Jumat, 30 Januari 2009

Reckless Story Part 19

Nikmatnya Produk Korea


Namaku Andri, sekarang aku lagi kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Malaysia. Aku akan menceritakan pengalaman tak terlupakanku waktu SMU dulu.

Kejadiannya sekitar 2 tahun lalu, ketika aku masih bersekolah di sebuah sekolah internasional di kuala lumpur Malaysia. Seperti layaknya sebuah sekolah internasional, banyak sekali murid-muridnya yang berasal dari luar negeri. Akan tetapi, mayoritas berasal dari Korea atau yang lebih dikenal sebagai ‘negeri ginseng.

Kisahku bermula ketika ada seorang gadis Korea yang baru saja masuk ke sekolahku. Namanya Kim Chi, dia baru duduk di bangku kelas 1 SMP. Tapi biarpun masih kelas 1 SMP, dia sudah memiliki tubuh seperti seorang gadis berusia 17 tahun lebih. Dengan sepasang buah dada yang condong ke depan dan bokong yang begitu montok. Saat itu juga timbullah niat busukku untuk mencumbui tubuhnya yang padat dan berisi itu.

Tapi untuk dapat menikmati tubuhnya itu, aku harus dekat dengan dia. Maka saat itu juga, kuputuskan untuk berkenalan.

“Halo, namaku Andri.. ” ucapku sembari menawarkan tanganku. Dia pun menjabat tanganku dan memperkenalkan dirinya. Setelah cukup lama berbincang, akhirnya kita saling menukar nomor handphone. Dan sejak saat itu, aku pun sering SMS-an dan juga teleponan sama dia. Kita pun jadi dekat dan mulai berpacaran.

Minggu-minggu pertama pacaran merupakan minggu-minggu yang membosankan. Ini disebabkan si Kim Chi masih malu-malu kucing. Tiap kali aku ingin menciumnya, dia selalu menghindar. Dan dikalanya tanganku meraba paha ataupun buah dadanya, dia selalu menarik tanganku. Setelah kuselidiki, ternyata Kim Chi berasal dari sebuah sekolah khusus perempuan. Di mana tidak ada yang namanya pria atau lelaki sama sekali. Aku pun heran dan bertanya-tanya pada diriku sendiri, orangtua macam apa yang mau menyekolahkan anak perempuannya ke sekolah yang hanya berisikan perempuan saja.

Menurut teman-temannya, selama 6 tahun dia tidak pernah mengenal yang namanya laki-laki. Ya ampun, pasti dia belum pernah merasakan yang namanya dicium ataupun dipegang-pegang. Sejak mendengar cerita tersebut, aku pun memberanikan diri. Aku berkata padanya,

“Kalau dicium itu enak rasanya, apalagi kalau buah dada dan paha kamu diraba-raba.. ”

Pada mulanya ia menolak dan enggan bibirnya kucumbui dan tubuhnya kupegang-pegang. Tetapi akhirnya, setelah kubujuk beberapa kali, Kim Chi pun mau dan ingin mencoba nikmatnya dicumbu dan diraba-raba. Maka mulai saat itu juga, setiap kali aku dan dia jalan, pasti ada adegan cium-ciuman dan pegang-pegangan. Aku dan Kim Chi sangat sering jalan berduaan di KLCC, sebuah shopping mall di Kuala Lumpur. Dan tempat yang paling aku gemari dari situ adalah di bioskopnya dan juga di tamannya. KLCC memiliki sebuah taman yang cukup besar, jadi seandainya tidak bisa melakukan ‘hal-hal’ tersebut di bioskop, maka taman merupakan tempat kedua paling cocok buat berduaan.

Pertama kalinya aku mendengar Kim Chi mendesah karena nikmat adalah ketika kami di taman KLCC. Saat itu kebetulan lagi sepi dan tidak banyak orang yang datang untuk belanja. Jadi kuputuskan untuk mengajak Kim Chi ke taman dan duduk berduaan di bawah pohon, tujuannya supaya tidak kelihatan orang lain. Setelah cukup lama berbincang, aku pun sudah tidak sabar lagi, maka langsung saja kuciumi lehernya dan menjilati telinganya. Kedua tanganku juga tidak tinggal diam, tangan kiriku meremas buah dadanya dan tangan kananku menelusuri roknya sambil mengelus-elus vaginanya. Ia pun mendesah dengan hebatnya,

“Aaah.. Aaah.. ”

Mendengar desahannya itu, aku jadi tambah bernafsu dan langsung saja kuselipkan jari-jariku ke dalam BH-nya dan bermain dengan putingnya.

“Ya ampun.. Lembut sekali putingnya.. Begitu menggemaskan.. ” bisikku dalam hati.

Jari-jariku pun kuselipkan ke dalam CD-nya, dan kurasakan betapa halusnya vagina si Kim Chi. Aku merasakan bulu-bulu halus yang baru tumbuh, tidak hanya itu, kurasakan pula cairan yang keluar membasahi vaginanya.

“Aaah.. Aaah.. Andri.. ” desahannya semakin menjadi-jadi sembari memelukku dengan erat. Ia begitu lemas dan tidak berdaya, memeluk dan mencium-cium kecil saja yang dapat ia lakukan pada saat itu.

“Gimana rasanya Chi? Enak kan?” tanyaku padanya. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya saja dan tersenyum malu. Kim Chi kelihatan begitu lelah sekali, wajar saja, ini merupakan pengalaman pertamanya. Pertama kalinya vagina dan buah dadanya dimainkan seorang laki-laki. Maka kuputuskan untuk mengantarnya pulang ke rumahnya saja.

“Chi, kamu aku antar pulang ya, kamu kelihatan capek sekali.. ”

Kembali ia diam saja tak mengatakan sepatah kata pun, hanya menganggukkan kepalanya saja. Aku jadi merasa bersalah karena telah berbuat demikian pada dirinya, apalagi kita ini baru saja saling mengenal. Tetapi pemikiranku salah, aku salah besar. Ternyata setelah kejadian itu, si Kim Chi jadi lebih bernafsu. Dia berubah menjadi seorang cewek yang nafsuan, yang sangat liar. Setiap kali ada waktu kosong di sekolah, ketika semua murid lagi pada di dalam kelas, atau di kala semua orang lagi makan siang di kantin, pastinya si Kim Chi selalu mengajakku melakukan “hal-hal” tersebut secara diam-diam.

Kamar mandi guru, kelas kosong, ataupun di kamar mandi cewek. Tempat-tempat ini merupakan tempat-tempat yang paling digemari Kim Chi buat melakukan ‘hal-hal’ tersebut denganku. Pokoknya setelah kejadian di taman KLCC waktu itu, Kim Chi jadi lebih liar dan ganas. Malah ia jadi begitu aktif memainkan penisku. Yang tadinya tidak tahu sama sekali cara memainkan penisku, jadi sangat aggresif memainkannya. Ia sangat menggemari kegiatan meremas-remas penisku. Kim Chi menjadi seorang cewek yang sangat nakal.

Aku pun mulai mengajari dia cara memainkan vaginanya sendiri ataupun bermain dengan putingnya alias masturbasi. Bukan hanya itu, aku juga mengajarinya cara berphone sex. Sepertinya Kim Chi begitu menikmati phone sex soalnya setiap kalinya aku telpon, dia pasti selalu menanyakanku untuk melakukan phone sex. Karena keseringan melakukan phone sex dan juga ‘hal-hal’ tersebut, maka aku beranggapan kalau sudah waktunya gadis Korea ini merasakan sex yang sungguh-sungguhan. Apalagi sekarang ini, dia sudah menjadi sangat liar dan aggresif, pasti berhubungan sex dengan dia merupakan hal yang tidak cukup sulit.

Aku pun terus berpikir, kapan waktu yang paling bagus buat menghilangkan keperawanan si Kim Chi, dan di mana tempat yang paling sesuai buat melakukan itu semua. Setelah cukup lama berpikir, akhirnya aku menemukan jawabannya. Aku baru ingat kalau aku pernah tanya sama si Kim Chi, kalau dia sudah pernah atau belum dikasih hadiah ulang tahun sama cowok. Kim Chi pun berkata kalau ia belum pernah dikasih hadiah ulang tahun sama cowok, dan ia ingin sekali mendapatkan hadiah ulang tahun dari cowok. Maka kuputuskan untuk melakukannya pada hari ulang tahunnya, di aparteman temanku yang kebetulan lagi kosong dan kuncinya dititipkan padaku.

Tibalah hari ulang tahun Kim Chi yang ke 13, aku pun mengajaknya makan dan jalan-jalan, seperti biasa di KLCC. Setelah cukup lama keliling KLCC, aku pun bertanya kepada Kim Chi,

“Chi.. Kamu mau nggak ikut aku ke suatu tempat spesial? Di sana aku sudah nyiapin sebuah hadiah yang sangat bagus buat kamu.. Kamu bilang kamu ingin banget dapet hadiah ulang tahun dari cowok.. Biarin aku jadi cowok pertama yang kasih kamu hadiah ulang tahun.. ”

Kim Chi kelihatan sangat gembira dan setuju dengan tawaranku. Maka pergilah kami ke aparteman temanku itu. Sesampainya di sana, aku langsung saja membawa Kim Chi ke kamar yang sudah kusiapkan. Setelah masuk ke kamar, aku pun mengunci pintu dan langsung saja menanggalkan semua pakaianku. Aku hanya memakai CD-ku saja.

“Eh Andri.. Kamu ngapain buka-buka pakaian kamu? Memangnya kamu mau ngapain? Terus, hadiah yang kamu janjikan ke aku mana?”

“Hadiahnya ya ini Chi.. Kita bisa buat yang gitu-gitu sampai puas.. Plus, biasanya kan kita cuma pegang-pegangan tapi nggak sampai lihat dalamnya kan? Kamu masa nggak mau liat penisku bentuknya gimana.. Masa nggak mau liat apa yang ada di balik CD putih ini.. ”

Dan seperti biasa, ia hanya tersenyum malu sambil menganggukkan kepalanya. Tapi yang membuatku sangat bernafsu ialah ketika ia menjulurkan lidahnya sambil menggigit-gigit bibirnya. Aku langsung menerkamnya dan menariknya ke tempat tidur. Kubuka kancing bajunya satu demi satu dan juga roknya sehingga ia hanya memakai BH dan CD saja. Betapa indahnya pemandangan pada saat itu, apalagi BH dan CD yang dipakai Kim Chi jenis BH dan CD yang transparan atau tembus pandang. Aku bisa melihat puting dan juga vaginanya secara samar-samar. Aku langsung menuju ke buah dadanya yang sangat menggiurkan dan menanggalkan BH yang dipakainya.

“Wah.. Indah sekali buah dadanya.. Begitu putih dan mulus.. Padat berisi sekitar 34-B. ” Dengan puting yang sangat imut dan masih berwarna merah jambu. Langsung saja kuciumi dan kujilati buah dadanya yang sangat lezat itu. Aku juga menyempatkan untuk menggigit putingnya yang ternyata begitu kenyal dan nikmat. Ia mendesah dengan hebatnya,

“Aaah.. Ooohh.. “, sambil menarik-narik rambutku.

Setelah puas mengulum buah dadanya, aku pun turun ke perutnya. Kembali kuciumi dan kujilati perutnya itu. Ia menggelinjang karena kegelian dan semakin menarik rambutku. Aku turun dan turun hingga ke vaginanya. Kuarahkan lidahku ke clitorisnya dan memainkannya seenakku. Kim Chi pun kembali mendesah sembari menarik rambutku, namun kali ini desahannya begitu keras,

“Oooh.. Aaah.. Andri.. Oh yeah.. Aaah.. Jangan berhenti.. ”

Desahannya tersebut membuatku semakin bernafsu, membuatku mempercepat permainan lidahku pada clitorisnya. Ia pun mendesah lagi dan nampaknya akan segera menyemprot. Dan betul dugaanku, cairan asin menyemprot ke mukaku yang sedang menjilati vaginanya. Kim Chi pun kelihatan lemas sekali setelah kulakukan foreplay pada dirinya.

Namun demikian, aku tidak ingin sampai di situ saja. Aku menyuruhnya untuk mengulum penisku. Ia pun menurut dan langsung menggenggam penisku dan memasukkannya ke dalam mulutnya.

“Oh yeah.. Oohh.. Chi.. Oooh.. Nikmat sekali..”

Ia begitu pintar memainkan penisku. Diputar-putar, dijilat-jilat, terus dicelupin ke mulutnya. Bukan hanya itu, ia juga bermain dengan kedua bijiku.

“Pintar sekali ini cewek..”, ujarku dalam hati. Ia menyedot dan juga menjilati kedua bijiku dengan variasi yang berbeda.
“Oooh.. Oooh.. Oh yeah..”
Aku pun akhirnya keluar dan menyemprotkan semua spermaku ke dalam mulutnya. Karena baru pertama kali melakukan ini, Kim Chi menelan habis semua spermaku. Ia merasa jijik dan ingin muntah setelah menelan semuanya. Aku hanya bisa tertawa melihat ekspresi wajahnya yang begitu polos dan lugu.

Setelah cukup lama berbaring di atas ranjang, Kim Chi pun menyuruhku mengantarnya pulang, apalagi hari sudah hampir malam dan orangtua Kim Chi pasti mencarinya. Akan tetapi, aku belum mengijinkannya untuk pulang.

“Chi, kamu mau ke mana? Jangan buru-buru.. Aku masih ada satu lagi hadiah ulang tahun buat kamu..”

Ia pun heran dan bertanya-tanya. Aku hanya menyuruhnya menutup matanya saja.

“Inilah kesempatanku untuk merasakan vaginanya dan menghilangkan keperawanannya.. “, bisikku dalam hati.

Dan tanpa basa-basi, aku dengan perlahan memasukkan batang penisku ke dalam liang vaginanya. Kim Chi pun kaget dan membuka matanya, ia mau melepaskan diri dan menghindar. Tapi aku menahannya dan membisikkan arah telinganya,

“Chi.. Kamu jangan takut.. Apa pun yang akan terjadi, aku tetap sayang sama kamu dan akan bertanggung jawab..”

Kim Chi pun hanya dapat menangis kesakitan ketika kumasukkan seluruh batang penisku ke dalam vaginanya. Dan di situ juga, kusaksikan darah mengalir dari liang vaginanya. Aku telah menghilangkan keperawanannya.

Kurasakan dinding-dinding vaginanya yang begitu hangat menjepit penisku. “Oooh.. Aaahh..” Nikmat sekali rasanya. Kim Chi hanya dapat menangis dan menangis, karena keperawanannya telah hilang. Aku pun kembali mengecup keningnya dan berkata,

“Chi.. Aku nggak akan meninggalkan kamu.. Aku akan bertanggung jawab.. Kamu jangan nangis ya..” Ia mengangguk dan menurut saja.

Keesokan harinya aku mengantar Kim Chi ke rumahnya. Setelah itu aku berkata padanya kalau aku enggak akan ninggalin dia. Tapi aku berbohong, aku belum siap untuk semua ini. Aku belum siap menjalin hubungan seperti ini.

Aku pun berbohong kepada Kim Chi dan mengatakan kalau aku akan balik ke Indonesia dan tidak akan kembali lagi. Ia mencoba menelponku dan juga mengSMSku. Tapi aku sudah terlanjur membuang kartu telponku dan menukarnya dengan yang baru. Aku pun pindah ke kota lain, kota yang jauh dari Kuala Lumpur, kota yang jauh dari Kim Chi.

Aku begitu menyesal dengan apa yang telah terjadi. Tidak kusangka nafsu seorang pelajar kelas 3 SMU yang berlebihan, bisa menghancurkan masa depan seorang gadis yang masih duduk di bangku kelas 1 SMP. 2 tahun telah berlalu, dan aku pun tidak mengetahui kabar terbaru dari Kim Chi. Aku harap dia baik-baik saja.

Kisahku memang kampungan dan terlampau kuno. Tapi aku baru sadar, nafsu yang terlalu berlebihan tidaklah baik. Melakukan hubungan sex dengan gadis Korea memanglah nikmat, dan kuakui itu memang cita-citaku dari dulu. Tapi akibat nafsuku yang berlebihan itu, semuanya menjadi begitu fatal.
















Oh... Nina


Sudah merupakan rutinitas jika dalam liburan panjang Aku menginap dirumah Om Bagas dan Tante Rita di Jakarta. Karena kebetulan juga, tempat kerjaku adalah di sebuah sekolah terkenal di Manado. Jadi, kalau pas liburan panjang, otomatis aku juga libur kerja. Tapi sudah sekitar 6 tahun Aku tak pernah lagi liburan ke Jakarta karena sibuk mengurusi kerjaan yang menumpuk. Baru pada tahun 2002 lalu Aku bisa merasakan nikmatnya liburan panjang. Rumah Om Bagas bisa digolongkan pada rumah mewah yang besar. Walaupun begitu, rumahnya sangat nyaman. Itulah sebabnya aku senang sekali bisa liburan ke sana.

Aku tiba di rumah Om Bagas pada pukul 22.00. karena kelelahan aku langsung tidur pulas. Besok paginya, aku langsung disambut oleh hangatnya nasi goreng untuk sarapan pagi. Dan yang bikin aku kaget, heran bercampur kagum, ada sosok gadis yang dulunya masih kelas 4 SD, tapi kini sudah tumbuh menjadi remaja yang cantik jelita. Namanya Nina. Kulitnya yang putih, matanya yang jernih, serta tubuhnya yang indah dan seksi, mengusik mataku yang nakal.

“Hallo Kak..! Sorry, tadi malam Nina kecapean jadi tidak menjemput kakak. Silahkan di makan nasi gorengnya, ini Nina buat khusus dan spesial buat Kakak.” Katanya sembari menebarkan senyumnya yang indah. Aku langsung terpana.

“Ini benar Nina yang dulu, yang masih ingusan?” Kataku sambil ngeledek.
“Ia, Nina siapa lagi! Tapi udah enggak ingusan lagi, khan?” katanya sambil mencibir.

“Wah..! Udah lama enggak ketemu, enggak taunya udah gede. Tentu udah punya pacar, ya? sekarang kelas berapa?” tanyaku.

“Pacar? Masih belum dikasih pacaran sama Papa. Katanya masih kecil. Tapi sekarang Nina udah naik kelas dua SMA, lho! Khan udah gede?” jawabnya sambil bernada protes terhadap papanya.

“Emang Nina udah siap pacaran?” tanyaku.
Nina menjawab dengan enteng sambil melahap nasi goreng.

“Belum mau sih..! Eh ngomong-ngomong nasinya dimakan, dong. Sayang, kan! Udah dibuat tapi hanya dipelototin.”
Aku langsung mengambil piring dan ber-sarapan pagi dengan gadis cantik itu. Selama sarapan, mataku tak pernah lepas memandangi gadis cantik yang duduk didepanku ini.

“Mama dan Papa kemana? koq enggak sarapan bareng?” tanyaku sambil celingak-celinguk ke kiri dan ke nanan.

Nina langsung menjawab, “Oh iya, hampir lupa. Tadi Mama nitip surat ini buat kakak. Katanya ada urusan mendadak”.

Nina langsung menyerahkan selembar kertas yang ditulis dengan tangan. Aku langsung membaca surat itu. Isi surat itu mengatakan bahwa Om Bagas dan Tante Rita ada urusan Kantor di Surabaya selama seminggu. Jadi mereka menitipkan Nina kepadaku. Dengan kata lain Aku kebagian jaga rumah dan menjaga Nina selama seminggu.

“Emangnya kamu udah biasa ditinggal kayak gini, Nin?” tanyaku setelah membaca surat itu.

“Wah, Kak! seminggu itu cepat. Pernah Nina ditinggal sebulan” jawabnya.

“Oke deh! sekarang kakak yang jaga Nina selama seminggu. Apapun yang Nina Mau bilang saja sama kakak. Oke?” kataku.

“Oke, deh! sekarang tugas kakak pertama, antarkan Nina jalan-jalan ke Mall. Boleh, Kak?” Nina memohon kepadaku.

“Oh, boleh sekali. Sekarang aja kita berangkat!” setelah itu kami beres-beres dan langsung menuju Mall.

Siang itu Nina kelihatan cantik sekali dengan celana Jeans Ketat dan kaos oblong ketat berwarna merah muda. Semua serba ketat. Seakan memamerkan tubuhnya yang seksi.

Pulang Jalan-jalan pukul 19. 00 malam, Nina kecapean. Dia langsung pergi mandi dan bilang mau istirahat alias tidur. Aku yang biasa tidur larut pergi ke ruang TV dan menonton acara TV. Bosan menonton acara TV yang kurang menyenangkan, Aku teringat akan VCD Porno yang Aku bawa dari Manado. Sambil memastikan Nina kalau sudah tidur, Aku memutar Film Porno yang Aku bawa itu. Lumayan, bisa menghilangkan ketegangan akibat melihat bodinya Nina tadi siang.

Karena keasyikan nonton, Aku tak menyadari Nina udah sekitar 20 menit menyaksikan Aku Menonton Film itu.
Tiba-tiba, “Akh..! Nina memekik ketika di layar TV terlihat adegan seorang laki-laki memasukkan penisnya ke vagina seorang perempuan. Tentu saja Aku pucat mendengar suara Nina dari arah belakang. Langsung aja Aku matikan VCD itu.

“Nin, kamu udah lama disitu?” tanyaku gugup.

“Kak, tadi Nina mau pipis tapi Nina dengar ada suara desahan jadi Nina kemari” jawabnya polos.

“Kakak ndak usah takut, Nina enggak apa-apa koq. Kebetulan Nina pernah dengar cerita dari teman kalo Film Porno itu asyik. Dan ternyata benar juga. Cuma tadi Nina kaget ada tikus lewat”. Jawab Nina. Aku langsung lega.

“Jadi Nina mau nonton juga?” pelan-pelan muncul juga otak terorisku.

“Wah, mau sekali Kak!” Langsung aja ku ajak Nina menonton film itu dari awal.

Selama menonton Nina terlihat meresapi setiap adegan itu. Perlahan namun pasti Aku dekati Nina dan duduk tepat disampingnya.

“Iseng-iseng kutanya padanya “Nina pernah melakukan adegan begituan?” Nina langsung menjawab tapi tetap matanya tertuju pada TV.

“Pacaran aja belum apalagi adegan begini.”

“Mau ndak kakak ajarin yang kayak begituan. Aysik, lho! Nina akan rasakan kenikmatan surga. Lihat aja cewek yang di TV itu. Dia kelihatannya sangat menikmati adegan itu. Mau ndak?” Tanyaku spontan.

“Emang kakak pandai dalam hal begituan?” tanya Nina menantang.

“Ee..! nantang, nih?” Aku langsung memeluk Nina dari samping. Eh, Nina diam aja. Terasa sekali nafasnya mulau memburu tanda Dia mulai terangsang dengan Film itu.

Aku tak melepaskan dekapanku dan Sayup-sayup terdengar Nina mendesah sambil membisikkan, “Kak, ajari Nina dong!”. Aku seperti disambar petir.

“Yang benar, nih?” tanyaku memastikan. Mendengar itu Nina langsung melumat bibirku dengan lembut. Aku membiarkan Dia memainkan bibirku. Kemudian Nina melepas lumatannya.

“Nina serius Kak. Nina udah terangsang banget, nih!” Mendengar itu, aku langsung tak menyia-nyiakan kesempatan. Aku langsung melumat bibir indah milik Nina. Nina menyambut dengan lumatan yang lembut.

Tiga menit kemudian entah siapa yag memulai, kami berdua telah melepaskan pakaian kami satu persatu sampai tak ada sehelai benangpun melilit tubuh kami. Ternyata Nina lebih cantik jika dilihat dalam kondisi telanjang bulat. Aku mengamati setiap lekuk tubuh Nina dengan mataku yang jelalatan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sempurna. Nina memiliki tubuh yang sempurna untuk gadis seumur dia. Susunya yang montok dan padat berisi, belum pernah tersentuh oleh tangan pria manapun.

“Koq Cuma dilihat?” Lamunanku buyar oleh kata-kata Nina itu. Merasa tertantang oleh kata-katanya, Aku langsung membaringkan Nina di Sofa dan mulai melumat bibirnya kembali sambil tanganku dengan lembutnya meremas-remas susunya Nina yang montok itu. Nina mulai mendesah-desah tak karuan.

Tak puas hanya meremas, semenit kemudian sambil tetap meremas-remas, Aku menghisap puting susu yang berwarna merah muda kecoklatan itu, bergantian kiri dan kanan.

“Oh.. Kak.. Kak..! Enak se.. ka.. li.. oh..!” desah Nina yang membakar gairahku. Jilatanku turun ke perut dan pusar, lalu turun terus sampai ke gundukan kecil milik Nina yang ditumbuhi bulu-bulu halus yang masih sedikit.

“Ah.. Geli sekali, Kak.. Oh.. nikmat..!” desah Nina waktu Aku jilat Kelentitnya yang mulai mengeras karena rangsangan hebat yang aku ciptakan. Tanganku tak pernah lepas dari Susu Nina yang montok itu. Tiba-tiba, Nina memekik dan melenguh tertahan sambil mengeluarkan cairan vagina yang banyak sekali.

“Akh.. ah.. oh.. e.. nak.. Kak.. oh..!” Itulah orgasme pertamanya. Aku langsung menelan seluruh cairan itu. Rasanya gurih dan nikmat.

“Gimana Enak, Nin?” tanyaku sambil mencubit puting susunya.

“Wah, Kak! Nikmat sekali. Rasanya Nina terbang ke surga.” Jawabnya sambil meraih baju dalamnya. Melihat itu, Aku langsung mencegahnya.

“Tunggu, Masih ada yang lebih nikmat lagi.” Kataku.

“Sekarang kakak mau ajarin Nina yang kayak begitu” sambil menunjuk adegan di TV dimana serang perempuan yang sedang menghisap penis laki-laki.

“Gimana, mau?” Tanyaku menantang.

“Oke deh!” Nina menjawab dan langsung meraih penisku yang masih tertidur. Nina mengocok perlahan penisku itu seperti yang ada di TV. Lalu dengan malu-malu Dia memasukkannya ke mulutnya yang hangat sambil menyedot-nyedot dengan lembut. Mendapat perlakuan demikian langsung aja penis ku bangun. Terasa nikmat sekali diperlakukan demikian. Aku menahan Air maniku yang mau keluar. Karena belum saatnya. Setelah kurang lebih 15 menit diemut dan dibelai olah tangan halus Nina, penisku udah siap tempur.

“Nah sekarang pelajaran yang terakhir” Kataku. Nina menurut aja waktu Aku angkat Dia dan membaringkan di atas karpet. Nina juga diam waktu Aku mengesek-gesek penisku di mulut vaginanya yang masih perawan itu. Karena udah kering lagi, Aku kembali menjilat kelentit Nina sampai Vaginanya banjir lagi dengan cairan surga. Nina hanya pasrah saja ketika Aku memasukkan penisku ke dalam vaginanya.

“Ah.. Sakit, Kak.. oh.. Kak..!” jerit Nina ketika kepala penisku menerobos masuk. Dengan lembut Aku melumat bibirnya supaya Nina tenang. Setelah itu kembali Aku menekan pinggulku.

“Oh.. Nina.. sempit sekali.. Kamu memang masih perawan, oh..!” Nina hanya memejamkan mata sambil menahan rasa sakit di vaginanya.

Setelah berjuang dengan susah payah, Bless..!
“Akh.. Kak.. sakit..!” Nina memekik tertahan ketika Aku berhasil mencoblos keperawanannya dengan penisku. Terus saja Aku tekan sampai mentok, lalu Aku memeluk erat Nina dan berusaha menenangkan Dia dengan lumatan-lumatan serta remasan-remasan yang lembut di payudaranya. Setelah tenang, Aku langsung menggenjot Nina dengan seluruh kemampuanku.

“Oh.. e.. oo.. hh.., ss.. ah..!” Nina mendesah tanpa arti. Kepalanya kekanan-kekiri menahan nikmat. Nafasnya mulai memburu. Tanganku tak pernah lepas dari payudara yang sejak tadi keremas-remas terus. Karena masih rapat sekali, penisku terasa seperti di remas-remas oleh vaginanya Nina,

“Oh.. Nin, enak sekali vaginamu ini, oh..!” Aku mendesah nikmat.

“Gimana, enak? nikmat?” tanyaku sambil terus menggenjot Nina.

“enak.. sekali, Kak.. oh.. nikmat. Te.. rus.. terus, Kak.. oh..!” Desah Nina.

Setelah kurang lebih 25 menit Aku menggenjot Nina, tiba-tiba Nina mengejang.

“K.. Kak..! Nina udah enggak tahan. Nina mau pi.. piss.. oh..!” Kata Nina sambil tersengal-sengal.

“Sabar, Nin! Kita keluarkan Bersama-sama, yah! Satu..” Aku semakin mempercepat gerakan pinggulku.

“Dua.., Ti.. nggak.. oh.. yess..!” Aku Menyemburkan Spermaku, croot.. croot.. croott..! Dan bersamaan dengan itu Nina juga mengalami orgasme.

“Akh.. oh.. yess..!” Nina menyiram kepala penisku dengan cairan orgasmenya. Terasa hangat sekali dan nikmat. Kami saling berpelukan menikmati indahnya orgasme. Setelah penisku menciut di dalam vagina Nina, aku mencabutya. Dan langsung terbaring di samping Nina. Kulihat Nina masih tersengal-sengal. Sambil tersenyum puas, Aku mengecup dahi Nina dan berkata

“Thank’s Nina! Kamu telah memberikan harta berhargamu kepada kakak. Kamu menyesal?” Sambil tersenyum Nina menggelengkan kepalanya dan berkata,

“Kakak hebat. Nina bisa belajar banyak tentang Sex malam ini. Dan Nina Serahkan mahkota Nina karena Nina percaya kakak menyayangi Nina. Kakak tak akan ninggalin Nina. Thank’s ya Kak! Yang tadi itu nikmat sekali. Rasanya seperti di surga.”

Kemudian kami membenahi diri dan membersihkan darah perawan Nina yang berceceran di karpet. Masih memakai BH dan celana dalam, Nina minta Aku memandikan Dia seperti yang Aku lakukan sekitar enam tahun yang lalu. Aku menuruti kemauannya. Dan kamipun madi bareng malam itu. Sementara mandi, pikiran ngereskupun muncul lagi ketika melihat payudara Nina yang mengkilat kena air dari shower. Langsung aja kupeluk Nina dari belakang sambil kuremas payudaranya.

“Mau lagi nih..!” Kata Nina menggoda. Birahiku langsung naik digoda begitu.

“Tapi di tempat tidur aja, Kak. Nina capek berdiri” kata Nina berbisik. Aku langsung menggendong Nina ke tempat tidurnya dan menggenjot Nina di sana. Kembali kami merasakan nikmatnya surga dunia malam itu. Setelah itu kami kelelahan dan langsung tertidur pulas.

Pagi harinya, aku bangun dan Nina tak ada disampingku. Aku mencari-cari tak tahunya ada di dapur sedang menyiapkan sarapan pagi. Maklum tak ada pembantu. Kulihat Nina hanya memakai kaos oblong dan celana dalam saja. Pantatnya yang aduhai, sangat elok dilihat dari belakang. Aku langsung menerjang Nina dari belakang sambil mengecup leher putihnya yang indah. Nina kaget dan langsung memutar badannya. Aku langsung mengecup bibir sensualnya.

“Wah.. orang ini enggak ada puasnya..!” kata Nina Menggoda. Langsung saja kucumbu Nina di dapur. Kemudian Dia melorotkan celana dalamku dan mulai menghisap penisku. Wah, ada kemajuan. Hisapannya semakin sempurna dan hebat. Aku pun tak mau kalah. Kuangkat Dia keatas meja dan menarik celana dalamnya dengan gigiku sampai lepas. Tanganku menyusup ke dalam kaos oblongnya. Dan ternyata Nina tak memakai BH. Langsung aja kuremas-remas susunya sambil kujilat-jilat kelentitnya. Nina minta-minta ampun dengan perlakuanku itu dan memohon supaya Aku menuntaskan kerjaanku dengan cepat.

“Kak.. masukin, Kak.. cepat.. oh.. Nina udah enggak tahan, nih!” Mendengar desahan itu, langsung aja kumasukkan penisku kedalam lubang surganya yang telah banjir dengan cairan pelumas. Penisku masuk dengan mulus karena Nina sudah tidak perawan lagi kayak tadi malam. Dengan leluasa Aku menggenjot Nina di atas meja makan.

Setelah sekitar 15 menit, Nina mengalami orgasme dan disusul dengan Aku yang menyemburkan spermaku di dalam vagina Nina.

“Oh.. enak.. Kak.. akh..!” desah Nina. Aku melenguh dengan keras

“Ah.. yes..! Nina, kamu memang hebat..”

Setelah itu kami sarapan dan mandi sama-sama. Lalu kami pergi ke Mall. Jalan-jalan.

Begitulah setiap harinya kami berdua selama seminggu. Setelah itu Om Bagas dan Tante Rita pulang tanpa curiga sedikitpun kamipun merahasiakan semuanya itu. Kalau ada kesempatan, kami sering melakukkannya di dalam kamarku selama sebulan kami membina hubungan terlarang ini. Sampai Aku harus pulang ke Manado. Nina menangis karena kepergianku. Tapi Aku berjanji akan kembali lagi dan memberikan Nina Kenikmatan yang tiada taranya.
















Papa Tiri Panutanku


Kisah ini dimulai ketika aku merasakan seks-ku yang pertama dengan Papa tiriku ketika aku masih berumur 16 tahun. Pada saat umurku 3 tahun, Papa kandungku telah meninggal hingga ibu menikah lagi dengan Oom Mardi ketika umurku 5 tahun. Jadi, selama 11 tahun aku telah menganggapnya sebagai Papa kandungku, toh aku juga tidak ingat lagi akan kehadiran Papa kandungku. Namun, sejak kejadian ini aku tidak hanya menganggapnya sebagai Papa, tapi sekaligus juga sebagai pemuas nafsu birahiku. Begitupun Papa Mardi yang menganggapku sebagai anak sekaligus budak seks-nya.

Untuk lebih memperjelasnya, aku memiliki tubuh yang cukup bagus dengan buah dada berukuran 34B. Kulitku putih bersih dengan rambut panjang sepunggung. Aku beberapa kali menonton dan membuka situs porno karena rasa penasaranku terhadap aktivitas seks yang sangat digemari di kalangan anak laki-laki. Ketika menonton film-film porno itu, ada rasa ingin mencoba karena kulihat betapa nikmatnya wajah sang wanita yang disetubuhi. Aku pun sering membayangkan bahwa yang ada di film itu adalah aku dan pria idamanku, namun ironisnya aku kehilangan keperawanan bukanlah dengan pria idamanku. Beginilah cerita awalnya..

Pada suatu Minggu pagi, Ibuku tidak ada di rumah hampir sepanjang hari karena harus menunggui kakaknya yang sedang dirawat di rumah sakit. Jadi, aku tinggal di rumah sendiri. Ketika aku berjalan ke ruang makan untuk makan pagi, aku hanya melihat Papa seorang diri sedang menyantap nasi goreng.

“Pa, Mama mana? Kok gak ada?” tanyaku sambil mengucek mataku yang masih mengantuk.

Pada saat itu Papaku tidak langsung menjawab, Ia tercengang untuk beberapa saat dan menatapku dengan pandangan tajam. Ketika kusadari, ternyata pada saat itu aku mengenakan daster putih tipis pendek yang tembus pandang hingga memamerkan lekuk tubuhku. Puting susuku terpampang jelas karena aku tidak memakai bra. Kurasakan mukaku memerah dan spontan aku menutupi dadaku.

“Ehem.. Nin, Mama pergi sejak jam 4 subuh. Tante Firda mendadak koma,” kata Papa segera setelah sadar dari kagetnya.
“Apa?! Tan.. Tante koma?” ujarku terbata-bata.
“Iya, Nin. Papa tahu kamu kaget. Nanti kita jenguk jam 12 ya?”

Aku terisak sedih dan air mataku mulai mengalir. Tante Firda adalah tante favoritku. Ia sangat baik terhadap Ibu dan aku. Ketika aku masih terisak, Papa segera menghampiri dan memeluk diriku.

“Tenang Nin, masih ada harapan kok,” hiburnya sambil mengelus rambutku.

Aku balas mendekapnya dan mulai menangis tersedu-sedu. Papa mengelus-elus punggungku ketika aku menangis, namun nafas Papaku terdengar berat dan kurasakan penisnya yang membesar menekan perutku. Aku segera melepaskan pelukanku namun Papa menahannya.

“Pa, lepaskan aku!” jeritku ketakutan.
“Tidak bisa, Nina sayang.. Salahmu sendiri menggoda Papa dengan baju tipismu itu,” ujar Papa, kemudian tangannya mulai meremas-remas pantatku dengan gemas.
“Pa, jangan.. Nina gak mau, Pa!” isakku sambil memberontak, namun tenaga Papa jauh lebih kuat daripadaku, tak ada gunanya aku melawan juga.
“Kamu diam saja, sayang.. Enak kok.. Nanti pasti kamu ketagihan,” bisik Papa sambil terengah-engah, setelah itu tangan Papa mulai menyusup ke dalam celana dalamku dan meremas kembali pantatku dari dalam.

Aku berkali-kali melawan, namun tak berdaya karena perbedaan tenaga kami. Kemudian, Papa mengangkat satu kakiku dan menahannya selagi tangan satunya meraih lubang vaginaku.

“Ohh.. Pa.. Ja.. Jangan,” rintihku.

Namun, kurasakan birahiku mulai naik, bahkan lebih daripada ketika aku menonton film porno di kamarku diam-diam. Jarinya dengan lincah menggosok-gosok lubang vaginaku yang mulai basah. Nafasku juga mulai cepat dan berat. Melihat reaksiku yang mulai pasrah dan terbawa nafsu, Papa melanjutkan aksinya. Ia membawaku ke sofa ruang tamu dan mendudukkan diriku di pangkuannya dengan posisiku memunggunginya. Tak lupa pula ia membuka celana dalamku dengan kasar. Tangannya dengan kasar membuka lebar-lebar pahaku sehingga vaginaku terpampang lebar untuk dijelajahi oleh tangannya. Sebelum sempat melawan, dengan sigap tangannya kembali meraih vaginaku dan meremasnya.

“Nin, memek kamu seksi banget.. Nanti Papa sodok ya..” bisik Papaku di telingaku dan menjilatinya ketika tangannya mulai bermain di klitorisku.

Birahiku sudah tak tertahankan lagi hingga aku pun pasrah terhadap perlakuan Papaku ini. Aku mulai mendesah-desah tak keruan. Jilatan maut di telingaku menambah nafsuku. Papa terlihat mencari-cari titik rawan di klitorisku dengan cara menekan-nekan klitorisku dari atas ke bawah. Ketika akhirnya sampai di titik tertentu, aku meracau tak karuan.

“Ahh.. Shh.. Paa..” desahku bernafsu.
“Nin, Papa suka banget sama kamu..” balas Papa sambil mencium pipiku.

Jarinya dengan lihai menggosok-gosok dan menekan titik rawan itu dengan berirama. Rasanya bagaikan melayang dan desahanku berubah menjadi rintihan kenikmatan. Tak sampai 15 menit kemudian, aku mendapat orgasmeku yang pertama.

“Paa.. Nina pengen pipiss..” desahku tak tahan menahan sesuatu yang ingin meledak di dalam diriku, tanganku meremas tangan Papa yang sedang bermain di klitorisku dengan bernafsu.

Di luar perkiraanku, Papa malah memperkeras dan mempercepat gerakannya. Papa merebahkanku di sofa dan merentangkan kedua pahaku. Kurasakan jilatan lidah di bibir vaginaku, rasa menggelitik yang luar biasa menyerang tubuhku. Jilatan itu menjalar ke klitoris dan membuat vaginaku membanjir. Di sela jilatan-jilatan Papa yang maut, kurasakan gigitan lembut di klitorisku yang kian merangsang hasrat seks-ku. Aku melenguh keras disertai jeritan-jeritan kenikmatan yang seakan menyuruh papaku untuk terus dan tak berhenti.

Melihat reaksiku, Papa semakin berani dan menggesekan jarinya di liang vaginaku yang sudah membanjir. Tak kuasa menahan nikmat, aku pun mendesah keras terus-menerus. Aku meracau tidak beraturan. Kemudian kurasakan sensasi yang luar biasa nikmatnya tak lama kemudian. Vaginaku mengeluarkan cairan deras bening yang sebelumnya belum pernah kulihat. Papa tampak senang melihatku mengalami orgasme yang pertama. Setelah sensasi nikmat itu surut, kurasakan tubuhku lelah tak berdaya bagai tak bertulang. Papa membopongku ke kamarnya dan menidurkanku di kasur.

Papa memelukku dengan lembut. Kami tidak berkata apa-apa. Papa kemudian membuka dasterku, kemudian Papa tampak semakin bernafsu ketika melihat payudaraku yang berukuran cukup besar. Hasratku sudah menurun dan rasa malu mulai menyergapku hingga aku segera menutupi payudara dan vaginaku dengan kedua tangan, namun Papa malah menyingkirkan tanganku dengan kasar. Lelah masih terasa karena orgasme tadi sehingga aku tidak mampu melawan.

“Pa.. Jangan, Pa. Sudah cukup.. Nina takut..” isakku mulai menitikkan air mata. Melihat reaksiku, Papa malah semakin bernafsu.
“Nina sayang. Papa entot kamu ya.. Oh, Nina. Memekmu pasti nikmat. Sini Papa entotin ya, sayang..” rayu Papa dengan nafas memburu karena nafsu.

Dengan semangat 45, Papa meremas payudaraku dengan sangat keras. Pertama-tama, aku berteriak kesakitan namun Papa tak mempedulikan teriakan minta ampunku, malah tampak dia semakin bernafsu untuk menyetubuhiku. Jari-jarinya dengan terampil memilin putingku diselingi dengan cubitan keras sehingga lama kelamaan teriakanku berubah menjadi jeritan nikmat. Libidoku mulai naik lagi dan vaginaku mulai basah. Puting susuku yang berwarna merah muda sekarang berwarna merah tua karena cubitan-cubitan kerasnya, begitu pula dengan payudara putihku yang berubah menjadi kemerahan.

“Ahh.. Ahh.. Ukhh.. Paa..” racauku tak karuan.

Merasa puas melihat reaksiku, Papa membuka semua bajunya dan betapa terkejutnya aku melihat penis papaku yang berukuran besar. Dengan lihainya, Papa segera menggesekkan kepala penisnya yang kemerahan ke lubang vaginaku yang sudah basah. Aku merasakan sensasi lebih daripada jilatan lidah Papa di vaginaku sebelumnya hingga kutanggapi sensasi luar biasa itu dengan rintihanan keras kenikmatan.

“Ahh! Papaa.. Ohh.. Entotin Nina, paa..” racauku. Sudah hilang kesadaran akan harga diriku.

Melihat lampu hijau dariku, Papa segera menjalankan aksinya. Dengan perlahan ia memasukkan kepala penisnya ke dalam liang vaginaku, namun terhalang oleh selaput daraku. Papa tampak kesulitan menembus selaput daraku. Akhirnya dengan satu sodokan keras, vaginaku berhasil ditembus untuk pertama kalinya. Rasa sakit luar biasa terasa di vaginaku. Papa dengan tanpa perasaan segera menyodok-nyodok penisnya dengan kuat dan keras di vaginaku yang masih sempit.

Rasa sakit itu berubah menjadi rasa nikmat bagaikan melayang di surga. Papa mendesah terus-menerus memuji kerapatan dan betapa enaknya vaginaku. Penis Papa yang panjang dan besar terasa menyodok dinding rahimku hingga membuatku orgasme untuk kedua kalinya. Papa tampak masih bernafsu menggenjot vaginaku. Kemudian Papa membalikkan badanku yang telah lemas dan menusukkan penisnya ke dalam vaginaku lewat belakang. Ternyata posisi ini lebih nikmat karena terasa lebih menggosok dinding vaginaku yang masih sensitif.

“Oh Ninaa.. Memekmu bagaikan sorga, Nin.. Nanti Papa entotin tiap hari yaa.. Ahh..”

Akhirnya setelah menggenjotku selama setengah jam, Papa mendapatkan orgasmenya yang luar biasa. Spermanya terasa dengan kuat menyemprot dinding vaginaku. Papa menjerit-jerit nikmat dan badannya mengejang-ngejang. Tangannya dengan kuat meremas payudaraku dan menarik-narik putingku. Setelah orgasmenya, Papa berbaring di sebelahku dan menjilati puting susuku. Putingku disedot-sedot dan digerogotinya dengan gemas. Tampaknya Papa ingin membuatku orgasme lagi.

Tangannya kembali menjelajahi vaginaku, namun kali ini jarinya masuk ke dalam liang vaginaku. Papa menekang-nekan dinding vaginaku yang masih rapat. Ketika sampai pada suatu titik, badanku mengejang nikmat dan Papa tampaknya senang sekali hingga jarinya kembali menggosok-gosok daerah rawan itu dan menekannya terus menerus. Wow! Rasanya ajaib sekali! Terasa seperti ingin pipis, namun nikmatnya tak tertahankan. Ternyata itulah G-Spot.

Aku tidak bertahan lama dan akhirnya orgasme untuk ketiga kalinya. Badanku mengejang dan cairan orgasme kembali mengalir dengan deras bercampur darah keperawananku. Akhirnya, kami menyudahi permainan seks kami yang perdana dan mandi. Baru setelah itu, kami pergi ke rumah sakit.

Sejak kejadian itu, kami menjadi sering melakukan hubungan seks dan mencari-cari kesempatan untuk melakukannya tanpa sepengetahuan orang lain. Bahkan aku pernah membolos sekolah karena pada saat itu Papa sedang naik libidonya. Akhirnya kami memesan hotel dan sama-sama membolos, aku dari sekolah dan Papa dari kantornya. Papa juga mengajariku berbagai posisi dan bagaimana cara mengulum penis dengan benar (blow-job). Ilmu seks yang Papa berikan akhirnya membuatku dicintai oleh beberapa lelaki lain karena serviceku yang memuaskan.

Itulah pengalaman seks-ku yang pertama kalinya dan tak akan kulupakan seumur hidup. Terima kasih, Papa!
















Pembantu Binal


Bi Eha sudah cukup lama menjadi pembantu di rumah Tuan Hartono. Ini merupakan tahun ketiga ia bekerja di sana. Bi Eha merasa kerasan karena keluarga Tuan Hartono cukup baik memperlakukannya bahkan memberikan lebih dari apa yang diharapkan oleh seorang pembantu. Bi Eha sadar akan hal ini, terutama akan kebaikan Tuan Hartono, yang dianggapnya terlalu berlebihan. Namun ia tak begitu memikirkannya. Sepanjang hidupnya terjamin, iapun dapat menabung kelebihannya untuk jaminan hari tua. Perkara kelakuan Tuan Hartono yang selalu minta dilayani jika kebetulan istrinya tak ada di rumah, itu adalah perkara lain. Ia tak memperdulikannya bahkan ikut menikmati pula.

Walaupun orang kampung, Bi Eha tergolong wanita yang menarik. Usianya tidak terlalu tua, sekitar 32 tahunan. Penampilannya tidak seperti perempuan desa. Ia pandai merawat tubuhnya sehingga nampak masih sintal dan menggairahkan. Bahkan Tuan Hartono sangat tergila-gila melihat kedua payudaranya yang montok dan kenyal. Kulitnya agak gelap namun terawat bersih dan halus. Soal wajah meski tidak tergolong cantik namun memiliki daya tarik tersendiri. Sensual! Begitu kata Tuan hartono saat pertama kali mereka bercinta di belakang dapur suatu ketika.

Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, Bi Eha – janda yang sudah lama ditinggal suami – masih memiliki gairah yang tinggi karena ternyata selain berselingkuh dengan majikannya, ia pernah bercinta pula dengan Kang Ujang, Satpam penjaga rumah. Perselingkuhannya dengan Kang Ujang berawal ketika ia lama ditinggalkan oleh Tuan Hartono yang sedang pergi ke luar negeri selama sebulan penuh. Selama itu pula Bi Eha merasa kesepian, tak ada lelaki yang mengisi kekosongannya. Apalagi di saat itu udara malam terasa begitu menusuk tulang. Tak tahan oleh gairahnya yang meletup-letup, ia nekat menggoda Satpam itu untuk diajak ke atas ranjangnya di kamar belakang.

Malam itu, Bi Eha kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan gelora gairah seksnya yang menggebu-gebu. Malam ini ia tak mungkin menantikan kehadiran Tuan Hartono dalam pelukannya karena istrinya ada di rumah. Perasaannya semakin gundah kala membayangkan saat itu Tuan Hartono tengah menggauli istrinya. Ia bayangkan istrinya itu pasti akan tersengal-sengal menghadapi gempuran Tuan Hartono yang memiliki ’senjata’ dahsyat. Bayangan batang kontol Tuan Hartono yang besar dan panjang itu serta keperkasaannya semakin membuat Bi Eha nelangsa menahan nafsu syahwatnya sendiri. Sebenarnya terpikir untuk memanggil Kang Ujang untuk menggantikannya namun ia tak berani selama majikannya ada di rumah. Kalau ketahuan hancur sudah akibatnya nasib mereka nantinya. Akhirnya Bi Eha hanya bisa mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur.

Dalam mimpinya Bi Eha merasakan gerayangan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik Tuan Hartono. Menggerayang melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka lebar, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi. Tanpa sadar Bi Eha mengigau sambil membusungkan dadanya.
“Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh enaknya..”

Kedua tangan Bi Eha memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di kedua putingnya. Bi Eha terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua payudaranya, sampai-sampai ia terbangun dari mimpinya.

Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu. Ia mengira Tuan Hartono yang sedang mencumbuinya. Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas keberanian majikannya ini meski sang istri ada di rumah. Apa tidak takut ketahuan. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau istrinya datang?

Bi Eha langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan hendak mengingatkan Tuan Hartono akan situasi yang tidak memungkinkan ini. Namun belum sempat ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan Tuan Hartono?! Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah Andre, putra tunggal majikannya yang masih berumur 15 tahunan!?

“Den Andre?!” pekiknya sambil menahan suaranya.
“Den ngapain di kamar Bibi?” tanyanya lagi kebingungan melihat wajah Andre yang merah padam.
Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya.
“Bi.. ngghh.. anu.. ma-maafin Andre..” katanya dengan suara memelas.
Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Bi Eha.
“Tapi.. barusan nga.. ngapain?” tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak majikannya berani berbuat seperti itu padanya.
“Andre.. ngghh.. tadinya mau minta tolong Bibi bikinin minuman..” katanya menjelaskan.
“Tapi waktu liat Bibi lagi tidur sambil menggeliat-geliat.. ngghh.. Andre nggak tahan..” katanya kemudian.
“Oohh.. Den Andre.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan Papa Mama gimana?” Tanya Bi Eha.
“Andre tahu itu salah.. tapi.. ngghh..” jawab Andre ragu-ragu.
“Tapi kenapa?” Tanya Bi Eha penasaran
“Andre pengen kayak Kang Ujang..” jawabnya kemudian.

Kepala Bi Eha bagaikan disamber geledek mendengar ucapan Andre. Berarti dia tahu perbuatannya dengan Satpam itu, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?
“Kenapa Den Andre pengen itu?” tanyanya kemudian dengan lembut.
“Andre sering ngebayangin Bibi.. juga.. ngghh.. anu..”
“Anu apa?” desak Bi Eha makin penasaran.
“Andre suka ngintip.. Bibi lagi mandi,” akunya sambil melirik ke arah pakaian tidur Bi Eha yang sudah terbuka lebar.

Andre melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung tegak di dada pengasuhnya itu. Bi Eha dengan refleks merapikan bajunya untuk menutupi dadanya yang telanjang. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu Bi Eha dalam hati. Nggak jauh beda dengan Bapaknya.
“Boleh khan Bi?” kata Andre kemudian.
“Boleh apa?” sentak Bi Eha mulai sewot.
“Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi..” pinta Andre tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali Bi Eha.
“Den Andre jangan kurang ajar begitu sama perempuan..,” katanya seraya mundur menjauhi anak itu. “Nggak boleh!”
“Kok Kang Ujang boleh? Nanti Andre bilangin lho..” kata Andre mengancam.
“Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa..” kata Bi Eha panik.
“Kalau gitu boleh dong Andre?”

Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, makinya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! Bi Eha berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak cerita kepada yang lain. Bi Eha lalu tersenyum kepada Andre seraya meraih tangannya.
“Den Andre mau pegang ini?” katanya kemudian sambil menaruh tangan Andre ke atas buah dadanya.
“Iya.. ii-iiya..,” katanya sambil menyeringai gembira.

Andre meremas kedua bukit kembar milik Bi Eha dengan bebas dan sepuas-puasnya. “Gimana Den.. enak nggak?” Tanya Bi Eha sambil melirik wajah anak itu.
“Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga”, pikir Bi Eha.
Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali?

Setelah berpikiran seperti itu, Bi Eha menjadi penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal Bi Eha jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu. Kalau saja lelaki ini adalah Tuan Hartono, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumuli batang kontolnya untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan.

Lalu ia biarkan Andre meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya yang paling dibanggakan. Andre mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah Bi Eha yang nampak meringis seperti menahan sesuatu.
“Sakit Bi?” tanyanya.
“Nggak Den. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil diremas.. uugghh..”

Andre mengikuti semua perintah Bi Eha. Ia menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir Andre dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi.
Bi Eha terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan Andre satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya. Perasaan Bi Eha seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan Andre di balik roknya segera sampai ke pangkal pahanya. Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya Bi Eha mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitive. Bi Eha memang tak pernah memakai pakaian dalam kalau sedang tidur. “Tidak bebas”, katanya.

Andre terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh Bi Eha.
“Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan.. ya.. terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh Den enaak!”

Andre semangat mendengar erangan Bi Eha yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan Bi Eha. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar Bi Eha melenguh. Andre meneruskan tusukannya. Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat jari Andre mudah melesak ke dalam dan terus semakin dalam.
“Akhh.. Den masukin terusshh.. ya begitu. Oohh Den Andre pinter!” desah Bi Eha mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya.

Sambil terus menyuruh Andre berbuat ini dan itu. Tangan Bi Eha mulai menggerayang ke tubuh Andre. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya dan langsung merogoh ke balik celana dalam anak itu.
“Mmmpphh..”, desah Bi Eha begitu merasakan batang kontol anak itu sudah keras seperti baja.
Ia melirik ke bawah dan melihat batang Andre mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar bapaknya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan Bi Eha mengocok perlahan batang itu. Andre melenguh keenakan.
“Oouhhgghh.. Bii.. uueeanaakkhh!” pekik Andre perlahan.

Bi Eha tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan keluguannya membuat Bi Eha semakin terangsang dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan jemarinya di dalam liang memeknya. Rasanya ia tak kuat menahan desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar.. lalu.., Bi Eha merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme. Heran juga. Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu ditambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya cepat orgasme.

Andre terperangah menyaksikan ekspresi wajah Bi Eha yang nampak begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Andre menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat Bi Eha kesakitan.
“Bi? Bibi kenapa? Nggak apa-apa khan?” tanyanya demikian polos.
“Nggak sayang.. Bibi justru sedang menikmati perbuatan Den Andre,” demikian kata Bi Eha seraya menciumi wajah tampan anak itu.

Dengan penuh nafsu, bibir Andre dikulum, dijilati sementara kedua tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Andre senang melihat kegarangan Bi Eha. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua payudara pengasuhnya ini, lalu mempermainkan putingnya.
“Aduh Den.. enak sekali. Den Andre pinter.. uugghh!” erang Bi Eha kenikmatan.

Bi Eha benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang terbaik buat majikan mudanya ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia lupakan. Ia yakin Andre masih perjaka tulen. Bi Eha semakin terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka. Lalu ia mendorong tubuh Andre hingga telentang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya menyapu-nyapu di sekitar kemaluan Andre. Melumat batang yang sudah tegak bagai besi tiang pancang dan megulumnya dengan penuh nafsu.

Tubuh Andre berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi saat lidah Bi Eha mempermainkan biji pelernya, kemudian melata-lata ke sekujur batang kemaluannya. Andre merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut akibat jilatan itu. Bahkan saking enaknya, Andre merasa tak sanggup lagi menahan desakan yang akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. Bi Eha rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat ia melepaskan kulumannya dan langsung memencet pangkal batang kemaluan Andre sehingga tidak langsung menyembur.
“Akh Bi.. kenapa?” Tanya Andre bingung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba-tiba tidak jadi.
“Nggak apa-apa. Tenang saja, Den. Biar tambah enak,” jawabnya seraya naik ke atas tubuh Andre.

Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, Bi Eha mengarahkan batang kontol Andre persis ke arah liang memeknya. Perlahan-lahan tubuh Bi Eha turun sambil memegang kontol Andre yang sudah mulai masuk.
“Uugghh.. enak nggak Den?”
“Aduuhh.. Bi Eha.. sedaapphh..!” pekiknya.

Andre merasakan batang kontolnya seperti disedot liang memek Bi Eha. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. Konotlnya bergerak ceapt keluar masuk liang nikmat itu. Bi Eha tak mau kalah. Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukan kontol Andre.
“Auugghh Deenn..uueennaakk!” jerit Bi Eha seperti kesetanan.
“Terus Den, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ.. auughgg.. aakkhh..”

Andre mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat.
“Bi.. saya mau keluaarr..” Jeritnya.
“Iya Den.. ayo.. keluarin aja. Bibi juga mau keluar.. ya terusshh.. oohh teruss..” katanya tersengal-sengal.

Andre mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang memek Bi Eha dengan tusukan bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke atas dan sambil memeluk tubuh Bi Eha erat-erat, Andre menyemburkan cairan kentalnya berkali-kali.
“Crot.. croott.. crott!”
“Aaakkhh..” Bi Eha juga mengalami orgasme.
Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan erat Andre.
“Ooohh.. Deenn.. hebat sekali..”

Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang merasakan sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal-sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak senyum Bi Eha mengembang di bibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada Andre.
“Gimana Den. Enak khan?”
“Iya Bi, enak sekali,” jawab Andre seraya memeluk Bi Eha.
Tangannya mencolek nakal ke buah dada Bi Eha yang menggelantung persis di depan mukanya.
“Ih Aden nakal,” katanya semakin genit.
Tangan Bi Eha kembali merayap ke arah batang kontol Andre yang sudah lemas. Mengelus-elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan kembali kehidupannya.
“Bibi isep lagi ya Den?”

Andre hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya mulut Bi Eha ketika mengulum kontolnya. Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar kokok ayam bersahutan. Andre meninggalkan kamar Bi Eha dengan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampak wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman yang luar biasa.
















Pengalaman Berlibur


Hallo nama saya David. Saya ingin mencoba berbagi pengalaman saya yang sangat menarik. Karena ini adalah pengalaman saya berkenalan dengan seorang gadis dengan cara yang tak pernah terbayangkan oleh anda.

Pengalamanku ini terbilang langka. Sebab akupun sampai sekarang masih belum percaya akan hal yang telah aku alami itu. Aku adalah seorang remaja berumur 16 tahun. Pada umurku yang segini, tinggi badanku hanya 165cm. Badanku ideal, dan wajahku agak sedikit tampan. Suatu hari ketika aku sedang mangikuti karyawisata di sekolahku yang kebetulan waktu itu sekolahku mengadakan karyawisata ke sebuah pantai di jawa barat. Kami sampai disana pada jam 2 dini hari. Otomatis semua guru dan siswa kelelahan dan lansung tidur. Tapi tidak dengan aku, karena di bis aku sempat tertidur maka aku bisa tertidur ketika waktu manunjukan tepat pukul 4 dini hari.

Siangnya aku terbangun sekitar jam 9. Dan ketika terbangun aku heran kaena teman-teman sekamarku semuanya tidak ada. Waktu itu aku segera keluar kamar dan melihat bis sudah tak ada. Ternyata mereka sudah pergi ketempat tujuan mereka. Ketika aku menanyakan kepada cleaning servis di situ, ternyata benar. Sekitar jam 7 pagi tadi mereka sudah berangkat. Aku sangat kesal akan hal itu, kesal karena tidak ikut dan kesal karena temanku tidak membangunkan aku. Karena masih kesal, aku langsung keluar dan bejalan-jalan di pantai. Karena kebetulan hotel kami menginap berdekatan dengan pantai.

Ketika sampai di pantai, aku merasa heran karena pantai ini sangat sepi, tak ada seorangpun ada disini. Tapi aku langsung menarik kesimpulan bahwa pantai ini sepi karena pantai ini bukan pantai pariwisata. Tanaman di pantai ini cukup tinggi dan banyak sekali sampah disini. Mungkin karena itu oang tidak suka dengan pantai ini. Dengan bertelanjang kaki, aku menelusuri pantai ini. Sepanjang pantai aku hanya menemukan sampah plastik dan sampah bekas makanan instan.

Ketika hatiku mulai tenang, tiba-tiba aku melihat sesosok tubuh yang tergeletak di tepi pantai. Aku segera berlari menghampirinya, dan segera menyeretnya ke bawah pohon yang cukup rindang. Ketika kuperhatikan, ternyata dia adalah seorang gadis yang yang sebaya dengan saya dan dia berparas cantik dengan rambut panjang. Gadis itu memakai pakaian renang yang cukup indah. Aku coba memeriksa denyut nadinya dan ternyata denyut nadinya masih bergerak dan suhu tubuhnya pun masih hangat. Saya pikit dia hanya pingsan dan terseret oleh air laut ke sini. Tapi aku masih merasa heran, darimana datangnya dia.

Lalu aku coba memeriksa sekujur tubuhnya siapa tahu ada identitas tertinggal di sana. Tapi ketika aku memeriksa tubuhnya, langsung timbul pikiran-pikiran ngeres di otakku. Sesekali aku sentuh dadanya yang lumayan besar. Dan aku selalu memperhatikan pada bagian vagina. Tak terasa kemaluanku sudah berdiri tegak. Ketika itu timbullah niatku untuk berbuat cabul terhadap gadis itu. Sedikit demi sedikit aku menyingkirkan celana renangnya yang menutupi vaginanya.

Ketika sudah terbuka terlihatlah bukit kecil dengan bulu yang sangat terawat. Aku langsung menyentuh mulut vaginanya. Karena tak tahan aku langsung malepas celanaku dan langsung mengocok kemaluanku sambil aku menggesek-gesekkan jariku ke mulut vaginanya itu. Tapi karena aku masih belum merasa puas dengan hanya beronani, aku mencoba untuk menyentuh-nyentuhkan kemaluanku ke mulut vagina itu.

“Aahh.. ternyata vaginanya hangat sekali.. mmhh..”

Karena aku masih belum merasa puas juga, akhirnya aku langsung melepaskan semua pakaian renangnya. Dan setelah terlepas ternyata tubuh gadis itu lebih indah dari sebelumnya. Tanganku langsung meraih payudaranya yang putih dan meremas-remas payudara itu. Kemaluanku yang terus berdiri, kugesek-gesekkan dengan mulut vaginanya itu. Tak puas dengan itu, aku langsung memainkan puting susunya yang berwarna pink. Dengan tangan kiri masih memegang payudaranya, tangan kananku bergerak menuju vaginanya. Lalu kucoba menusuk-nusukkan jariku kedalam lubang vaginanya yang ternyata masih rapat sekali.

Ketika jariku berhasil masuk ke dalam lubang vaginanya itu, tiba tiba gadis itu bergerak. Aku langsung menghentikan kegiatanku itu kerena aku sangat terkejut sekali. Dan setelah ku perhatikan ternyata dia masih pingsan. Aku sempat menunggu beberapa saat untuk memastikan dia tak bergerak. Lalu setelah yakin dia tak bergerak, kembali aku memainkan vaginanya dengan jariku. Kucoba untuk menikmati hal itu, aku langsung mendekatkan wajahku ke depan mulut vaginanya itu. Kulihat mulut vaginanya itu sangat merah dengan lubang yang sedikit basah.

Lalu aku langsung manciumi mulut vagina itu sambil kedua tanganku membuka lebar mulut vaginanya. Setelah beberapa saat aku menciumi mulut vaginanya, lidahku kujulurkan untuk memainkan klitorisnya. Kurasakan nafas gadis itu menjadi sedikit lebih kasar. Nafasnya menjadi lebih cepat. Dan ketika nafasnya makin cepat, tiba-tiba dari lubang itu keluar cairan putih yang hangat membasahi wajahku.
“Wah.. aku berhasil membuatnya orgasme.. sekarang gilian saya harus orgasme..”

Aku langsung mempersiapkan kemaluanku yang sudah mencapai ukuran maksimal untuk memcoba memasuki lubang vaginanya. Aku langsung mencoba memasukkan kemaluanku ke dalam vagina itu dengan menggesek-gesekan kemaluanku terlebih dahulu, tapi ketika aku akan memasukan kemaluanku ke dalam lubang vaginanya ternyata lubang vaginanya itu terlalu sempit untuk dimasuki. Kemaluanku malah membengkok. Aku pun mencoba membantu kemaluanku dengan tanganku dan akhirnya kemaluanku berhasil masuk. Aku terus mencoba untuk memasukan kemaluanku hingga semua batang kemaluanku masuk kedalam.

Setelah berhasil masuk kedalam lubang vagina itu, kurasakan pijatan pada batang kemaluanku dan hangatnya lubang vagina itu mambuat kemaluanku semakin keras berdiri.
“Aahh.. ternyata vagina itu sangat manyenangkan.. hangat sekali..”
Aku langsung mengangkat pinggul gadis itu sejajar dengan kemaluanku. Lalu dengan perlahan aku gerakan pinggulku ke depan dan kebelakang.
“Aahh.. enak sekali..”
Setelah beberapa saat aku menggenjot, aku mencoba mempercepat genjotanku hingga akhirnya nafsuku telah sampai pada puncaknya.
“Aahh..!!”

Bersamaan dengan desahan panjang dari mulutku, aku keluarkan semua maniku dalam tubuh gadis itu. Aku langsung terkulai di pasir pantai. Aku membaringkan tubuhku di samping gadis itu. Aku barbaring sambil memandang ke atas dan sesekali aku memandang wajah gadis itu yang terlelap dengan wajahnya yang lugu. Dan sesekali aku memegang payudaranya yang sangat menggoda.

Hingga sore menjelang, aku terus memainkan tubuhnya karena aku tak mau melewatkan kesempatan ini. Beberapa saat aku berpikir untuk menemani gadis ini hingga sadar. Tapi kadang aku merasa takut akan apa yang telah aku lakukan tadi. Tapi setelah berpikir beberapa kali, akhirnya aku memutuskan untuk menemani gadis itu hingga siuman. Ditemani api unggun dan debur ombak, sambil bersandar di pohon aku memeluk gadis itu dari belakang. Dan walaupun begitu pikiran kotorku tak pernah hilang. Sambil aku memeluknya, mencoba untuk menghangatkannya, tanganku tak henti-hentinya memegangi payudaranya yang waktu itu dia masih telanjang karena aku tidak ingat untuk memakaikan pakaian renangnya.

Aku melihat jam tanganku, dan waktu menunjukan tepat jam 7 malam. Beberapa saat kemudian akhirnya dia siuman. Dia langsung terkejut dan berdiri manjauhiku.
“Hey..! apa yang kamu lakukan. Kenapa aku telanjang!”
“Eeit.. tenanglah. Diam dan dengarkan aku.. aku akan menjelaskan semuanya!”

Kemudian akupun menjelaskan semuanya, dari mulai aku menemukan dia sampai dia siuman. Mendengar ceritaku dia sempat meneteskan air mata. Dengan air mata bercucuran, dia menceritakan semuanya. Kami kemudian berkenalan dan namanya Dila. Dan ternyata dia adalah putri dari seorang jutawan dari kota X. Dia terseret ombak ketika dia sedang berenang di pantai dan dia tak sadarkan diri hingga dia bangun disini.
“Begitulah semuanya berawal.. ”
“Oohh jadi begitu..”
“Vid, kamu bisa tolong saya..”
“Iya apa saja!”
“Tolong hangatkan saya.. saya kedinginan dan saya tidak bawa pakaian, pakaian saya basah.”
“Eemmhh.. baiklah”

Kemudian dia mandekatkan tubuhnya yang putih ke tubuh saya. Dia hanya memeluk lututnya di dalam pelukan saya.
“La, kalo kamu cuma begitu kamu akan kedinginan”
“Lalu aku harus gimana?”
“Agar tidak kedinginan kamu harus bergerak.”
“Contohnya apa?”
“Eemmhh.. gimana kalo .. kalo kita itu.. eemmhh.. ML”
“Apa..!”
“Mau nggak?”
“Mau sih.. tapi..”
“Sudahlah lakukan aja..” kataku sambil terus memeluk dan menciumnya dengan lembut.
Beberapa saat kamu berciuman dengan tubuh tanpa busana. Sesekali tanpa disengaja kemaluanku yang sedang berdiri menyentuh-nyentuh perutnya. setelah beberapa menit kami berciuman, aku langsung menarik mulutku dari mulutnya. Aku langsung menyuruhnya untuk mengulum kemaluanku yang sudah lama berdiri.
“sekarang kamu kulum penis saya..!”

Tanpa banyak bicara dia langsung menuruti semua apa yang saya katakan. Dia langsung mengulum kemaluanku. Pertama dia masih ragu, tetapi setelah beberapa saat dia mengulum kemaluanku akhirnya dia menikmatinya. Nafasnyapun mulai cepat.
“mmhh.. bagus sekali .. iya terus mmhh..”
Setelah beberapa menit dia mengulum kemaluanku akhirnya aku sudah mencapai puncak. Aku mengeluarkan maniku kedalam mulutnya dan dia pun langsung mengeluarkan maniku dari mulutnya.
“Kamu jorok banget, kok kencing di mulut saya. Mana asin lagi!”
“Ehh..! kamu kok spermanya dibuang, itu namanya orgasme bukannya kencing. Dan kalo orang lain, spermanya suka di minum. Katanya sih biar awet muda”
“Oohh gitu ya..”
“Iya sekarang giliran saya jilatin vagina kamu..!”

Kemudian dia langsung merebah di pasir dan membuka selangkangannya lebar-lebar. Kemudian aku memulai dengan menciumi pahanya lalu berpindah ke dadanya lalu ke perutnya lalu aku manciumi mulut vaginanya. Setelah seluruh permukaan mulut vaginanya aku kulum, aku mencoba membuka vaginanya lebar lebar dan langsung menghisap klitorisnya yang terasa lebih keras.
“aahh.. geli sekali..!”

Aku langsung memainkan klitorisnya yang tersasa hangat dimulutku. Dia pun mengeluarkan desahan-desahan kecil yang membuatku semakin ingin melumat seluruh vaginanya. Setelah beberapa saat aku melumat vaginanya itu, aku langsung menghentikan kegiatanku itu.
“Eehh.. kenapa berhenti! Lagi enak nih..!”
“Tunggu dulu biar lebih nikmat..”

Tanpa banyak bicara lagi, aku langsung meraih kemaluanku yang sudah berdiri lagi. Aku langsung mengarahkan kemaluanku kearah vaginanya yang sudah terlihat basah sekali. Dan ketika aku memasukannya ternyata kali ini lebih mudah dari sebelumnya. Diiringi desahan yang sedikit keras, aku tanamkan kemaluanku dalam-dalam.
“Aahh..!! Sakit..!”
Lalu perlahan aku mulai manggenjot pinggulku. Perlahan desahan sakit yang keluar dari mulutnya berubah menjadi desahan nikmat.
“Ahh.. enak.. ayo terus..!”
Ditengah aku sedang menggenjot vaginanya, aku langsung menyuruhnya untuk bangkit.
“Dila.. kita coba dogy style..!”
“Apa tuh..?”
“Sekarang kamu nungging seperti anjing..”
“Oohh.. baiklah..”
Kemudian dia menungging dan aku langsung menyambut vaginanya dari belakang. Lalu akupun langsung menggenjot kembali pinggulku ini.

“Aahh.. aahh.. enak mmhh..”
Setelah hampir mancapai puncak, aku langsung mempercepat genjotanku yang mambuat timbulnya suara benturan pinggulku dengan pantatnya. Dan dengan diiringi desahan panjang dari mulutnya, terasa cairan hangat membasahi kemaluanku. Aku pun terus mampercepat genjotanku dan akhirnya aku pun mengeluarkan maniku didalam tubuhnya. Dan kamu pun langsung terkulai lemas di pasir pantai. Kami barbaring sambil saling berpelukan. Kamipun tertidur disaksikan oleh cahaya bulan dan deburan ombak. Pagi-pagi sekali kami terbangun dan dia segera memakai pakaian renangnya kembali. Aku langsung mengantarnya pulang ke villanya yang letaknya ternyata tak jauh dari hotel tempat aku menginap. Kami sempat bertukaran no. telepon sebelum kami berpisah.
Setelah sampai di hotel, saya melihat rombongan sekolah saya telah kembali ke hotel dan bersiap untuk pulang.
“kamu dari mana aja Ton! Kok baju kamu kotor begitu.. semalem tidur dimana..!” tanya temanku .
“Aahh enggak, dari pada aku boring di hotel mendingan aku keluar. Gara-gara kalian juga aku nggak ikut.. huh dasar!”
“Pokoknya kamu nyesel banget lah nggak ikut..”
“Eit.. tunggu dulu. Yang nyesel itu pasti kalian bertiga, pake ninggalin segala..!”
“Emangnya kenapa..?”
“Ah ada aja..!”
“Wah.. ni anak bisa aja bikin penasarannya..”

Kemudian kamipun pulang dan sesampainya di sana saya langsung menelepon Dila. Dan ternyata dia sedang ada di kotaku. Kamipun segera menentukan tempat untuk ketemuan. Dan yang pasti setelah kami ketemuan, kami melakukannya lagi. Setelah saat itu kami pacaran hingga sekarang. Untuk menjaga agar hubungan kami tidak rusak karena hamilnya dia, aku memintanya agar meminum pil KB.
















Pengalaman dengan Tante Murni


Ibuku adalah 7 bersaudara, dan beliau adalah anak tertua kedua, kemudian adik-adiknya ada 4 orang, berturut-turut perempuan dan yang bungsu laki laki, adik perempuan yang terkecil tinggal bersama kami sejak aku masih kecil.

Sejak aku usia 8 tahun (kira kira kelas 3 SD), tanteku itu mulai ikut tinggal di rumah kami, sebut saja Tante Murni. Tante Murni terpaut sekitar 6 tahun denganku, jadi waktu itu usianya 14 thn. Setelah lulus SMP di K, Tante Murni tidak mau meneruskan ke SMA dan memilih ikut kakaknya di Jakarta, katanya mau tahu Jakarta. Wajah Tante Murni sangat menarik, bulat, cukup cantik, kulit sawo matang, dengan tinggi seperti anak perempuan usia 14 tahun, tetapi dalam pandanganku sepertinya tubuh Tante Murni lebih montok dibanding teman seusianya yang lain. Sebagai gadis remaja yang sedang mekar tubuhnya, tanteku ini juga agak sedikit genit. Dia senang berlama-lama jika sedang merias dirinya di depan cermin, aku sering menggodanya dan Tante Murni selalu tertawa saja.

Aku sendiri anak tertua dari tiga bersaudara (semua saudaraku perempuan). Rumahku waktu itu hanya mempunyai 3 kamar, satu kamar orang tuaku dan dua untuk anak anak. Kedua adikku tidur dalam satu kamar, dan aku menempati kamar lain yang lebih kecil. Sejak Tante Murni tinggal dengan kami, tante tidur dengan kedua adikku ini.

Pergaulan Tante Murni dengan tetangga sekitar juga sangat baik, ia cepat akrab dengan anak remaja sebayanya, antara lain tetangga kami Suli. Usianya tak jauh beda dengan tanteku kira-kira 15 tahun, tapi berbeda dengan tanteku, Suli berkulit putih bersih dan jauh lebih tinggi (kata orang bongsor), wajahnya ayu, rambutnya selalu disisir poni, murah senyum dan baik hati. Ia sangat baik terhadap semua saudaraku terlebih terhadapku, mungkin karena ia anak tunggal dan sangat mendambakan seorang adik laki-laki seperti yang sering dikatakannya kepadaku. Mbak Suli sering bermain di rumah kami, bahkan beberapa kali ikut tidur di rumah kami bila hari libur, oh ya Mbak Suli ini kelas 2 SMEA.

Sekitar dua bulan setelah Tante Murni tinggal di rumahku, suatu saat Ibu dan almarhum ayahku harus meninggalkan kami karena suatu urusan di Jawa Tengah (almarhum berasal dari sana) katanya urusan warisan atau apalah waktu itu aku tidak begitu paham. Adikku yang kecil (2,5 thn.) diajak serta, sedangkan kami dititipkan pada tetangga sebelah rumah (kami saling dekat dengan tetangga kiri-kanan) dan tentu saja pada Tante Murni.

Tante Murni orangnya sangat telaten mengurus para keponakan, mungkin karena di desa dulu memang tanteku itu orang yang “prigel” dalam pekerjaan rumah tangga. Setiap hari Tante Murni bersama adikku selalu mengantarku sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan rumah. Lalu ia pulang dan menjemputku lagi pada jam pulang sekolah (kira-kira pukul 10:30). Aku sangat senang dijemput Tante Murni, karena aku punya kesempatan untuk menggandengnya dan menepuk pantatnya yang montok itu. Entah mengapa meskipun aku saat itu masih kecil, tetapi kemontokan dada Tante Murni serta juga pinggulnya yang menonjol itu membuat aku selalu berusaha menyentuhnya terutama secara “pura pura” tidak sengaja. Semuanya itu aku lakukan secara intuitif saja, tanpa ada siapapun yang mengajari.

Pada hari keempat sejak ditinggal pergi kedua orang tuaku (hari Sabtu), Sepulang sekolah, kami bermain di ruang depan sambil nonton televisi. Aku, adikku, Tante Murni dan Mbak Suli. Orang tua Mbak Suli inilah yang dititipi oleh orang tuaku. Masa kecilku memang lebih banyak dihabiskan di dalam rumah, jarang aku bermain di luar rumah kecuali bila sekolah, dan pergaulanku juga lebih banyak dengan adikku, atau beberapa anak sebaya tetangga terdekat, itupun kebanyakan mereka perempuan.

Kami biasanya bermain mobil-mobilan atau sesekali bermain dokter-dokteran, aku jadi dokter lalu Tante Murni dan Mbak Suli menjadi pasien. Kadang-kadang bila aku sedang berpura-pura memeriksa dengan stetoskop mainanku secara mencuri-curi aku menyenggol payudara Mbak Suli atau tanteku, tapi mereka tidak marah hanya tersenyum sambil berkata, “Eh, koq dokternya nakal, ya”. sambil tertawa, terkadang membalas dengan cubitan ke pipi atau lenganku, yang selalu kuhindari. Memang mulanya aku tak sengaja tapi sepertinya asyik juga menyenggol payudara mereka, maka hal itu menjadi kebiasaanku, setiap kali permainan itu. Terasa sekali payudara mereka kenyal dan empuk, setelah aku besar baru aku menyadari bahwa saat itu mereka pasti tak memakai beha, karena tak terasa ada sesuatu yang menghalangi sentuhan jariku pada daging montok itu kecuali lapisan baju mereka. Setiap kali tanganku menyentuh meremas atau menowel bukit empuk itu, aku merasakan ada getaran aneh terutama di sekitar kemaluanku, tak jarang membuatnya menegang, walaupun waktu itu masih kecil dan belum sunat. Sering aku mengkhayalkan memegang payudara mereka bila sedang sendirian di kamarku sambil memegang burung kecilku, hingga tegang walaupun tak sampai mengeluarkan sperma, hanya cairan bening, seperti cairan lem uhu tapi tidak seperti lem lengketnya.

Siang itu setelah adikku tertidur kami kembali bermain dokter-dokteran dan hal itu kulakukan lagi. Untuk diperiksa kuminta Tante Murni untuk berbaring di lantai, dia menurut saja. Yang pertama kuperiksa adalah dahinya lalu aku langsung meletakkan stetoskopku di dadanya, namun aku sengaja memposisikan tanganku sedemikian rupa sehingga tanganku berhasil menempel di dada Tante Murni, kurasakan empuk sekali dan seiring dengan napasnya, tangankupun ikut naik turun pelan-pelan. Tante Murni hanya tertawa saja, sementara Mbak Suli memperhatikan sambil tertawa, rupanya mereka geli atas kekurangajaranku ini, sepertinya Tante Murni keenakan dengan tingkahku ini, tanganku tak hanya memeriksa di satu tempat tetapi terus bergeser, dan aku tak pernah mengangkat tanganku dari gundukan kenyal itu.

Sampai tiba-tiba Tante Murni memegang tanganku dan menggosok-gosokannya di dadanya. Aku merasa senang sekali, apalagi Tante Murni juga tiba-tiba merangkul dan menciumiku dengan gemas, tapi ya cuma begitu saja. Karena selanjutnya Mbak Suli yang minta diperiksa, Mbak Suli malahan lebih gila lagi, dia sengaja membuka kancing blus-nya sehingga aku bisa melihat gundukan daging yang putih itu. Tanganku gemetar ketika meletakkan stetoskop plastikku di tepi gundukan dadanya, apalagi ketika dengan suara nyaring Mbak Suli berkata, “Mas.. (dia biasa memanggilku Mas seperti adik adikku, begitu juga Tante Murni), dingin stetoskopmu!”. Tanpa mempedulikan ucapannya, stetoskopku terus bergeser sehingga tersingkaplah bajunya dan mataku terbelalak melihat puting susunya yang kecil dan berwarna coklat muda itu.

Saat itulah Mbak Suli menepis tanganku sambil tertawa, “Sudah sudah, geli!”. Mereka berdua langsung berdiri dan meninggalkanku sambil berbisik-bisik, aku merengek agar mereka tetap menemaniku bermain, tetapi mereka terus keluar sambil tertawa. Aku merasakan kalau penisku kaku sekali dan juga celanaku jadi basah, entah mengapa aku jadi penasaran sekali dengan semua ini, aku bertekad kalau besok main dokter-dokteran lagi, akan aku singkap baju Tante Murni atau Mbak Suli biar aku bisa melihat lebih jelas puting susu yang menonjol bulat itu.

Malamnya sebelum tidur aku kembali membayangkan kejadian siang itu, kurasakan penis kecilku meregang sehingga kubuka celana pendekku dan kukeluarkan penisku yang sudah tegak ke atas itu. Kupegang dan kuremas pelan-pelan, sambil memejamkan mata kubayangkan kekenyalan dada Tante Murni, puting susu Mbak Suli, terasa nikmat sekali melamun sambil merasakan sesuatu yang gatal dan nikmat di sekitar penisku itu. “Hayo., lagi ngapain!, Aku jadi kaget dan terlonjak serta membuka mataku. Di depanku kulihat Tante Murni sambil tersenyum memandang bagian bawah tubuhku yang terbuka itu. Mukaku terasa panas, mungkin merah padam mukaku, sambil membetulkan celana yang hanya kupelorotkan sampai dengkul aku segera memeluk guling tanpa berkata apa apa lagi dan membelakangi tanteku.

Sambil terus tertawa tanteku ikut naik ke ranjangku dan memelukku dari belakang dan menciumku sambil berbisik, “Nggak apa apa Mas.”. Jantungku deg-deg, apalagi ketika dengan lembut tanteku membelai rambutku terus tubuhku sambil berbisi, “Ehh, jangan malu, kamu senang ya pegangin burung, sini tante pegangin”. Mulanya aku ragu, takut kalau tanteku hanya memancing reaksiku saja, tetapi ketika rabaannya turun ke arah selangkanganku aku jadi berubah senang. Kuberanikan diri untuk menolehnya dan kudapati wajah tanteku yang tersenyum manis sekali membuat hatiku berbunga bunga. Burungku yang tadinya sudah mengecil itu mendadak meregang lagi dan mendesak celanaku.

Tanteku kemudian menciumi wajahku dengan kasih sayang, tangannya mulai meraba lagi bagian sensitifku dari bagian luar celanaku, aku yakin tanteku bisa merasakan penisku yang meregang dan keras itu, elusan tanteku terasa kurang nikmat, aku berpikir seandainya tanteku memegang langsung burungku, tentu lebih nikmat. Belum habis aku berpikir, tiba-tiba saja Tante Murni memelorotkan celana pendekku sampai terlepas, sehingga burungku yang sudah tegang itu bebas mengacung diudara terbuka. Dengan kelima jarinya tanteku menggenggam burungku dan meremasnya pelan. Aku merasa gatal dan geli serta nikmat yang tak kumengerti tapi membuat aku merasa seperti melayang dan menggeliat serta merintih pelan.

Dengan memandang tajam mataku, remasan jari lentik Tante Murni di burungku menjadi semakin cepat bahkan juga dikocoknya naik turun kadang-kadang juga dielusnya buah pelirku. Aku semakin meringis merasakan kenikmatan ini, secara naluriah aku berusaha merangkul tanteku agar rasa geli itu makin terasa nikmat. Aku juga berusaha menempelkan wajahku ke wajah Tante Murni yang kulihat juga merah padam dan bibirnya gemetar, nafas Tante Murni semakin memburu dan dia makin merapatkan tubuhnya ke tubuh kecilku, tanganku diraihnya lalu dituntun ke dadanya yang montok dan kenyal itu.

Tanganku terasa menempel di puting susu Tante Murni yang terasa keras seperti kelereng itu, aku meremasnya dengan agak sulit, karena telapak tanganku yang kecil itu tak bisa meremas keseluruhan permukaan dada Tante Murni yang lebar dan keras itu Kuperhatikan tanteku saat itu mengenakan daster kaos yang tipis tanpa mengenakan apa apa lagi dibaliknya. Merasa kurang puas hanya meremas dari luar, akupun menyelusupkan tanganku ke lubang tangan daster Tante Murni sehingga tanganku secara langsung bersentuhan dengan dada yang telah lama aku kangeni itu, hangat dan licin sekali. Kalau tadinya tanteku yang asyik meremas-remas burungku, sekarang justru aku yang beringas meremas-remas payudara tanteku bahkan tanganku yang lain juga ikut ikutan meremas payudara Tante Murni yang satunya. Tante Murni hanya memejamkan matanya rapat rapat sambil menggigit bibirnya.

Aku tak mempedulikan apapun sikap Tante Murni, bagiku kesempatan emas ini harus benar-benar dinikmati dan peduli dengan tanteku. Tanganku bukan hanya meremas, tetapi juga memelintir puting susu tanteku yang kecil dan keras itu, lucu sekali melihat kedua tanganku menelinap dan bergerak-gerak di dalam daster tanteku. Kurasakan tangan tanteku sudah tak mengocok penisku, tetapi hanya kadang kadang saja dia meremasnya dengan keras membuat aku kesakitan. Dari luar dadanya yang berdaster mulutku ikut ikutan menciumi dada tanteku itu, rasanya bila memungkinkan aku ingin memanfaatkan seluruh tubuhku untuk menikmati kekenyalan dada Tante Murni ini.

Tak kusadari nafas tanteku makin lama makin memburu, rupanya dia juga sangat menikmati kekasaran tanganku ini. Tiba-tiba saja Tante Murni mengangkat dasternya sehingga dadanya tersibak, baru saat itu aku bisa melihat kemontokan payudara tanteku ini, tanganku hanya dapat menutupi sebagian ujung atas payudaranya, sedangkan bagian yang lain masih belum tersentuh oleh remasanku. Dada yang montok itu dipenuhi oleh barut-barut merah bekas remasanku. Setelah dadanya terbuka dengan gemetar Tante Murni berbisik, ” Mas, isep pentilnya pelan-pelan ya”. Tak perlu diperintah dua kali, aku segera melumat puting susu tanteku dan mengenyotnya sekuatku, Tante Murni mendesis desis dan menekan kepalaku kuat kuat kedadanya, aku memeluk pinggangnya dan kutindih badan Tante Murni dengan tubuhku yang telanjang bawah itu. Terasa burungku yang kaku itu menghunjam di tubuh mulus tanteku yang hanya dilapisi celana dalam itu. Tanteku makin kencang memeluk tubuhku, bahkan ia menyuruh aku untuk menjilati juga putingnya. Kulakukan semua itu dengan penuh semangat, entah apa pengaruh kepatuhanku ini pada Tante Murni, yang jelas aku sangat menikmatinya, penisku yang menggeser-geser diperut Tante Murni terasa mengeluarkan cairan yang membasahi perut Tante Murni. Saat itu Tante Murni sudah tak mempedulikan penisku lagi, dia asyik menikmati kepatuhanku itu.

Mungkin karena sudah tak tahan dengan semua itu, tiba-tiba saja Tante Murni juga melepaskan celana dalamnya. Selama ini aku hanya bernafsu pada buah dadanya saja, aku tak pernah berpikiran lebih dari itu. Ketika dengan berbisik ia menyuruhku memindahkan ciumanku, aku agak bingung juga. ” Mas, ayo sekarang ciumi selangkangan Mbak ya, nanti punya kamu juga Mbak ciumi”. Aku menghentikan kesibukanku di dada Tante Murni dan memandang ke selangkangannya. Aku takjub sekali melihat selangkangan Tante Murni itu karena ada rambut keriting yang tumbuh di ujung selangkangannya yang cembung itu, ini adalah pemandangan yang sama sekali baru bagiku, selama ini aku hanya pernah melihat selangkangan adikku yang aku tahu tak ada burungnya seperti aku. Namun selangkangan wanita yang berbulu, ya baru kepunyaan Tante Murni ini!

Oh, terus terang saja, meskipun aku secara naluri sudah bangkit birahi, tetapi tak pernah kubayangkan bahwa aku akan melangkah sejauh ini dalam bidang seksual apalagi di usiaku yang belum sampai sepuluh tahun itu. Aku agak ragu juga melepaskan mainan yang begitu nikmat di payudara Tante Murni, tetapi perintah Tante Murni membuatku merubah posisi badanku dan dengan ragu-ragu kudekatkan wajahku ke bukit cembung yang ada bulu keritingnya itu. Merasakan keraguanku, Tante Murni tanpa basa basi langsung menekan kepalaku sehingga bibir dan hidungku menempel di bulu-bulu keriting yang halus itu. Karena tadi aku disuruh menggigiti payudara, maka kali ini akupun juga mulai menggigiti bukit cembung itu. Namun kudengar Tante Murni berteriak lirih, “Jangan keras keras gigitnya Mas, sakit!”. Ketidaktahuanku benar-benar konyol, aku kira bukit cembung itu sama seperti payudara, tetapi karena bidangnya kecil, tanganku tak mungkin untuk meremasnya, sebagai sasaran lain aku jadi meremas paha Tante Murni serta juga pantatnya. Ketika Tante Murni membisiki agar ciumanku lebih turun lagi ke depan, aku agak bingung juga.

Nah ketika aku maju ke depan barulah aku melihat celah sempit yang berbentuk bibir dan saat itu sudah basah. Warnanya sungguh menarik merah muda dan bibirnya seperti berlipat lipat. Seperti biasa aku menciumi bagian ini dengan penuh semangat. “Jilat saja Mas, nikmat lho!”, bisikan Tante Murni membuatku merubah lagi permainanku. Entah kenapa di tengah asyiknya aku menjilati celah basah yang asin dan agak amis itu, Tante Murni mengerang dan menjambak rambutku sambil menjepitnya dengan kedua pahanya. Aku tak bisa bernafas dan aku segera berontak melepaskan diri.

Tante Murni melepaskan dasternya yang tadi masih bergulung di atas dadanya sehingga dia sekarang jadi telanjang bulat. Dengan suara serak disuruhnya aku berbaring telentang, dengan telanjang bulat Tante Murni memegang burungku yang masih tegang itu, karena waktu itu aku belum dikhitan, tanteku menceletkan kulup penisku yang terasa sangat geli bagiku kemudian dengan tiba-tiba Tante Murni mengangkangi burungku dia menurunkan pantatnya, dan dituntunnya burungku memasuki celah sempit yang tadi aku jilati itu. Dilakukannya semua ini dengan pelan-pelan sampai akhirnya aku merasakan kehangatan jepitan kemaluan tanteku yang ternyata telah sangat basah. Aku tak mengerti apa yang dilakukan tanteku ini, tetapi terasa geli, ngilu di sekitar kemaluanku, juga ada rasa perih. Tanteku hanya diam saja setelah menelan burungku, dia malah mendekatkan dadanya ke wajahku sehingga aku mulai lagi menyedot puting susunya itu. Tanteku kembali mendesis-desis, dan terasa dia memutar-mutar pantatnya membuat burungku seperti dikocok-kocok oleh tangan tanteku yang lembut itu, nikmat sekali.

Tanteku terus saja menggoyangkan pantatnya ke kanan-kiri, putar sehingga ada rasa yang lebih nikmat di sekitar kemaluanku. Rasa geli yang ditimbulkan membuat aku makin ganas menciumi bahkan juga menggigit daging montok yang bergantung di depanku itu. Ketika Tante Murni mengangkat pantatnya, aku merasa kalau batang burungku yang sekarang penuh lendir dari dalam celah Tante Murni itu menjadi gatal dan geli, ternyata rasanya jauh lebih menyenangkan daripada diremas dengan tangan Tante Murni, apalagi dengan tanganku sendiri.

Tidak lama aku merasakan ada lendir yang meleleh di pangkal burungku, yang berasal dari lubang Tante Murni itu. Ketika kutanyakan apakah Tante Murni pipis, dia tak menjawab, melainkan memejamkan matanya serta mendesis dengan keras sekali. Pantatnya ditekan keras-keras ke tubuhku sehingga terasa pangkal kemaluanku menyentuh bibir vaginanya yang hangat. Kurasakan tubuhnya menegang dan berdenyut-denyut pada bagian kemaluannya, membuat burung kecilku seperti diurut dan dipilin oleh tangan yang lembut. Oh.., sungguh kurasakan nikmat yang sungguh luar biasa. Bayangkan.., aku yang baru SD kelas 3 telah merasakan tubuh tanteku yang notabene beberapa tahun lebih tua, yang mungkin maniak seks (terakhir kutemukan koleksi gambar gambar porno di balik tumpukan pakaiannya. Jujur saja Mbak, akupun tak tahu apakah sebelum itu tanteku sudah pernah berhubungan seks, tetapi kukira dia sudah pernah melakukannya, mungkin dengan temannya ketika di K.

Mbak pengalaman ini sangat membekas di hatiku, setelah kejadian itu setiap ada kesempatan aku selalu melakukan hal itu bersama tanteku, bahkan pada suatu saat Mbak Suli diajak melakukan bersama kami bertiga (nanti lain waktu aku cerita lagi tentang hal ini).

Kalau dulu kami masih berpura-pura, maka sekarang kami sudah pintar saling merangsang, dan yang paling kunikmati adalah saat spermaku memancar keluar, itulah puncak dari segala kenikmatan, geli, dan nikmat bercampur menjadi satu. Kami sama sama menyukai permainan ini sehingga sering dalam satu hari kami melakukannya tiga empat kali, sering juga tanteku pindah ke kamarku malam-malam dan kami melakukan hubungan seks ini dengan pintu terkunci. Tante Murni juga senang mengulum burungku, bahkan seringkali juga aku muncrat di dalam mulutnya. Semua kegiatan ini kulakukan kira-kira sampai kurang lebih 2 tahun sampai akhirnya tanteku pulang ke K. dan selanjutnya menikah di sana.

Mbak Yuri, disaat aku sudah berkeluarga keinginan untuk mengulang persetubuhan avonturir dengan tanteku sering muncul, yang aku bayangkan hanya betapa sekarang aku akan lebih pintar membuat tanteku merasa nikmat, dan akupun pasti juga akan lebih menghayati dalam merasakan kelembutan tanteku itu. Semua keinginanku itu baru dapat terulang 15 tahun kemudian, ketika adikku yang paling kecil menikah di K.

Malam itu setelah acara resepsi pernikahan selesai kami kembali ke rumah kira-kira pukul 1 pagi, dan karena banyak saudara yang datang maka kami juga menyewa beberapa kamar hotel melati yang letaknya tidak jauh dari rumah (kira kira 200 meter), kebetulan waktu itu aku satu rombongan dengan Tante Murni bersama dua orang anaknya (10 thn dan 7 thn), suaminya tidak ikut, karena ada tugas kantornya yang tak bisa ditinggalkan. Tanteku tidur di ranjang bersama kedua anaknya, aku tidur di lantai dengan kasur extra. Mungkin karena terlalu lelah kedua anaknya langsung tertidur tak lama setelah lampu kamar dipadamkan.

Walaupun lelah aku tak bisa memejamkan mata, karena mengingat-ingat kejadian beberapa belas tahun lalu bersama tante yang sekarang sedang terbaring di atas tempat tidur. Ternyata hal ini juga dialami oleh tante, aku merasakan ia gelisah bolak balik.
“Nggak bisa tidur Mas?”.
“Iya nich, sumuk”.
Sambil melongok tante tersenyum kepada yang ada dibawahnya. Sambil turun dari ranjang dia bilang, “Eh boleh nggak aku tidur di sini?, sumuk di atas, di sinikan anyep”.

Aku menggeser ke tepi memberi tempat untuk tante. Jantung ini serasa berpacu cepat ketika tubuh tante yang hangat menempel ke sisi tubuhku. Aku merasa ‘adikku’ sudah mulai bereaksi walaupun belum tegak benar (aku waktu itu hanya mengenakan kaos oblong dan sarung saja, tidak mengenakan CD). Aku semakin tidak tahan ketika tanteku memiringkan tubuhnya ke arahku sehingga sekarang dadanya menempel pada lenganku. Semakin nggak karuan nich rasanya. ternyata tante tidak mengenakan BH, hanya daster terusan saja, yach payudaranya cukuplah, kira-kira 34B tapi terasa sudah sangat kencang di lenganku. Aku semakin berani, kuraih pinggang tante dan aku rapatkan pada tubuhku. Tiba-tiba, tidak tahu siapa yang mulai kami telah saling berpagutan. Lidah tanteku dengan lincah menyelinap ke dalam mulutku yang segera kubelit dengan lidahku sendiri.

Mbak Yuri, selama itu aku hanya pernah berhubungan seks dengan isteriku sendiri, dan selama itu juga trauma hubungan seksku dengan Tante Murni membuat aku selalu beranggapan bahwa Tante Murni “lebih nikmat” dari isteriku. Bagiku inilah saatnya untuk membuktikan kebenaran memori masa lalu itu.

Tangan Tante Murni mulai meraba dadaku terus ke bawah sampai di selangkanganku dan menemukan ‘adikku’ yang sudah mengacung keras. Perlahan tangan Tante Murni mulai membelai-belai, mengocok-ngocok. Aku tak mau ketinggalan dengan ganas merogoh ke arah selangkangannya sambil mulut ini tak henti hentinya bergantian menghisap puting yang telah menegang. Clitoris Tante Murni kubelai dengan sedikit kasar membuatnya mengelinjang tidak keruan. Ketika aku bermaksud akan menggunakan lidah untuk membuat sensasi yang lain, tanteku mencegahnya, “Jangan Mas, tante nggak tahan gelinya”, katanya. Aku mengurungkan niatku dan dengan pandangan matanya aku mengerti bahwa tante sudah tidak tahan ingin disetubuhi maka aku mengambil posisi untuk menindihnya, perlahan aku gesekan dulu ‘adikku’ ke seputar belahan dan permukaan liang tanteku itu, ia terlihat mengelinjang dan berusaha meraih penisku, dibimbingnya menuju lembah kehangatannya.

Begitu ujung adikku sudah terselip diantara kedua bibir vaginanya, dengan berbisik tante menyuruhku untuk menekan! Perlahan kuturunkan pantatku, oh.., ternyata kurang lebih sama dengan rasa istri aku tapi agak lebih hangat rasanya. Mulai aku naik turunkan dengan perlahan membuat sensasi yang semakin lama semakin kupercepat irama kocokanku, sayangnya tante Munrni sama sekali tidak memberi reaksi apa-apa, dia hanya diam saja, sambil tangannya terus mencakar-cakar punggungku. Rupanya tante sangat terpengaruh oleh suasana yang menegangkan ini, sehingga sulit untuk memberikan respon. Namun kira-kira pada menit ke 5 aku merasakan otot-otot vaginanya mulai berkontraksi menandakan sudah waktunya bagi tante. Aku mempercepat kocokan dan membenamkan sedalam dalamnya sampai kurasakan dasar kewanitaannya, Kudengar tante menjerit tertahan karena segera dia letakkan bantal ke wajahnya untuk meredam suara yang timbul. Bagian vitalku terasa ada yang mencengkram lembut tapi ketat sekali, otot-otot vagina tanteku serasa memijat-mijat.

Mbak Yuri.., terus terang rasanya lebih nikmat dari yang selama ini aku pernah dapat dari isteriku, barang isteriku tidak bisa mencengkeram, meskipun sebenarnya lebih sempit dan kering dibanding kepunyaan tante yang terasa lebih longgar dan agak licin itu.

Aku sendiri belum keluar saat itu, kulihat tanteku terkulai kelelahan, kubersihkan sisa-sisa air mani serta juga cairan dari dalam vaginanya dengan menggunakan handuk kecil yang ada di dekat situ. Setelah kurasakan kering, dengan perlahan kumasukkan lagi burungku yang masih tegang dan kugenjot lagi. Aku menggigit bibir tanteku ketika kurasakan gesekan penisku dengan dinding vagina tante yang kesat dan kering itu, rasanya luar biasa.

Tante tiba tiba berbisik, “Mas, jangan digoyang dulu ya, biar tante yang goyangin”. Aku menurut saja, dan mulailah tanteku meletakkan kedua kakinya di pantatku, lalu mulai bergoyang, pertama memutar ke kiri dan ke kanan, kadang-kadang disodoknya ke atas. Aku hanya memejamkan mata merasakan kenikmatan yang tak pernah aku dapat ini, “Enak mana punya tante sama Asri, Mas?”. Aku tak menjawab pertanyaan tante ini, karena jujur saja Mbak Yuri, punya tanteku lebih nikmat dari vagina Asri isteriku. Tak tahan dengan putarannya, apalagi tanteku terus membisikkan kata-kata yang membuatku makin terangsang, akupun ikut-ikutan menggerakkan burungku maju mundur. Sementara buah dada tanteku sudah rata kuciumi dan kugigiti, tadinya aku takut untuk membuat cupangan didadanya, tetapi justru Tante Murni yang menyuruhku.

Beberapa saat kemudian aku rasakan sesuatu seakan mendesak untuk dikeluarkan. Kutekan sedalam-dalamnya dan meledaklah semua kenikmatan di dasar kewanitaannya. Tanteku tersenyum dalam kegelapan melihat aku mencapai kepuasan itu. “Mas, ini baru komplit ya”!, bisiknya.

Setelah merasakan tuntasnya semprotan spermaku, Tante Murni mendorong tubuhku ke samping, dan dengan lembut dikulumnya burungku, aku menolak karena terasa geli sekali membuat sakit di batang burungku, tetapi tante tak mempedulikanku, terus saja dia menjilati sehingga burungku hingga bersih.

Sampai sekarang aku selalu merindukan persetubuhan dengan Tante Murni ini. Seringkali aku melamun dan menganalisis apa yang menyebabkan begitu nikmatnya rasa persetubuhan dengan dia. Jawabnya hanya satu, suasana yang penuh resiko, membuat rangsangan yang berbeda dan membuat aku menjadi penuh gairah.
















Pengalaman Masa Mudaku


Saya adalah seorang karyawan di sebuah instansi pemerintah di bagian administrasi. Umur Saya saat ini 25 tahun. Saya Mau cerita pengalaman pertama kali Saya melakukan hubungan sex. Waktu itu itu umur Saya masih relatif muda kira-kira 14 tahun masih duduk di SMP kelas 3. Sejak SD Saya sudah sering baca buku buku porno yang stensilan pinjem dari temen-temen. Saya juga sering melihat foto-foto porno orang lagi begituan..kalo sudah baca buku porno wah burung Saya keras banget dan tegang sekali rasanya ada seer serr gitu dikepala burung Saya yang kayak helm bentuknya.

Saya termasuk anak yang bongsor.. karena untuk ukuran kelas 3 SMP badan Saya sudah lebih tinggi dari babeh Saya, dan juga tulang-tulang Saya termasuk kekar dan besar.. Tapi yang paling Saya tidak tahan adalah itu tuch penis Saya kalo lagi tegang .. Gedee banget..pernah Saya ukur ama temen Saya waktu itu kita sama sama telanjang di kamar mandi kolam renang.. dan waktu di banding ama temen-temen Saya, Saya punya paling panjang dan gede.. dan pernah Saya ukur waktu itu kira-kira panjangnya 17 Cm.. Yang paling Saya tidak tahan adalah kalo lagi di kelas Saya suka perhatiin mami Ina guru Bahasa Inggris.. kadang-kadang tanpa sadar kalo Saya liat itu mami guru lagi duduk dan pahanya yang putih agak sedikit tersingkap .. burungku langsung mengeras.. dan menonjol kedepan.. kalo lagi gitu Saya berdoa moga-moga jangan di suruh kedepan kelas..

Saya punya temen deket sekelas namanya Joko, kita punya hobi dan khayalan yang sama.. sering cerita tentang buku porno yang kita baca, dan kita juga sama-sama tergila-gila sama mami guru Ina yang berasal dari tanah Minang. Kalau mami guru Ina lagi nulis di papan kita berdua suka cekikikan memperhatikan betis mami ina yang indah, putih dan berisi dan pinggulnya juga cukup besar dan padat. Gilanya kita berdua suka mengkhayal menjadi kekasih mami ina dan melakukan hubungan sex seperti yang di buku-buku porno dengan mami ina.. wah kalo lagi menghayal berdua.. burung kita ampe keras banget.. Temen Saya si joko pernah nyarannin Saya .. eh Bram lu kalo mau tahu rasanya hubungan sex ama mami ina gampang.. caranya lu di kamar mandi bayangin mami ina.. terus lu kocok burung lu pake sabun.

Karena pengen tahu waktu itu Saya coba..wah memang enak mula-mula.. burung Saya makin lama makin gede dan keras seperti batu.. tapi sudah Saya kocok-kocok ampe sejam lebih kok ntidak keluar-keluar .. akhirnya Saya bosan sendiri dan cape sendiri.. terus besoknya Saya cerita ama Joko .. dia bilang wah tidak normal loe.. sejak itu beberapa kali Saya coba pake sabun tapi tidak pernah berhasil.. akhir Saya jadi males sendiri.. ngocok pake sabun.

Nah ini awal mula cerita Saya.. waktu itu pembantu rumah tangga Saya keluar, lali kami dapet lagi pembantu baru berasal dari Tasikmalaya, orang sunda, umur nya kira-kira 27 tahun. Orangnya memiliki kulit kuning langsat wajahnya cukup cantik apalagi kalau lagi tersenyum giginya putih terawat baik. Waktu baru mulai kerja aku nguping wawancaranya ama mami Saya, bahwa dia adalah janda tapi belum punya anak dia cerai ama suaminya 3 tahun yang lalu, suaminya adalah orang kaya di kampung itu tapi umurnya waktu kawin dengan dia sudah berusia 60 tahun dan dia menikah kira-kira 4 tahun, sekarang cerai karena suaminya balik lagi ama bininya yang tua.

Aku memanggil dia bibi Asih.. dia pinter masak masakan kesukaanku seperti sop buntut wah enak banget masakannya. Orangnya sopan dan ramah sekali.. hampir ntidak pernah marah kalo di goda .. Dia sudah 3 bulan kerja di rumahku.. nampaknya dia cukup betah karena kerjaannya juga tidak terlalu banyak. Nah waktu itu adalah hari Jum’at.. inget banget Saya.. Nyokap Saya dapet telepon dari jakarta bahwa kakak Saya yang nomor dua sudah masuk rumah sakit bersalin mau melahirkan anak yang pertama. Mereka pergi dengan Sopir kantor babe Saya ke jakarta jum’at sore.. Aku tidak ikut soalnya sabtu besok aku ada pertandingan bola basket di sekolahan. Jum’at malem aku sendirian di kamar ku baca buku porno sendirian di kamar.. wah cerita bagus sekali sambil membaca aku memegang burungku wah keras sekali..
Kira-kira waktu itu sudah jam 9.00 malam.. badanku terasa gerah.. habis baca buku begituan.. aku keluar kamar untuk mendinginkan otakku .. kebetulan kamarku dan kamarnya tidak terlalu jauh .. dan aku melihat pintunya agak sedikit terbuka..

Tiba-tiba timbul pikiran kotorku.. ah ingin tahu gimana bi Asih tidurnya.. lalu aku berjingkat-jingkat mendatangi kamar tidur bi Asih.. pelan pelan aku dorong pintunya.. dan mengintip kedalam ternyata Bi Asih sedang tertidur dengan pulasnya.. lalu aku masuk kedalam kamarnya.. Kulihat Bi Asih tidur terlentang.. kakinya yang sebelah kiri agak di tekuk lututnya keatas.. dia tidur menggunakan kain kebaya tapi tidak terlalu ketat sehingga betisnya agak tersingkap sedikit.. aku perhatikan betisnya.. kuning bersih dan lembut sekali.. kemudian aku coba mengintip kedalam kebayanya..wah agak gelap hanya terlihat samar-samar celana dalam berwarna putih.

Aku menarik napas dan menelan lsudah.. aku perhatikan wajah bi Asih kalo-kalo dia bangun tapi dia masih tidur dengan lelap.. lalu aku memberanikan diri memegang ujung kain kebayanya yang dekat betisnya tersebut.. sambil menahan napas aku angkat pelan-pelan kain kebaya tersebut keatas.. terus kusibak kesamping.. dan akhirnya terbukalah kain kebaya yang sebelah kiri dan tersingkap paha bi Asih yang padat dan putih kekuning-kuningan.. Aku kagum sekali melihat pahanya bi Asih padat, putih dan berisi tidak ada bekas cacatnya sedikitpun juga.. lalu aku pandang lagi wajah bi Asih ..ah dia masih lelap.. aku memberanikan diri lagi membuka kain kebaya yang sebelah kanannya.. pelan pelan aku tarik kesamping kanan.. dan wah akhirnya terbuka lagi.. kini di hadapan ku tampak kedua paha bi Asih yang padat dan kuning langsat itu.. aku semakin berani dan pelan-pelan kain kebaya yang di ikat di perutnya bi Asih aku buka perlahan-lahan.. keringat dingin aku rasa menahan ketegangan ini.. dan burung ku semakin keras sekali .. akhirnya aku berhasil membuka ikatan itu.. lalu kubuka kekiri dan kekanan.. kini terlihat bi Asih tidur terlentang dengan hanya di tutupi celana dalam saja..

Aku benar-benar bernafsu sekali saat itu.. Kulihat perut bi Asih turun naik napasnya teratur.. kulihat pusarnya bagus sekali.. perutnya kecil kencang tidak ada lemaknya sedikitpun juga.. agak sedikit berotot kali.. pinggulnya agak melebar terutama yang di bagian pantatnya agak sedikit besar. Bi Asih memakai celana nylon warna putih dan celana itu kayaknya agak sempit.. mungkin ketarik kebelakang oleh pantatnya yang agak gede.. jadi pas di bagian kemaluannya itu ngepas banget sehingga terbayang warna bulu bulunya yang halus.. tidak terlalu banyak.. dan bentuk kemaluan Bi Asih lucu juga agak sedikit menggunung kayak bukit kecil..

Pelan pelan aku sentuh vagina bagian atasnya.. terasa empuk dan hangat.. terus pelan-pelan kucium tapi tidak sampai menempel kira-kira 1 milimeter di depan vagina tersebut.. wah tidak bau apa-apa.. cuma agak terasa hangat aja hawanya.. Kupandangi lagi vagina yang menggunung indah itu.. wah ingin rasanya aku remas tapi aku takut dia bangun.. Kulihat dia masih tidur nyenyak sekali.. dan kulihat dadanya membusung naik turun.. akhh aku ingin tahu gimana sich bentuk payudara dari bi Asih..Pelan pelan kubuka baju bi Asih.. tidak terlalu sulit karena dia hanya pakai peniti saja tiga biji.. dan satu satu kubuka peniti tersebut.. lalu angkat geser kesamping bajunya.. wah terlihat dada sebelah kiri dan kubuka baju yang sebelah lagi.. Kini bi Asih betul betul hampir telanjang tidur telentang di hadapanku..

Ahh baru pertama kali dalam hidupku menyaksikan hal seperti ini.. BH bi Asih nampak sempit sekali menutupi buah dadanya yang padat dan berisi.. Aku perhatikan buah dadanya.. naik turun.. dan kulihat ternyata BH tersebut punya kancing cantel dua buah di depannya pas di tengah-tengah di depan belahan dada tersebut.. dengan agak gemetar aku pelan-pelan buka cantelan itu.. satu lepas.. dan waktu mau buka yang satu lagi bi Asih bergerak.. wah aku kaget sekali.. tapi dia tidak bangun kali lagi mimpi..lalu aku memberanikan lagi membuka cantelan yang satu lagi.. dan akhirnya terbuka..

Aduh susunya indah sekali bentuknya besar hampir satu setengah kali bola tenis kali.. terus warna pentilnya agak merah muda.. bentuk susunya betul-betul bulat.. menonjol kedepan.. Aku pandangi terus kedua buah dada tersebut ..indah sekali.. apalagi bi Asih pakai kalung tipis warna kuning emas dan liontinnya warna ungu itu pas deket buah dadanya.. serasi sekali..

Aku semakin bernafsu.. jantungku berdetak kencang sekali.. ingin rasanya meremas buah dada tersebut tapi takut bi Asih bangun dan apa yang harus kulakukan bila dia bangun.. aku mulai takut saat itu.. akan tetapi hawa nafsuku sudah memuncak saat itu. hingga lupa ama rasa malu tersebut.. kini bi Asi sudah setengah telanjang.. tinggal celana dalamnya saja.. aku ingin tahu juga kayak apa sih yang namanya vagina itu.. terus terang aku seumur itu belum pernah melihat vagina asli kecuali di foto..

Aku cari akal gimana ya.. tiba-tiba aku lihat di meja bi Asih ada gunting kecil.. wah aku ada akal.. nih
ku ambil gunting tesebut.. lalu pelan-pelan aku masukan jari telunjukku ke samping celana bi Asih di dekat selangkangannya.. aku tarik pelan-pelan agar dia tidak bangun.. terlihat selangkangannya berwarna putih bersih.. setelah agak tinggi aku tarik celana nylon tersebut aku masukan gunting dan pelan pelan aku gunting celana dalam tersebut.. ada kali 10 menit aku lakukan itu akhirnya.. segitiga yang pas didepan vagina bi Asih putus juga ku gunting.. dan aku singkap calana dalam tersebut ke atas..

Kini aku betul-betul melihat kemaluannya Bi Asih tanpa sehelai benang pun.. vaginanya bentuknya rapat sekali kayaknya tidak ada lobangnya.. bulunya halus tipis.. samping-samping bibir kemaluan tersebut putih bersih agak sedikit gelembung tapi belahannya betul-betul rapat..

Wah aku betul-betul sudah nafsu buta saat itu.. Aku bingung gimana nich.. ingin pegang vagina tersebut tapi takut dia bangun.. Ah aku nekat karena sudah tidak tahan.. lalu aku buka celana pendek ku dan celana dalamku.. wah penisku sudah gede banget kayak batu panjang dan keras.. lalu aku gosok-gosok burungku pakai tanganku sendiri sambil ngeliatin payudara bi Asih dan dan vaginanya..wah tersasa nikmat sekali.. rasanya burungku sampai bunyi greng.. greng gitu.. dan nikmat sekali.. rasanya seperti mau pipis.. tapi tidak keluar-keluar. aku gosok lagi yang keras sambil ngebayangin kalo penisku itu sudah berada di dalam vaginanya .. tapi tidak bisa juga keluar.. ada kali 15 menit aku gosok-gosok burungku..

Akhirnya aku sudah tidak tahan dan nekat.. pelan-pelan aku naik tempat tidur bi Asih..
Aku ingat seminggu yang lalu bi Asih pernah dibangunin oleh mami Saya jam sepuluh malam, waktu itu mami Saya mau minta tolong di kerokin.. nah bi Asih ini waktu di ketok-ketok pintuhnya ampe setengah jam baru bangun.. dan dia minta maaf katanya bahwa emang dia kalo sudah tidur susah di banguninnya

Inget itu aku jadi agak berani mudah-mudahan malam ini juga dia susah bangun.. lalu dengan sedikit agak nekat aku angkat dan geser paha bi Asih yang sebelah kanan terus melebar.. wah untung dia tidak bangun juga.. bener-bener nich bi Asih dalam hatiku punya penyakit tidur yang gawat.. aku geser terus sampai maksimal sehingga kini dia benar benar mengkangkang posisinya.. aku berlutut tepat di tengah-tengah selangkangannya..pelan-pelan aku tempelkan burungku di vaginanya .. tapi lubangnya kok tidak ada.. aku agak bingung .. pelan-pelan belahan daging itu ku buka pakai jari ku.. terlihat daging warna merah jambu lembut dan agak sedikit basah.. tapi tidak kelihatan lubang.. hanya daging berwarna merah muda dan ada yang agak sedikit menonjol kayak kacang merah bentuknya.. aku berpikir mungkin ini yang dinamakan klitoris oleh kawan-kawanku.. aku buka terus sampai agak kebawah dan mentok tidak ada belahan lagi.. ternyata emang tidak ada lubangnya.. aku bingung.. wah gimana nich..
tapi aku sudah nafsu banget.. lalu pelan-pelan kutempelkan helm burungku ke vaginanya ternyata..ukuran helmku itu kayaknya kegedean sekali sehingga boro-boro bisa masuk..baru di bagian luarnya saja rasanya belahan vagina bi Asih sudah tidak muat..

Tetapi ku pikir sudah kepalang basah aku tempel aja helm burung ku ke vaginanya.. wah tidak bisa masuk hanya nempel doang.. tapi aku bisa merasakan kelembutan daging bagian dalam vaginanya .. enak sekali hangat.. aku gosok pelan-pelan.. dan vaginanya agak buka dikit tapi tetap aja kepala burungku tidak bisa masuk.. makin lama makin enak.. aku benar-benar sudah lupa daratan .. dan gosokanku semakin kencang dan agak sedikit menekan kedalam.. aku tidak sadar kalo dia bisa bangun.. akhirnya bener juga ketika aku agak tekan sedikit dia bangun dan sepertinya masih belum sadar betul..

Tapi beberapa detik kemudian dia baru aja sadar akan keadaan ini.. dia menjerit dan. Bram ngapain.. aduh tidak boleh .. pamali dia bilang.. terus dia dorong tubuh ke samping dan cepat-cepat dia menutup buah dadanya dan kemaluannya.. jangan.. Bram.. keluar.. Bram.. Aku seperti di sambar petir saat itu.. muka merah dan maluu banget tidak ketulungan.. aku ambil celanaku dan lari terbirit-birit keluar.. langsung masuk kamar..rasanya mau kiamat saat itu.. bingung banget.. gimana ntar kalo dia ngadu ke orang tua Saya.. wah mati Saya..

Besok paginya aku bangun pagi-pagi.. terus mandi.. tidak pake sarapan aku pergi kesekolah..
di sekolah aku lebih banyak diam dan melamun.. bahkan ada temen Saya yang godaain Saya dengan mengolok Saya.. Saya tarik kerah bajunya dan hampir Saya tabok untung keburu di pisahin ama temen Saya..dan waktu pertandingan basket.. Saya.. di keluarin soalnya Saya tonjok salah satu pemain yang dorong Saya.. wah bener bener kacau.. pikiran Saya saat..itu. Biasanya Saya pulang sekolah jam 12.30.. tapi aku tidak langsung pulang tapi main dulu kerumah temen Saya ampe jam 5 sore baru Saya pulang.. Ampe dirumah.. bi Asih sudah menunggu di depan rumah.. dia menyambutku.. kok lama sekali pulangnya .. bi Asih sampe khawatir.. tadi mami telepon dari Jakarta bilang bahwa mungkin pulang ke Bandungnya hari senin sore.. soalnya kakakku masih belum melahirkan, diperkirakan mungkin hari minggu besok baru lahir.

Aku hanya tersenyum kecut.. dalam hatiku wah dia tidak marah sama aku.. baik sekali dia..
aku langsung masuk kamar.. dan mandi sore.. terus tiduran di kamar..
Jam 7.00 malam dia ketuk kamarku den.. den.. makan malamnya sudah siap..
Aku keluar dan santap malam.. lalu setelah selesai aku nonton TV.. dia beres-beres.. meja makan..
selama dia memberekan meja.. aku mencuri-curi pandang .. ah dia ternyata cukup cantik juga..badannya sedang tidak tinggi dan bisa di bilang langsing.. hanya ukuran dada dan pinggul bisa dibilang cukup gede.. bener bener seperti gitar..setelah selesai aku panggil dia.. bi. bi.. tolong dong aku di bikinin roti bakar.. aku masih laper nich..baik den.. terus dia bikiin aku roti bakar dua tangkap..dan menghidangkannya di depan aku..dan dia langsung mau pergi.. tapi aku segera panggil lagi bi Asih jangan pergi dulu dong..dia Jawab ada apa den.. ehmm itu bi emm bi Asih tadi cerita tidak ama mami soal semalam.. dia senyum wah mana berani bibi cerita.. kan kasian den Bram.. lagian kali bi Asih juga bisa kena marah..wah lega hatiku.. bi Asih makasih ya.. dan maaf ya yang tadi malem itu..maaf celana bibi Asih rusak.. soalnya.. emm soalnya.. aku tidak tahu harus ngomong apa..Tapi kelihatannya bi Asih ini cukup bijaksana.. dia langsung menjawab iya dech den bi Asih ngerti kok itu namanya aden lagi puber.. ya khan..aku tertawa.. ah bi Asih ini sok tahu ah.. dia juga tersenyum terus bilang den hati-hati kalo lagi puber..jangan sampai terjerumus.. Kembali aku tertawa.. terjerumus ke mana.. kalo ke tempat yang asyik sich aku tidak nolak.. bi Asih melotot eh jangan den.. tidak baik.. Terus dia langsung menasihati aku.. dia bilang maaf ya den Bram menurut bibi .. den Bram ini orangnya cukup ganteng.. pasti banyak temen-temen cewek den Bram yang naksir.. bi Asih juga kalo masih sebaya den mungkin naksir juga ama den Bram hi hi hi nah den Bram harus hati-hati.. jangan sampai terjebak.. lalu di suruh kawin.. hayo mau ngasih makan apa..

Tiba-tiba ada semacam perasaan aneh dalam diriku aku tidak tahu apa itu.. terus aku jadi agak sedikit berani dan kurang ajar ama dia.. Aku pandang dia.. terus aku bertanya.. bi .. bi Asih khan sudah pernah kawin khan.. gimana sich bi rasanya orang begituan..dia nampak terbelalak matanya dan mukanya agak besemu merah.. lalu aku sambung lagi .. jangan marah ya bi.. soalnya aku bener-bener ingin tahu katanya temen-temenku rasanya kayak di sorga betul tidak.. dia diam sebentar.. ah tidak den selama bi Asih kawin 4 tahun.. bibi tidak ngerasa apa-apa.. maksudnya gimana bi..masa bibi tidak begituan ama suami bi Asih.. eh maksud bibi.. iya begituan tapi.. tidak sampai 1 menit sudah selesai..

Aku semangkin penasaran.. ah masa bi.. terus itunya suami bibi ampe masuk kedalam tidak..

EEhh ngaco kamu.. dia tertawa tersipu-sipu.. ehmm tidak kali ya.. soalnya baru didepan pintu sudah loyo.. hi hi..

eh sudah ah jangan ngomong begituan lagi.. pamali dia bilang.. lagian bi Asih khan sudah cerai 3 tahun jadi sudah lupa rasanya..

sambil tersenyum dia mau beranjak bangun dan pergi.. ehh bi bi..bi tunggu dong.. temenin aku dulu dong.. lalu dia bilang eh sudah besar kok masih di temenin bibi sudah cape nich.. tapi setelah ku bujuk-bujuk akhirnya dia mau menami ku nonton TV dan ngobrol ngalor ngidul tidak terasa sudah jam 9.00 malam.. diluar mulai hujan deras sekali.. dingin juga rasanya.. bi Asih pandai juga bercerita.. cerita masa remaja dia.. rupanya dia sempat juga mengeyam pendidikan sampai kelas 2 SMP..

Aku duduk di sofa panjang.. bi Asih duduk di karpet bawah.. terus aku panggil dia bi sini dech..
tolong liatin dong ini ku di bagian pinggang belakang kok agak nyeri.. bi Asih datang dan pindah ke sofaku.. mana den ini nich aku tarik tangannya kepingang belakang ku.. lalu dia dia bilang tidak ada apa-apa kok..Saat itu tiba-tiba timbul lagi pikiran mesumku mengingat kejadian malam kemarin dan bi Asih tidak marah.. kalo sekarang aku agak nakal dikit pasti bi Asih tidak bakalan marah..
Lalu aku bilang ini bi Asih tapi dia matanya meram ya.. dia tersenyum dan menganguk.. lalu memejamkan matanya.. nah ini aku pikir kesempatanku..
aku pegang kecang-kencang pergelangan tangan bi Asih.. lalu aku buka resleting celanaku dan aku tarik kebawah celana dalamku.. burungku masih setengah besar belum gede banget..
Lalu aku tarik tangan bi Asih dan letakkan di atas burungku.. dia bilang ehh apa ini.. lalu aku bilang eh awas jangan buka matanya ya.. dia nganguk dan tanya lagi apa sich ini kok anget..
Begitu tersentuh tangan bi Asih penisku mulai berdiri dengan gagah sekali dan mulai membesar cepat sekali.. rupanya dia curiga .. dan membuka mata.. eh pamali dia bilang.. tapi aku tahan terus tangannya dan aku pandangi matanya.. dia tersenyum malu dan tersipu.. dengan lirih dia bilang jangan den tidak sopan..tapi aku bilang tolong dong bi.. ingin banget dech..

Kayaknya dia kasian sama aku.. dia mengangguk.. dan bilang.. cepetan ya den sebentar aja jangan lama-lama dan tidak boleh macam-macam..ntar kalo orang tua aden tahu dia kena marah.. dan dia bilang eeh ih kok gede banget sich den..iya jawabku singkat..lalu tangan dia menggenggam burungku dengan lembut dia gosok-gosok dari ujung kepala sampai kepangkal burungku.. kira-kira 10 menit.. dengan agak serak dia bilang sudah belom den..

Saat itu aku merasa melayang.. dan ntah gimana tiba-tiba keberanianku timbul.. aku pegang lengannya terus naik ke bahu.. leher.. pelan-pelan turun ke dadanya.. dia bilang eh den mau apa.. tapi aku pura-pura tidak denger tanganku terus turun dan sampai kedadanya yang agak membusung kedepan.. dia agak sedikit bergetar badannya.. dia bilang dengan halus jangan den..jangan. tapi dia tidah menepis tanganku.. aku semakin berani.. pelan-pelan aku remas dadanya kiri kanan bergantian.. nampak napas dia agak memburu.. aku semkin berani lagi.. teringat akan bentuk buah dadanya yang indah tadi malam.. maka dengan sedikit nekat tangan ku mulai masuk ke BH nya ..
ah susunya terasa lembut sekali..dia bilang lagi dengan lirih.. den jangan .. aku tidak perduli..
lalu aku buka baju atas bi Asih dan ku buka juga BH nya.. mula-mula bi Asih menolak untuk di buka tapi dengan agak sedikit maksa akhirnya dia pasrah.. dan terbuka bagian atas badan bi Asih.. susunya munjung membusung kedepan besar, putih dan bundar.. lalu mulai kuremas-remas bi Asih agak sedikit menggeliat..napasnya memburu ..aku ingat akan buku porno yang kubaca.. lalu aku coba praktekkan.. ya itu aku mencoba mencium pentil dari payudaranya dan lalu aku emut-emut seperti mengemut permen.. wah kayaknya dia kenikmatan banget.. napasnya memburu dan agak sedikit terengah-engah.. waktu aku kenyot lagi pentilnya dia pegang kepalaku dan bilang den.. sudah den.. sudah.. ah dia tidak tahan.. katanya..

Aku malah semakin semangat seluruh payudaranya aku jilatin aku kulum-kulum aku emut-emut..
dia semakin gelisah dan tangannya yang tadi mengocok-ngocok burungku kini berhenti bergerak dan hanya meremas burungku dengan kencang sekali.. agak sakit juga rasanya tapi aku biarin aja..
Supaya lebih enak akhirnya aku buka baju atasnya aku ciummi lehernya, bahunya yang putih..
dan aku buka seluruh celanaku..sehingga dia bebas memegang burungku dan telurku bergantian..
Adegan ini cukup lama juga berlangsung hampir sejam.. kali aku liat jam diding sudah jam 10.30..
Lalu aku rebahkan dia di sofa panjangku.. mula-mula dia agak sedikit nolak tapi aku dorong dengan tegas dan lembut dia akhirnya nurut aja.. kini aku lebih leluasa lagi menciumi buah dadanya.. pelan-pelan agak turun .. aku ciummi perutnya .. dia tampak agak kegelian.. aku semangkin terangsang.. aku tidak ingat apa lagi yach yang harus dilakukan seperti di buku-buku porno..

Akhirnya pelan-pelan aku buka kain kebaya bi Asih.. dia bilang eh den jangan mau apa.. tidak tenang aja dech. aku bilang.. akhirnya kainnya copot sudah dan aku buang jauh-jauh..dia tinggal memakai celana dalam saja.. eh.. biarpun dia ini orang desa.. tapi ternyata badannya bagus banget seprti gitar dan mulus banget. betisnya indah, pahanya kencang sekali.. mungkin sering minum jamu kampung sehingga badannya terawat baik..

Aku ciumi perut bi Asih terus turun kebawah.. dan terus kebagian kemaluannya.. dia tampak mendorong kepalaku.. jangan den.. tapi lagi-lagi aku paksa akhirnya dia diam.. setelah dia agak tenang aku mulai beraksi lagi.. celana dalamnya kutarik turun.. wah ini dia betul-betul melawan dan tidak kasih aku kesempatan dia pegangin celananya itu.. tapi aku terus berusaha.. adu tarik dan akhirnya.. setelah cukup lama dia menyerah tapi tetapnya tangannya menutupi kemaluannya.. pelan-pelan aku ciummi tangannya akhir mau minggir juga dan kuciumi kemaluannya.. dia tampak mengelinjang.. dan dia bilang jangan den.. jangan den.. tapi aku ciumi terus..akhirnya suaranya itu hilang yang terdengar hanya napasnya aja yang terengah engah.. dibagian tengah vagina agak keatas vagina bi Asih ada daging agak keras seperti kacang.. mungkin klitoris.. nah klitorisnya ini aku jilat-jilat dan kadang-kadang aku emut-emut dengan bibirku..

Aku ciumi terus vaginanya .. dan tahu tahu aku merasakan sesuatu yang agak basah dan bau yang khas.
dia tampak menggoyang-goyangkan kepalanya dan pantatnya mulai goyang-goyang juga..
cairan yang keluar dari vaginanya makin banyak aja.. dan makin licin..
Ah aku sudah tidak tahan lagi rasanya.. lalu kubuka kaos bajuku.. dan aku juga sekarang sama bugilnya dengan nya ..aku periksa lagi vaginanya.. yach masih seperti tadi malam tidak keliatan lobang apa-apa cuma daging-daging merah jambu mengkilat karena basah.. aku coba tusuk pakai jari tanganku dan eh ada juga lubangnya tapi kecil banget pas sejari tanganku ini, rupanya lubang itu tertutup oleh lapisan daging.. aku pikir-pikir apa cukup ya lubang ini kalo di masukin penisku..

Aku penasaran lalu aku bangun dan berlutut di pinggir sofa dan burungku aku arah kan ke vaginanya.
Dia nampak terkejut melihat aku telanjang bulat dan dia hendak mau bangun.. dan bilang den jangan sampai ketelanjuran.. ya tidak boleh.. aku bilang iya bi tenang aja.. aku cuma mau ngukur aja kok..
dan dia percaya lagu rebahan lagi.. sambil bilang janji ya den jangan di masukin punya aden ke liang nya.. iya jawabku singkat.. lalu aku ukur-ukur lagi lubang vaginanya dengan penisku ternyata memang penisku ini tidak normal kali.. karena jangankan lubang yang didalam tadi itu yang seukuran jari telunjukku besarnya.. bibir bagian luarnya aja tidak muat.. aku mulai berfikir .. wah bener kata Joko aku ini tidak normal.. lalu aku bilang ke bi Asih.. bi kok kayaknya lubangnya mampetnya.. tidak ada lubangnya.. dia mengangkat kepala.. tahu ya.. dulu juga burungnya suami bibi rasanya tidak pernah masuk sampai kedalam..
wah aku pikir yang normal aku atau dia nich.. tapi dasar sudah nafsu banget.. tidak ada lubang .. lubang apapun jadi dech aku pikir.. vagina dia semakin basah aku pegang-pegang terus..

Lalu aku tarik dia bangun dan ku ajak ke kamar.. dia menolak ech jangan den.. tidak apa-apa aku bilang.. aku paksa dia kekamar dan aku rebahkan dia di tempat tidur spring bed.. kebetulan tempat tidur itu menghadap ke kaca jadi aku bisa liat di kaca.. lalu aku naik di atas tubuhnya .. dan dia agak sedikit meronta.. den kan janji ya tidak sampai di gituin.. iya dech aku bilang..
Aku lalu turun dari tubuhnya dan berlutut disamping tempat tidur lalu kutarik ke dua kakinya sampai pantatnya tepat dipinggiran tempat tidur lalu aku ciumi lagi vaginanya .. dia kelihatannya senang diciumi lalu aku praktekkan apa yang aku baca di buku porno .. aku masukan lidahku di sela-sela vaginanya.. terasa hangat dan basah .. lalu aku mainkan lidahku.. aku jilat-jilat seluruh daging berwarna merah muda yang ada di dalam vaginanya.. aku jilat terus dan kadang kadan aku sedikit hisap-hisap bagian klitorisnyanya itu.. dia tampak kegelian dan menggoyang-goyangkan pantatnya ke atas seolah-olah hendak mengejar lidahku.. terasa semakin basah vaginanya dan mungkin sudah banjir kali dan semakin banyak cairannya.. semakin licin..aku lalu bangun..dan aku dorong lagi dia ketengah tempat tidur dan aku timpah lagi tubuhnya..

Aku ciumi lagi payudaranya yang keras dan kenyal itu.. dia nampak mulai menikmati lagi dan agak sedikit mengerang-erang dan mengelus elus rambut kepalaku.. pelan-pelan aku kangkangin pahanya mula-mula dia agak melawan tapi akhirnya pasrah.. dan kutaruh penisku tepat di tengah-tengah vaginanya..pelan-pelan aku dorong.. dorong penisku ke vaginanya.. yang sudah mulai banjir dan mulai licin.. aku merasa bahwa sekarang helm penisku sudah mulai terjepit oleh bibir vaginanya tapi tetap belum bisa masuk.. pelan pelan aku tekan agak keras dia tampak agak menggelinjang dan bilang aduh den jangan di toblos den.. aku tidak perduli aku tekan lagi tapi susah juga rasanya sampai dekok kedalam vaginanya tapi belum mau tembus juga.. aku tarik lagi sedikit kebelakang dan dorong lagi tetap seperti tadi .. tapi aku tidak menyerah aku tarik dorong tarik dorong ada kali 10 menitan.. dan waktu aku tarik-dorong itu terdengar bunyi ceprak..ceprok..ceprak.. rupanya vagina dia bener-bener banjir.. dan tiba-tiba aku mulai merasakan ada celah yang terbuka.. aku makin semangat tarik dorong tarik dorong.. dia nampak mulai merem melek matanya.. dan matanya membalik balik kebelakang..mulutnya mendesis desis.. aku jadi semakin nafsu lalu aku kulum bibirnya.. dia menyambut ciumku dengan hot sekali.. baru pertama kali ini aku berciuman .. jadi tidak tahu caranya tapi.. aku pake naluri aja aku isap-isap lidahnya .. wah dia makin membinal.. dan celah di vaginanya makin terasa agak melebar.. dan aku merasa kalau aku tekan agak keras pasti helm burungku ini bisa masuk.. ke dalam vaginanya.. lalu aku ambil ancang-ancang.. kebetulan kedua jari jempol kaki ku bisa masuk di sela-selah tempat tidur sehingga aku punya pijakkan untuk mendorong kedepan..

Pelan-pelan aku hitung dalam hati sambil tarik dorong tarik dorong satu.. dua tiga.. empat ..liima
aku tekan yang keras penisku ke vaginanya, bibir dia yang masih ada di dalam mulutku tiba.. bersuara huhh..ehmmh hu
pelan-pelan aku hitung dalam hati sambil tarik dorong tarik dorong satu.. dua tiga.. empat ..liima aku tekan yang keras penisku ke vaginanya, sementara bibirnya yang masih ada di dalam mulutku tiba.. bersuara huhh..ehmmh huhuu dan dia memundurkan pantatnya kebelakang.. dia memandang ke padaku dan menggelengkan kepala ..jangan.. sakit.. dia bilang.. aku mengangguk.. lalu aku mulai kerja lagi.. tarik dorong.. belum masuk-masuk juga.. helm penisku.. tapi akibat dorongang tadi kayaknya agak sedikit terbuka..aku cari akal.. wah gimana nich.. ya.. lalu kedua tanganku turun kebawah dan kumasukan kebelakang pinggangnya lalu turun sedikit kuremas-remas pantatnya yang besar .. kayaknya dia tambah semakin terangsang.. dan aku pikir ini lah saatnya.. aku pegang pantatnya keras-keras dan kutahan sekuat tenaga..dan kuhitung lagi satu. dua tiga.. tekaann..dia tampak meronta-ronta.. tapi aku tidak perduli terus kutekaan dan bless penisku masuk kira-kira sepertiga..dia meronta lagi..mungkin merasa sakit pada vaginanya karena penisku ukurannya kebesaran sekali sehingga aku juga merasa bahwa kayaknya lubangnya kecil sekali sampai-sampai penisku tidak bisa bergerak terjepit seperti mau dipress rasanya kurang enak juga sehingga dia berusaha mendorong pinggulku keatas tapi aku lebih cepat lagi.. kutarik tanganku dari pantatnya dan ku pegang ke dua tangannya dan kutarik ke atas kepalanya dan kutahan..

Dia berusaha meronta.. dengan mengeser pantat kekiri dan kekanan tapi aku tidak mau lepas.. aku ikuti arah pergerakan pantatnya.. dia kekanan aku kekanan dia kekiri aku kekiri dia mundur aku maju.. dia agak merintih-rintih dan seperti orang makan cabai pedas.. dia memang kuat pinggangnya.. terus goyang kiri dan kanan .. tapi aku terus tancap burungku yang sudah masuk sepertiga ke vaginanya.. akibat gerakannya ini mula-mula penisku yang tidak bisa bergerak akibat terjepit vaginanya mulai bisa bergerak dan aku aku malah semangkin terangsang karena dengan gerakan kiri-kanan gitu penisku terasa tersgesek-gesek oleh vaginanya. Terus aku tahan.. penisku di dalam vaginanya dan memang saat itu rasanya lobangnya sempit sekali.. dan penisku terasa di emot-emot oleh vaginanya.. Lama-lama gerakannya agak melemah dan nafas agak terengah engah.. dan agaknya dia mulai bisa menerima kehadiran penisku di dalam vaginanya dan sakitnya mulai hilang..

Pelan-pelan aku mulai beraksi lagi kutarik sedikit penisku keluar tapi buru-buru kutekan lagi kedalam. agar tidak lepas.. terasa agak sempit tapi enak karena vaginanya sudah basah banget jadi agak licin dan lancar pergerakkan penisku lalu aku terik sedikit..dan tekan kedalam.. kira-kira 5 menitan.. aku melakukan hal itu aku benar-benar merasa nikmat sekali yang tak terhingga.. lalu dengan amat sangat bernafsu aku mulai menekan lagi penisku agak masuk lebih dalam lagi.. aku tarik dulu keluar sedikit lalu aku tekan keras-keras kedalam.dia menggelinjang.. dan bersuara .. aduh.. huhh hmm tapi suara desahan itu malah makin merangsangku dan kutekan dengan keras lagi dan .. bless masuk lagi penisku lebih dalam dia agak sedikit meronta.. mungkin agak sedikit nyeri.. tapi aku tidak perduli aku tekan lagi lebih keras lagi.. cabut sedikit tekan lagi.. dia agak meronta-ronta.. aku semakin nikmat sekali rasanya agak seperti mau kencang.. aku semakin bersemangat.. dan dengan sekuat tenaga..

Aku tekan tiba-tiba pantatku kedepan .. dan bleess penisku amblas kedalam vaginanya.. dia agak sedikit menjerit..dan berusaha mencabutnya dengan menggeser pantatnya kekiri dan kekanan lagi.. tapi aku sudah semakin pintar aku tekan terus dan kuikuti pergerakannya.. setelah dia tidak melawan lagi mulai aku cabut setengah dan kumasukin lagi .. begitu berulang-ulang.. nampaknya dia mulai menikmati dan dia kelihatan mengejang dan lalu memeluk aku keras-keras.. dan mulutnya mendesis desis.. aku semakin bersemangat.. dan genjotanku semakin keras dan kencang.. dengan kedua kakiku kukangkangkan pahanya lalu aku genjot lagi penisku keluar masuk.. kira-kira 10 menit.. dia mengejang lagi dan memelukku lebih kencang lagi.. kayaknya dia orgasme lagi.. dan.. setelah itu dia kelihatan agak loyo.. tapi aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari penisku .. aku semakin keras mengocok penisku di dalam vaginanya..dan kulihat dari kaca.. bagaimana penisku keluar masuk vaginanya.. bila aku tekan.. tampak vaginanya dekok kedalam dan bila aku tarik keluar kelihatan bibir vaginanya ikut munjung ke depan.. kira-kira.. 15 menit .. aku merasa helm kepalaku agak panas dan sret-sret.. ada sesuatu keluar dari penisku.. aku merasa nikmat banget.. aku tekan keras-keras penisku di dalam vaginanya.. dan dia yang tadi sudah lemes tampak bersemangat lagi dan dia goyangkan pantatnya kekiri kekanan.. aku semakin kenikmatan.. dan tiba-tiba terasa lagi seer serr ada cairan keluar dari penisku.. dan dia juga kelihatannya merasa nikmat juga..

Dia seperti mencari-cari sesuatu.. Pantatnya naik-naik keatas dan tiba-tiba dia mengejang dan memelukku keras sekali dan kedua pahanya melilit keras di pinggangku.. seperti orang main gulat.. aku tidak berkutik tidak bisa bergerak.. dan terasa cairan dari dalam penisku semakin banyak keluar.. dia semakin menggila dia mengigit.. gigit.. bahuku.. dan menjerit lirih.. den.. enak sekali den.. aku peluk dia keras-keras.. dan kami berpelukan kurang lebih lima menit.. penisku yang tadi keras kayak batu sudah mulai melembek.. dan dia nampak tergelak.. lunglai di sebelahku.. Aku lalu bangun dan kucabut penisku dari vaginanya.. dan kulihat vaginanya.. Aku pegang dan aku buka belahannya kini nampak ada lubangnya.. dan aku melihat di seprai dekat vaginanya banyak sekali cairan.. dan agak berwarna sedikit merah jambu.. aku agak kaget.. dan bilang kepadanya.. bi .. bibi masih perawan ya..dia tersenyum manis.. dan menjawab.. iya den soalnya selama bibi nikah.. bibi belum pernah kemasukan.. karena mantan suami bibi dulu orangnya loyo.. baru nempel sudah banjir dan lemes.. Aku menggumam.. pantas susah banget masuknya..terus dia nimpali bukan susah..tapi emang burungnya den bram yang kegedean.. bibi ampe hampir semaput rasanya..

Malam itu aku tidur berdua dengan dia di kamar Saya.. kita tidur telanjang bulat.. cuma di tutup pakai selimut.. pagi-pagi jam 5 pagi sudah terbangun.. dan penisku tiba-tiba mengeras lagi.. tanpa permisi.. aku langsung naik lagi kebadannya..yang masih setengah tidur dan dia terbangun.. Aku kangkangin lagi pahanya kekiri dan kekanan.. dia diam aja pasrah hanya memandangi perbuatan ku dengan sedikit senyum.. lalu penisku yang sudah mulai mengeras.. aku tempelkan lagi di depan vaginanya dan aku tekan-tekan.. tapi tidak bisa masuk-masuk.. bi asih tersenyum.. dan dia bilang sini bi asih bantu.. lalu tangannya kebawah memegang penisku dan membimbing penisku tepat di muka lubang vaginanya bi asih.. terasa hangat.. lubang itu dan mulai basah.. ternyata kali ini tidak sesulit tadi malam.. helm penisku dengan beberapa kali tusukan maju mundur.. mulai bisa masuk kedalam tapi tetapnya aja terasa sempit walaupun vaginanya mulai basah dan licin.. dan kelihatanya Dia juga merasa bahwa penisku luar biasa ukuranya.. beberapa kali dia sedikit mengaduh.. tapi.. setelah vaginanya betul-betul banjir.. dan penisku bias masuk seluruhnya.. dia mulai bisa menikmati.. dan.. pagi itu aku bersenggama dengannya sampai jam 7.00 pagi.. Dia orgasme sampai 3 kali.. dan aku muncrat juga tapi tidak sebanyak tadi malam..

Seharian kita males-malesan di tempat tidur.. dan sore hari.. kami melakukannya lagi..sampai jam 10 malem.. Senin pagi aku bangun dan bolos sekolah.. karena pagi itu sehabis mandi pagi dan sarapan.. aku rencananya mau berangkat sekolah .. tapi tiba-tiba aku menjadi nafsu lagi melihat dia baru keluar dari kamar mandi pakai handuk saja.. lalu aku tarik dia ke kamarnya .. ku buka handuknya ku ciumi payudara .. ku isap-isap pentil.. dan kurebahkan dia di tempat tidurnya.. dan ku setubuhi lagi.. wah enak rasanya bi asih yang baru mandi karena bau badannya segar banget bau sabun.. dan aku bersetubuh dengannya di kamarnya senin pagi itu sampi jam 9.00 pagi.. dan aku terpaksa membolos sekolah..

Sorenya orang tuaku pulang dari jakarta.. dan sejak saat itu aku kalau malam sering kekamarnya dan melakukan hal itu lagi.. dan kelihatannya dia juga mulai ketagihan seperti aku.. mami aktif organisasi dharma wanita.. sehingga kami sering punya kesempatan berdua dan selalu tidak pernah menyia-nyia kesempatan itu..

Hubungan ini berlangsung kurang lebih 3 bulan.. lama-lama kayaknya mamiku mencium gelagat.. dan hari itu kira-kira sebulan lagi sebelum aku ujian akhir kelas 3 smp aku lihat pagi-pagi mamiku ada di kamar bi asih..dan bi asih nampak tertunduk.. dan kayaknya agak sedikit menangis.. aku tidak berani campur tangan.. dan waktu aku pulang sekolah.. dia sudah tidak di rumahku lagi.. dia sudah pulang kampung di antar oleh sopir ayahku. Aku sedih banget saat itu..
















Pengalaman Pertama


Nama saya adalah alex. Umur saya 14 tahun. Saya ingin menceritakan pengalaman nyata saya. Ketika saya umur 13 tahun, saya sangat dekat dengan seorang saudara papa saya yang bernama Sandra. Saya sering menginap di rumahnya untuk bermain komputer karena di rumah saya tak ada komputer. Saya selalu bermain championship manager dan chatting. Komputernya terletak di kamarnya.

Pada suatu hari, dia inign tidur lebih awal. Capek katanya.
Saya bilang, ” Ya sudah, tidur aja.”
Saya terus saja asik main internet. Tiba-tiba saya ingin membuka website 17tahun. Saya membaca cerita daun muda. Ketika saya sedang membaca, saya membayangkan bagaimana rasanya be’gitu-gitu’. Saya lihat si Sandra ini. Sebelum saya bertindak lebih lanjut, saya nyalakan TV biar dia tidak curiga dan ada alasan mengapa saya naik ke ranjangnya. Saya mulai menyusupkan tangan saya ke dalan selimutnya. Saya menemukan pahanya. Saya intip ke dalam selimut. Ohh.. putih dan mulus pahanya. Saya elus-elus beberapa menit. Lalu saya lihat reaksinya. Tak ada reaksi.

Saya teruskan ke bagiam celananya. Saya mencari celana dalamnya. Susah sekali menemukannya. Setelah beberapa saat, akhirnya saya menemukan juga CD nya. Saya elus-elus vaginanya dari luar. Ohh.. nikmat sekali. Baru pertama kali saya seperti ini. Saya kembali melihat reaksinya. Tak ada reaksi. Saya mulai menyusupkan tangan saya ke dalam vaginanya. Terasa bulu-bulu halus dan softex. Ternyata dia sedang haid. Saya elus-elus vaginanya langsung. Tak ada reaksi terrnyata. Rasanya nikmat sekali. Penis saya sudah sangat besar.

Mendapat sinyal positif darinya, saya mulai menurunkan celana dalamnya dan kemudian CD nya. Itu semua saya lakukan dalam selimut. Saya elus-elus terus vaginanya tanpa ada reaksi darinya. Saya ingin sekali melihat isi vagina itu. Tapi saya takut ketahuan. Saya pikir,” Bagaimana kalau ketahuan?? Bisa mati gua!! Apalagi kalau dikasih tau ke papa??” Jadi saya hanya mengelus-elus saja.

Tangan saya mulai beraksi ke kaosnya. Saya mulai mencari-cari BH nya. Karena kaosnya longgar, dengan mudah saya menemukan BH nya. Sangat besar. Terlihat Bh nya tak dapat menahan payudaranya itu. Saya mulai mencari kaitannya. Untung saja dia tidur sedikit miring. Jadi dengan mudah saya menemukan kaitannya dan membukanya. Wow! Besar sekali. Mungkin 38B. Otak saya sudah kotor. Pikiran takut ketahuan sudah hilang.
“Masa bodo. Ketauan ya udah. Nasib.”
Saya pegang putingnya bergantian. Tampaknya dia benar-benar pulas sehingga tak ada reaksi sama sekali. Putingnya semakin membesar. Saya semakin nafsu. Saya jilat namun pelan-pelan. Saya lahap kedua payudaranya bergantian.Ahh.. Nikmat sekali. Setelah puas bermain di bukit kembar, saya singkapkan selimutnya dan saya perhatikan tubuhnya. Sambil memperhatikan tubuhnya, saya mengocok penis saya. Saya membayangkan bagaimana rasanya bersetubuh dengannya. Terasa sperma saya ingin keluar. Namun saya tahan. Saya menghentikan kocokan saya.

Saya elus-elus vaginanya. Lalu saya jilat vaginanya. Saya masukan lidah saya kedalam nya. Saya jilat klitorisnya. Semakin lama semakin besar. Saya ingin sekali memasukan rudal saya. Tapi tak jadi. Saya akhirnya memberanikan untuk menempelkan penis saya di depan vaginannya. Meskipun belum masuk, namun rasanya nikmat sekali. Saya dorong sedikit penis saya. Tiba-tiba dia bangun. Saya kaget sekali. Namun dia hanya tersenyum dan berkata,
“Teruskan aja. Gak apa apa koq. Tapi jangan merusak keperawan ku ya?”
Kujawab, “Iya dech. Aku janji.”

Saya mulai mendorong penis saya. Hanya helm saja yang masuk. Namun ada perasaan nikmat luar biasa. Tiba-tiba dia berkata,
“Sini penis kamu. Aku mau jilatin.”
Saya langsung mencabut dan menaruhnya di mulutnya. Di jilat dan isep penis saya. Saya juga tidak tinggal diam. Saya remas-remas payudaranya. Saya pelintir putingnya. Sekitar 5 menit kami berada di gaya ini. Dia memninta saya untuk menjilat vaginanya. Saya turuti. Setelah 10 menit, terasa sperma saya ingin keluar. Dia bilang,
” Keluarin di sini aja. Biar aku telen semua.”

Tak berapa lama, Keluarlah sperma saya. Ditelan semuanya.
“Ahh..”, saya mengerang nikmat.
Saya ingin membalasnya dengan menjilat vaginanya. Lama lama, saya sedot vaginanya. Dia bilang,
“Aku udah mau keluar neh. Kamu telen ya?”
Saya hanya mengangguk. Tak lama kemudian, keluarlah cairan kental. Saya telan semuanya. Asin rasanya.

Malama itu kami tidur telanjang bersama. Saya meremas payudaranya dan dia mengocok penis saya. Saya keluar berkali kali. Kami sering melakukan hal seperti ini kalau saya nginap. Kadang kalau kami pergi dan dia yang menyetir, saya iseng dengan meremas rema payudaranya dan dia meremas penis ku.
















Pengalamanku Dengan Pelajar SMU


Agus termasuk salah seorang pembaca situs 17Tahun yang rajin membaca kisahku secara rutin. Seperti halnya para pembaca yang lain, Agus juga melayangkan email padaku untuk berkenalan. Semua email memang kubalas dengan permintaan persyaratan yang kuajukan.

Biasanya 90% di antara mereka langsung rontok, dan yang tersisa ini banyak yang nekad menghubungi HP-ku, walau mereka belum memenuhi persyaratan yang kuajukan sebelumnya. Seperti biasanya telepon yang masuk kalau nomernya belum terdaftar, langsung saja kuhindari dengan berbagai cara, mulai dari kubilang kalau mereka telah salah sambung, tertipulah dan lain sebagainya.

Agus termasuk salah seorang pembaca yang terseleksi, dia langsung memenuhi persyaratan yang kuajukan. Pada emailnya yang berikut ternyata Agus langsung memberikan apa yang menjadi persyaratanku bahkan berikut foto dirinya. Tutur katanya di email cukup sopan dan tidak bertele-tele.

Usia Agus ternyata baru 16 tahun, masih pelajar SMU. Namun postur dan penampilannya layaknya sudah berusia sekitar 27 tahun, bukan berarti wajah Agus tampak lebih tua dari usianya, namun kedewasaan dan penampilan Agus itulah yang membuat dia layaknya sudah benar-benar dewasa.

Aku pun membalas email Agus dengan ucapan terima kasih, dan kukirim juga foto diriku. Pada email berikut kami pun bertukar kata dan foto-foto kami yang lain sambil juga bertukar biodata. Terus terang aku juga cukup terkejut saat mengetahui bahwa ternyata Agus baru berusia 16 tahun dan masih SMU. Berarti dia 12 tahun lebih muda dariku, namun orang lain tidak akan percaya pada usia Agus sesungguhnya apabila melihat penampilan dan sosok Agus, demikian pula dengan diriku.

Sejak kami berkenalan, setiap pulang sekolah Agus selalu datang ke Kebun Binatang Surabaya (KBS) tempatku bekerja sebagai dokter hewan. Setiap kali datang menemuiku, Agus memang tidak pernah memakai baju seragam sekolah, sehingga banyak rekan kerjaku yang juga terkecoh oleh penampilannya. Mereka semua menganggap Agus adalah pacarku, sehingga banyak juga yang cemburu padaku saat Agus menemaniku hingga sore di KBS.

Walau penampilannya cukup dewasa, namun sifat kekanakan Agus masih tetap tampak, maklum biar bagaimana pun usia Agus masih 16 tahun. Bicara soal sex, Agus masih layaknya remaja lain yang baru dalam masa pertumbuhan, keinginannya besar sekali tapi masih takut-takut.

Agus menceritakan bahwa untuk menyalurkan libidonya, dia sering melakukan masturbasi di depan komputer, sambil membaca tulisan-tulisan di 17Tahun. Sesungguhnya dia sama sekali belum pernah melakukannya karena boro-boro ML, melihat tubuh wanita telanjang secara nyata saja belum pernah, paling-paling dilihatnya di film-film BF yang dia putar tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya.

Hubungan kami semakin hari semakin dekat, layaknya sepasang remaja yang sedang asyik berpacaran memadu kasih. Sejak awal aku sudah mengingatkan Agus dan sering kali juga kuingatkan kembali agar Agus tidak terlalu terlena dengan hubungan kami ini, karena aku memang tidak ingin jatuh cinta apa lagi married.

Agus pun mau mengerti, jadi hubungan kami adalah sekedar pertemanan saja dan hanya saling suka sama suka satu dengan yang lain. Sejauh ini hubungan kami biasa-biasa saja sampai pada sore ini, saat Agus mengantarku pulang. Memang sejak siang tadi Agus sudah mengunjungiku di KBS dan kami pulang sama-sama. Kebetulan kendaraanku belakangan ini dipakai Papaku, jadi setiap pagi aku didrop dan sore harinya dijemput dari KBS. Sejak aku kenal dengan Agus, Papaku sudah tidak perlu menjemputku lagi karena aku selalu pulang dengan diantar oleh Agus.

Sesampai di rumahku Agus kupersilakan untuk masuk, karena dia masih harus menungguku mandi. Aku tadi memang meminta tolong Agus mengantarku ke Gramedia untuk membeli buku tentang konservasi, tapi aku ingin pulang mandi dulu karena badanku terasa gerah sekali dan bau keringat.

Saat itu rumahku masih kosong, Papaku belum pulang dan Mamaku entah pergi kemana, sedangkan adikku mungkin masih di kampus. Melihat suasana rumah yang sepi begini, tiba-tiba timbul keisenganku hingga kutanyakan pada Agus..

“Gus! Kamu benar-benar seumur hidup belum pernah lihat cewek telanjang bulat di hadapanmu?”
“Belum! Emangnya kenapa?” sahut Agus.
“Kalau ada cewek bersedia telanjang di hadapanmu gimana?” tanyaku selanjutnya. Rupanya Agus sudah mengerti kemana arah pembicaraanku selanjutnya.
“Emangnya Mbak Lia mau telanjang bulat di hadapanku?” tanya Agus sedikit menggoda.
“Yuk kita masuk ke kamarku” ajakku pada Agus sambil melangkah masuk ke kamar, dan Agus pun mengikuti langkahku dari belakang.

Kututup dan kukunci pintu kamarku dari dalam. Berikutnya kubuka satu persatu kancing hemku dan kutanggalkan begitu saja di hadapan Agus yang duduk di pinggiran tempat tidurku. Payudaraku yang ranum menggairahkan langsung terpampang jelas di hadapan Agus karena memang aku tidak pernah memakai BH.

Kubuka kaitan rok miniku dan kubiarkan terluncur ke lantai begitu saja hingga kini tubuhku pun hampir telanjang bulat. Hanya tersisa CD mini yang kukenakan, modelnya G String dengan seutas tali nylon melingkar di pinggangku, sisanya juga seutas nylon yang tersambung dari belakang pinggang ke bawah, melingkari selangkangan melalui belahan pantatku. Di bagian depan hanya berupa kain sutera tipis tembus pandang berbentuk segi tiga, ukurannya tidak lebih dari seukuran dua jari yang fungsinya hanya mampu menutupi bagian luar liang vaginaku. Untuk melepaskannya cukup menarik kedua ikatan yang ada di samping kiri kanan pinggangku.

Aku sengaja meminta agar Agus yang melucuti sisa penutup tubuhku. Hanya dengan sekali tarikan di ujung tali nylon yang mengikat di pinggangku, lepas sudah G Stringku dan langsung terluncur ke lantai. Kini aku pun benar-benar telanjang bulat di hadapan Agus, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh molekku.

Dapat kulihat tonjolan besar di bagian depan celana Agus. Rupanya Agus langsung horny begitu melihat aku benar-benar telanjang bulat di hadapannya. Napasnya tampak naik turun mulai tidak teratur. Kutinggalkan Agus begitu saja, dan aku langsung masuk ke kamar mandi yang berada di dalam kamarku.

Sengaja saat aku mandi, pintu kamar mandi kubiarkan terbuka lebar sehingga Agus bisa dengan jelas melihat seluruh aktifitasku di dalamnya. Rupanya Agus sudah benar-benar tidak tahan hingga dilepaskannya seluruh pakaiannya sampai telanjang bulat. Agus melangkah dari tempat tidurku dan berdiri di pintu kamar mandi memandangku sambil mengocok batang kemaluannya yang sudah berdiri tegak bagaikan Tugu Pahlawan.

Melihatnya, aku mengajak Agus untuk sama-sama mandi. Lalu kami berdua berdiri di atas bathtub, saling gosok dan saling menyabuni tubuh kami secara bergantian. Tangan Agus selalu ‘parkir’ di daerah sensitifku. Walau belum pernah melakukan ML bukan berarti Agus tidak paham letak daerah sensitifku karena hampir seluruh daerah sensitifku itu digerayanginya sehingga membuat nafsuku langsung naik ke puncak.

Aku mendesah kenikmatan saat jari-jari tangan Agus memainkan klitorisku hingga dari dalam liang vaginaku mengalir cairan bening hangat. Aku seakan tak mampu berdiri lagi. Badanku sedikit berjongkok menahan rasa yang akan meledak dari dalam tubuhku. Lalu kuajak Agus agar segera menyelesaikan mandi.

Dengan hanya mengeringkan tubuh seadanya kami keluar kamar mandi. Lalu kududukkan Agus di tepian tempat tidurku dan aku berjongkok di hadapan selangkangannya. Langsung kuraih dan kukulum batang kemaluannya. Agus sedikit terkejut namun tidak menolak saat aku memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulutku. Kujilat kepala kemaluannya dengan penuh nafsu, lidahku menyapu batang kemaluannya hingga kedua biji pelirnya. Agus merebahkan badannya ke tempat tidur saat mulutku mengulum biji pelirnya. Tanganku mengocok-ngocok batang kemaluannya.

“Uu.. Uuh! Mbak aku pengen kencing nich!” seru Agus. Dan.. croo.. oot! Cree.. eet! See.. eerrt! Sperma Agus benar-benar muncrat tumpah keluar membasahi wajah dan rambut kepalaku.
“Aduu.. Uuh! Enak sekali Mbak!” ujar Agus padaku.
“Gila! Kok cepat sekali orgasmenya Gus?” tanyaku.
“Belum-belum kok sudah keluar?” timpalku lagi.
“Iya Mbak! Habis enak sekali, jauh lebih enak daripada yang kulakukan sendiri selama ini”, kata Agus.
“Ayo Mbak, sekarang giliran Mbak”, lanjut Agus sambil menarikku ke tempat tidur, dan aku pun menurut langsung naik ke atas tempat tidur dengan menelentangkan badan.

Agus langsung mencium bibirku dan kubalas dengan lumatan dan rabaan di punggungnya. Mulut kami saling berpagut, mulut kami saling lumat, saling menjulurkan lidah bergantian. Nafsuku tadi sebenarnya sudah mencapai puncak, namun sedikit drop saat belum-belum Agus sudah mengalami orgasme saat sedang kukulum batang kemaluannya.

Kini hasratku mulai naik kembali, aku jadi semakin liar saja saat tangan Agus bergerilya di daerah seputar selangkanganku. Agus mulai melakukan jilatannya, lidahnya menjilati seputaran telinga, leher, dada dan payudaraku. Aku jadi merasa geli sekali saat ujung lidah Agus menyapu seluruh bagian payudaraku. Puting susuku digigitnya dengan bibirnya dan dikulum-kulum. Jilatannya mengarah terus ke bawah menyapu setiap jengkal perutku. Pusarku pun tak luput dari jilatannya.

“Uu.. Uuh! Gus! Kamu ternyata pintar juga bikin perempuan kelojotan”, kataku.

Agus hanya mendiamkan ucapanku, mulutnya terus turun menciumi paha hingga lututku. Mulutnya naik kembali menciumi dan menjilati pahaku bagian dalam yang sensitif hingga aku jadi benar-benar tidak tahan dibuatnya. Kuraih kepala Agus dan kujambak sedikit sambil menariknya ke atas. Agus mengerti apa mauku, kepalanya mengikuti tarikan tanganku yang mengarahkannya ke arah pangkal pahaku yang kubuka lebih lebar lagi.

Mulut Agus langsung terbenam di pangkal selangkanganku, mulutnya menyambar bibir vaginaku dan lidahnya serta merta dijulurkan dan mengorek celah lipatan bibir vaginaku. Entah berapa banyak sudah cairan lendir yang mengalir keluar dari dalam liang vaginaku dan bibir vaginaku jadi ternganga lebar. Aku sudah benar-benar tidak mampu lagi membendung gelombang orgasmeku saat mulut Agus mengulum klitorisku. Rasa meledak-ledak dari dalam tubuhku akhirnya benar-benar meledak dengan dahsyat saat lidahnya mempermainkan ujung klitorisku.

“Uu.. Uucch! Teruu.. Uus! Terus Gus!” desahku.
“Auu.. Uucch!”

Vaginaku jadi becek sekali. Pantatku kuangkat dan kugoyangkan mengikuti jilatan lidah Agus. Tubuhku menggigil sedikit kejang dan..

“Aa.. Aaff! Oo.. Oocch! Aduu.. Uuh! Gus! Sudah Gus, aku sudah orgasme” kataku sambil mendesis.
“Gimana Mbak, puas ndak?” tanya Agus padaku.

Aku tak mampu menjawab pertanyaannya, hanya mengangguk sambil berdehem saja.
















Pengalamanku Yang Menyenangkan


Namaku Rini, usiaku sekarang 23 tahun, aku bekerja sebagai salah satu karyawati di BUMN besar di Jakarta. Oh ya, kata temen-temen sih aku memiliki wajah yang cantik, dengan rambut sebahu, kulitku kuning langsat, tinggi 163 cm, dengan tubuh yang langsing dan seksi. Aku ingin menceritakan pengalaman seksku yang pertama justru dari teman baik ayahku sendiri, peristiwa yang tak kuduga ini terjadi ketika aku baru saja akan masuk kelas 2 SMP, ketika aku masih tinggal di Yogya. Teman ayah itu bernama, Om Bayu dan aku sendiri memanggilnya Om. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Bayu, ia sudah dianggap seperti saudara sendiri di rumahku. Om Bayu wajahnya sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih muda dari ayahku, karena memang usianya berbeda agak jauh, usia Om Bayu ketika itu sekitar 28 tahun. Selain tampan, Om Bayu memiliki tubuh yang tinggi tegap, dengan dada yang bidang.

Kejadian ini bermula ketika liburan semester, waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara. Karena kami dan Om Bayu cukup dekat, maka aku minta kepada orang tuaku untuk menginap saja di rumah Om Bayu yang tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu. Om Bayu sudah menikah, tetapi belum punya anak. Istrinya adalah seorang karyawan perusahaan swasta, sedangkan Om Bayu tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia adalah seorang makelar mobil. Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria, setelah istri Om Bayu pergi ke kantor. Om Bayu sendiri karena katanya tidak ada order untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon kalau-kalau ada langganannya yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan waktu, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma, atau monopoli, karena memang Om Bayu orangnya sangat pintar bergaul dengan siapa saja.

Ketika suatu hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Bayu berkata kepadaku, “Rin.. kita main dokter-dokteran yuk.., sekalian Rini, Om periksa beneran, mumpung gratis”.
Memang kata ayah dahulu Om Bayu pernah kuliah di fakultas kedokteran, namun putus di tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah.
“Ayoo..”, sambutku dengan polos tampa curiga.
Kemudian Om Bayu mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu.
“Nah Rin, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang”.
Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya.
“Baik Om”, kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring.
Namun Om Bayu bilang, “Lho.. BH-nya sekalian dibuka dong.., biar Om gampang meriksanya”.
Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal.
“Wah.., kamu memang benar-benar cantik Rin..”, kata Om Bayu.
Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku, dan aku hanya tertunduk malu.

Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja, Om Bayu mulai memeriksaku. Mula-mula di tempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Bayu menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Om Bayu mencopot stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut.
“Waah.. kulit kamu halus ya, Rin.. Kamu pasti rajin merawatnya”, katanya. Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Om Bayu.

Kemudian usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan Om Bayu merayap mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku diusap-usapnya, sentuhan Om Bayu benar-benar terasa lembut, dan lama-kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang oleh sentuhannya, sampai-sampai bulu tanganku merinding dibuatnya. Lalu Om Bayu menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya, lalu mengusap buah dadaku. Ih.., baru kali ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli, bercampur menjadi satu. Namun tidak lama kemudian, Om Bayu menghentikan usapannya. Dan aku kira.. yah, hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian Tom Bayu bergerak ke arah kakiku.
“Nah.., sekarang Om periksa bagian bawah yah..”, katanya. Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Bayu menarik dan meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah mati.
“Ih.., Om kok celana dalam Rini dibuka..?”, kataku dengan gugup.
“Lho.., khan mau diperiksa.., pokoknya Rini tenang aja..”, katanya dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Bayu penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa.

Setelah celana dalamku diloloskan oleh Om Bayu, dia duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip menatap vaginaku yang masih mungil, dengan bulu-bulunya yang masih sangat halus dan tipis. Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Om Bayu mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan meraba-raba pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hii.., aku jadi merinding rasanya.
“Ooomm..”, suaraku lirih.
“Tenang sayang.., pokoknya nanti kamu merasa nikmat..”, katanya sambil tersenyum.
Om Bayu lalu mengelus-elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya.

Kemudian, dengan jari telunjuknya yang besar, Om Bayu menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas.
“aahh.., Ooomm..”, jeritku lirih.
“Ssstt.., hmm.., nikmat.., kan..?”, katanya.
Mana mampu aku menjawab, malahan Om Bayu mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin tidak karuan, aku menggelinjang-gelinjang, menggeliat-geliat ke sana-ke mari.
“Ssstthh.., aahh.., Ooomm.., aahh..”, eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Vaginaku rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat terangsang sekali.

Setelah Om Bayu merasa puas dengan permainan jarinya, dia menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku, aku yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan basah. Namun Om Bayu bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya, Hii.., rasanya jadi makin geli.., apalagi ketika lidah Om Bayu memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om Bayu saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat kegelian.

Kemudian Om Bayu mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh.., gila.., tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Bayu tengkurap di antara kedua kakiku yang otomatis terkangkang, kepalanya berada tepat di atas kemaluanku dan Om Bayu dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku, kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Om Bayu. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan-sungkan lagi Om Bayu mulai menjilati bibir vaginaku.

“aa.., Ooomm..!”, aku menjerit, walaupun lidah Om Bayu terasa lembut, namun jilatannua itu terasa menyengat vaginaku dan menjalar ke seluruh tubuhku, namun Om Bayu yang telah berpengalaman itu, justru menjilati habis-habisan bibir vaginaku, lalu lidahnya masuk ke dalam vaginaku, dan menari-nari di dalam vaginaku. Lidah Om Bayu mengait-ngait ke sana-ke mari menjilat-jilat seluruh dinding vaginaku. Tentu saja aku makin menjadi-jadi, badanku menggeliat-geliat dan terhentak-hentak, sedangkan kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari kemaluanku. Akan tetapi usahaku itu sia-sia saja, Om Bayu terus melakukan aksinya dengan ganas. Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan.

“aahh.., Ooomm.., jaangan.., jaanggann.., teerruskaan.., ituu.., aa.., aaku.., nndaak.., maauu.., geellii.., stoopp.., tahaann.., aahh!”.
Aku menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat ke sana-ke mari antara mau dan tidak biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli, bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh badanku. Om Bayu dengan kuat memeluk kedua pahaku di antara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat ke sana-ke mari, namun Om Bayu tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan-jilatan Om Bayu benar-benar membuatku bagaikan orang lupa daratan, vaginaku sudah benar-benar banjir dibuatnya, hal ini membuat Om Bayu menjadi semakin liar, ia bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot vaginaku. Cairan lendir vaginaku bahkan disedot Om Bayu habis-habisan. Sedotan Om Bayu di vaginaku sangat kuat, membuatku jadi samakin kelonjotan.

Kemudian Om Bayu sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir vaginaku, lalu di sorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa maksud Om Bayu, rupanya Om Bayu mengincar clitorisku. Dia menjulurkan lidahnya, lalu dijilatnya clitorisku.
“aahh..”, tentu saja aku menjerit keras sekali, aku merasa seperti kesetrum, karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai menggangkat pantatku. Om Bayu malah menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati clitorisku sambil dihisap-hisapnya.
“aa.., Ooomm.., aauuhh.., aahh!”, jeritku semakin menggila. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam vaginaku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat menahannya, namun Om Bayu yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot clitorisku dengan kuatnya.
“Ooomm.., aa!”, tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat pipi Om Bayu dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan vaginaku banyak sekali, dan tampaknya Om Bayu tidak menyia-nyiakannya disedotnya vaginaku, dihisapnya seluruh cairan vaginaku. Tulang-tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa lemas sekali. Aku tergolek lemas.

Om Bayu kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om Bayu. Mula-mula Om Bayu membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD-nya, mecuat ke depan. Kedua tangan Om Bayu mulai menarik CD-nya ke bawah secara perlahan-lahan, sambil matanya terus menatapku.

Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Bayu berdiri tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi pucat karena terkejut melihat benda yang berada di antara kedua paha atas Om Bayu. Benda tersebut bulat panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara. Benda bulat panjang tersebut berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 20 cm dengan lingkaran sebesar 6 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah kehitam-hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang di mana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut kemaluan laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Bayu terhadapku dengan kemaluannya itu.

Melihat ekspresi mukaku itu, Om Bayu hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang kemaluannya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap saja. Om Bayu kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Bayu menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yan sedang dilakukan oleh Om Bayu.

Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua pahaku, kemaluannya tepat berhadapan dengan kemaluanku yang telah terpentang itu. Tangan kirinya memegang pinggulku dan tangan kanannya memegang batang kemaluannya. Kemudian Om Bayu menempatkan kepala kemaluannya pada bibir kemaluanku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala kemaluannya yang besar itu mulai digosok-gosokannya sepanjang bibir kemaluanku, sambil ditekannya perlahan-lahan. Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke kesuluruhan tubuhku, badanku terasa panas dan kemaluanku terasa mulai mengembung, aku agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Bayu itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Bayu makin terangsang. Dengan mesra Om Bayu memelukku, lalu mengecup bibirku.
“Gimana Rin.., nikmat khan..?”, bisik Om Bayu mesra di telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya, nafasku tinggal satu-satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om Bayu dan tidak pernah kusangka, karena sehari-hari Om Bayu sangat sopan dan ramah.

Selanjutnya tangan Om Bayu yang satu merangkul pundakku dan yang satu di bawah memegang penisnya sambil digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku, hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan kemaluan yang besar menyentuh bibir kemaluanku, aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan Om Bayu, di samping pula ada perasaan bingung yang melanda pikiranku. Kemaluan Om Bayu yang besar itu sudah amat keras dan kakiku makin direnggangkan oleh Om Bayu sambil salah satu dari pahaku diangkat sedikit ke atas. Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke dalam lubang kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada aku mencoba mendorong badan Om Bayu untuk menahan masuknya kemaluannya itu, tapi Om Bayu bilang tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya membiarkan kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku.

Tapi selang tak lama kemudian perlahan-lahan kemaluannya itu ditekan-tekan ke dalam lubang vaginaku, sampai kepala penisnya sedikit masuk ke bibir dan lubang vaginaku. Kemaluanku menjadi sangat basah, dengan sekali dorong kepala penis Om Bayu ini masuk ke dalam lubang vaginaku, gerakan ini membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Bayu akan memasukan penisnya ke dalam kemaluanku seperti apa yang dikatakan olehnya. Sodokkan penis Om Bayu ini membuat kemaluanku terasa mengembang dan sedikit sakit, seluruh kepala penis Om Bayu sudah berada di dalam lubang kemaluanku dan selanjutnya Om Bayu mulai menggerakkan kepala penisnya masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa lagi, perasaan nikmat mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat kemaluanku serasa penuh dan besar, tampa sadar dari mulutku keluar suara, “Ssshh.., sshh.., aahh. oohh.., Ooomm.., Ooomm.., eennaak.., eennaak! Aku mulai terlena saking nikmatnya dan pada saat itu, tiba-tiba Om Bayu mendorong penisnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek selaput daraku dan akupun menjerit karena terasa sakit pada bagian dalam vaginaku oleh penis Om Bayu yang terasa membelah kemaluanku.

“aadduuhh.., saakkiitt.., Ooomm.., sttoopp.., sttoopp.., jaangaan.., diterusin”, aku meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om Bayu, tapi sia-sia saja. Om Bayu mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah dadaku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya bisa menggeliat-geliat dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari tekanan penis Om Bayu ke dalam liang vaginaku, tapi karena tangan Om Bayu menahan pundakku, maka aku tidak dapat menghindari masuknya penis Om Bayu lebih dalam ke liang vaginaku. Rasa sakit masih terasa olehku dan Om Bayu membiarkan penisnya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu.

“Om.., kenapa dimasukkan semua, kan.., janjinya hanya digosok-gosok saja?”, kataku dengan memelas, tapi Om Bayu tidak bilang apa-apa hanya senyum-senyum saja.
Aku merasakan kemaluan Om Bayu itu, terasa besar dan mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya penis Om Bayu tersebut. Waktu saya mulai tenang, Om Bayu kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak dan menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara, “Ssshh.., sshh.., oohh.., oohh”, dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku, bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku, sesaat kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku, seluruh tubuhku diliputi sensasi yang siap meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat, tubuhku bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Bayu ketika aku mengalami orgasme yang dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama beberapa detik terasa tubuhku melayang-layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak bedaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di lantai.

Melihat keadaanku Om Bayu makin terangsang, sehingga dengan ganasnya dia mendorong pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat, sehingga seluruh batang penisnya terbenam dalam kemaluanku. Aku hanya bisa menggeliat lemah karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa clitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang penisnya yang besar dan berurat itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang tidak terperikan. Hampir sejam lamanya Om Bayu mempermainkanku sesuka hatinya, dan saat itu pula aku beberapa kali mengalami orgasme dan setiap itu terjadi, selama 1 menit aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut dan menghisap kuat penis Om Bayu, sampai akhirnya pada suatu saat Om Bayu berbisik dengan sedikit tertahan, “Ooohh.., Riinn.., Riinn.., aakkuu.., maau.., keluar!, Ooohh.., aahh.., hhmm.., oouuhh!”.

Tiba-tiba Om Bayu bangkit dan mengeluarkan penisnya dari vaginaku. Sedetik kemudian, “Ccret.., crett.., crett”, spermanya berloncatan dan tumpah tepat di atas perutku. Tangannya dengan gerakan sangat cepat mengocok-ngocok batang penisnya seolah ingin mengeluarkan semua spermanya tanpa sisa.

“aahh..”, Om Bayu mendesis panjang dan kemudian menarik napas lega. Dibersihkannya sperma yang tumpah di perutku. Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum.
“Terima kasih, sayang..”, bisik Om Bayu dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Bayu.

Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang, perasaan-perasan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Om Bayu telah berupaya menenangkanku dengan lembut. Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin lagi, memang kalau diingat-ingat sebenarnya nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Bayu, tentu saja aku malu mengatakannya, aku hanya pura-pura ngobrol ke sana-ke mari, sampai akhirnya Om Bayu menawarkan lagi untuk main-main seperti kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk malu-malu. Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertamakalinya aku merasakan kenikmatan hubungan seks.


Tidak ada komentar: