggi lastri kira-kira 1,65 m, rambut lurus hitam hingga ke punggung, bodynya lumayan dan yang paling aku suka adalah ukuran buah dadanya yg kuperhatikan lumayan besar dan montok. Karena mulai sering memperhatikannya dan mulai tertarik denganya aku yang sudah terbiasa dengan gaya hidup free seks dengan pacar-pacarku sebelumnya jadi punya rencana untuk bisa meniduri pembantuku itu.

Dan hari itu rencanaku akhirnya kesampaian juga. Hari itu kedua ortuku keluar kota mengurusi bisnis mereka masing-masing. Artinya saat itu rumah dalam keadan sepi karena hanya ada aku dan lastri yang ada di rumah. Siang itu setelah membuatkan aku minuman juss buah, aku mengajak ngobrol Lastri diruang keluarga, kebetulan saat itu pekerjaan lastri sudah tidak ada. Kami ngobrol sambil duduk melihat TV di atas hamparan karpet yg empuk. Aku menanyainya banyak hal mulai dari keadaan keluarganya di kampung dan lain sebagainya. Sambil ngobrol, aku yang sudah pengalaman menaklukkan hati cewek-cewek sejak SMU, terus menatap mata Lastri sewaktu ngobrol dan sesekali memuji kecantikan Lastri dan berkata mengapa gadis secantik dia mau menjadi pembantu.

Lama-lama lastri mulai masuk dalam perangkapku, Ia tersipu malu saat aku puji dan salah tingkah bila aku menatap tajam matanya. Aku berhasil mengakrabkan diri dengannya dan obrolan mengalir lancar lastri tidak sungkan lagi dan bisa aku ajak bercanda. Akupun mulai mengajaknya ngobrol soal pacar, menanyakan apakah ia pernah punya pacar atau apakah dia punya pacar di kampungnya. Saat dia berkata kalau di pernah sekali pacaran dan putus gara-gara pacarnya pergi ke malaysia sebagai TKI, aku menanyakan apa dia pernah ciuman dengan pacarnya itu apa belum. Dengan malu-malu dia mengaku pernah tapi cuma sekali dan itupun cuma cium pipi.

Lalu dengan kepercayaan diri yang tinggi aku mengeser dudukku hingga lebih dekat dengannya. Aku terus menatapnya dan kulihat Lastri salah tingkah. Lalu aku meraih dan menarik dagunya dan kudekatkan bibirku kebibirnya sambil membisikkan pujian tentang kecantikannya. saat itu seharusnya Lastri menyadari gelagat bahwa aku hendak menciumnya tapi dia diam saja membiarkan aku melakukannya. Akhirnya aku berhasil mengecup lembut bibir ranum pembantuku yg muda dan cantik itu. lastri diam saja tidak bereaksi saat aku mulai menggulum bibirnya. Namun saat tanganku mulai menjamah tubuhnya dan mulai meremas buah dadanya dia mulai mulai berusaha menepisnya. "Jangan Mas Ryan.." katanya sambil berusaha meneepis tanganku yang mulai nakal menjamah dadanya. "Ayolah lastri, Ijinkan aku melakukannya aku sangat menyukaimu. bukankan kau juga suka padaku" bisikku sambil berusaha mencoba menciumi lehernya. "Mas Ryan jangan mas, nanti ketahuan nyonya saya bisa di pecat" katanya sambil mencoba mendorongku tapi tidak dengan sepenuh hati.

"Kamu tidak perlu takut, Ibuku pergi keluar kota dan baru pulang besok sedang Ayahku juga, Ayolah Lastri ini kesempatan kita" rayuku sambil terus berusaha mendaratkan ciumanku ke lehernya. Akhirnya lastri terbui rayuan dan ajakkanku. Aku memeluknya erat dan kulumat bibir ramunnya. Lastri yang semula pasif akhirnya mulai bereaksi membalas lumatan bibirku. puas melumat bibirnya ciumanku kualihkan ke lehernya dan terus turun. Dengan cekatan aku membuka bajunya dan BH-nya juga aku lepas. Kini bibir dan lidahku mulai bermain di dadanya. Hmm Payudara lastri ternyata benar-benar indah dan montok ukuran BH-nya kuperkirakan 36B dan punting susunya yang merah kecoklatan langsung aku lumat dan sesekali aku mainkan dengan lidahku yang basah. Lastri melenguh dan mengelinjang. Birahinya berhasil aku rangsang dan kini ia benar-benar ada dalam penguasaanku.

Tubuhnya lalu aku rebahkan diatas hamparan karpet hingga aku makin leluasa menikmati gunung kembar di dadanya. Tangan kananku tidak tinggal diam menyimkap roknya dan mengerayangi paha mulusnya hingga hingaplah di selangkangannya yg masih terbungkus celana dalam. Aku juga mulai melucuti pakaianku sendiri dengan tangan kiriku. Saat itu aku tidak mau mengulur-ulur waktu, aku langsung menarik celana dalamnya sementara roknya tidak aku lucuti hanya aku singkap keatas. saat itu akupun sudah telanjang bulat dan torpedo kebanggaanku sudah siap mendongak dengan gagahnya. Aku segra mengambil posisi diatas tubuh lastri yang telah aku telentangkan dengan kedua telapak kaiknya bertumpu di lantai karpet.

Aku membimbing kepala penisku dan mengarahkannya ke liang surga milik Lastri. "Mas saya takut..." rintih lastri saat kepala torpedoku telah ku tempelkan di bibir kewanitaanya yang berbulu halus itu. "Ngak usah takut ngak sakit kok " bisikku mesra sambil mengecupnya. Selanjutnya aku mulai mendorong pelorku agar memasuki liang kewanitaan lastri yang masih liat dan kencang. Kulihat Lastri mengigit bibirnya sambil mengerang. Setelah bersusah payah akhirnya torpedoku berhasil menerobos masuk liang surga lastri. saat itu rasanya nikmat sekali lalu aku mulai menarik dan mendorong kejantannanku menjelajahi memeknya lastri. Lastri mengelinjang, mengerang dan sesekali merintih kesakitan. Aku telah memerawaninya aku lihat ada percikan darah membasahi batang torpedoku dan di sekitar liang kewanitaannya.

"Ohhh...aduh mas ryan sakit oh.. sakit mas" rintih lastri saat aku makin bersemangat mengoyang pantatku maju mundur. Aku tahu kalau torpedoku yang ukuranya lumayan besar itu telah menyakiti kewanitaan lastri yang masih kencang dan sempit itu. "Tidak apa-apa nanti juga hilang sakitnya" bisikku sambil merem melek menikmati memeknya lastri yang serasa memijit dan meremas batang kejantananku. Sementara lastri merus merintih dan mengerang, Ia mengeleng kekanan dan ke kiri. Makin lama gerakan torpedoku makin lancar maju mundur menjelajahi liang surga lastri. Sementara rintihan Lastri mulai berubah menjadi lenguhan dan desahan, tanda kalau Dia mulai merasakan kenikmatan.

Lastri terus mengerang, Ia mengoyangkan pinggulnya menyambut sodokan torpedoku yang terus menghunjam kewanitaanya. Kami sama-sama berpacu mengumbah birahi yg semakin membuncah. Beberapa saat kemudian desahan dan erangan Lastri semakin menjadi-jadi, tubuhnya mengelinjang dan bergetar hebat lalu mengejang. Saat itu aku merasakan liang vaginanya jadi makin basah. Rupanya Lastri telah mencapai puncak.

Karena Lastri sudah orgasme Aku lalu menghentikan permainan. Ku cabut torpedoku dari liang kewanitaannya. Lalu aku memintaanya untuk melakukan oral seks. Awalnya Ia tidak tahu apa itu oral Seks. Setelah aku jelaskan barulah Dia tahu. Kemudian aku duduk di sofa sementara Lastri duduk dilantai dan berada tepat di depan selangkanganku. Rudalku yang masih gagah di pegangnya. Awalnya ia ragu-ragu untuk mengoral rudalku.

Akhirnya ia mau juga dan mulai menciumi pelorku dan akhirnya menjilatinya. Ahhh..rasanya nikmat sekali. Selanjutnya lastri memasukkan batang kemaluanku yg besar dan melengkung itu kedalam mulutnya. Ohh...kurasakan kehangatan lidah dalam mulutnya. namun karena dia Ini adalah pengalaman pertamanya giginya beberapa kali mengenai kepala penisku. "Aduh Lastri.., jangan kena gigi dong..nanti lecet" Kuperhatikan wajahnya, lidahnya sibuk menjilati kepala kemaluanku, melingkar kekiri dan kekanan. Aku mengerang dan kujambak rambutnya. Kemudian Ia mengocok Pelorku dengan mulutnya hingga kemaluanku maju mundur dalam mulutnya.

Tak berapa lama aku merasakan kalau rudalku terasa berdenyut-denyut dan makin menegang. Lastri kuminta mengocok pelorku lebih cepat. Aku mengelinjang, mengerang dan tubuhku seperti mengejang. Akhirnya air mani muncrat di dalam mulutnya hingga Lastri hampir tersedak. Air maniku yang lumayan banyak tumpah dari mulutnya dan sebagian membasahi wajahnya. "Mas Ryan kok di tumpahin di mulut Lastri maninya" tanya lastri setelah nyaris tersedak. "maaf lastri, habis aku ngak tahan lagi sih" kataku. Lastri lalu menjilati dan mengulum torpedoku yang berangsur-angur mengecil. Sementara aku membersihkan mani di wajahnya. Lastri lalu kucium mesra sebagai tanda terima kasih karena ia telah memuaskanku waktu itu.

Setelah istirahat sebentar aku mengajak Lastri kekamarku dan kami mengulanginya lagi. Kami kembali bercinta berulang kali sampai puas hingga kami sama-sama terkapar karena kehabisan tenaga.

Tidak ada komentar: